4. Kecewa

420 54 19
                                    

Setelah kejadian Sean dan Haezal  tertangkap basah oleh Keenan tadi, keduanya kini sedang diintrogasi oleh si sulung di keluarga ini di kamarnya bersama dengan Key.

"Kenapa lakuin itu? Nggak bisa nahan nafsu sebentar aja! Sean! Kemarin kamu bilang mau berubah, kenapa sekarang malah di ulang lagi?"

Keduanya tertunduk, tak berani menjawab perkataan Theo bahkan Key hanya diam sambil menatap dua adiknya itu tajam.

Theo menghela nafas kala kedua adiknya hanya diam tak menjawab, detik kemudian perkataan nya melembut dan menyuruh semuanya keluar untuk makan setelah buka puasa dan sholat Maghrib tadi.

..

Sedangkan dimeja makan, Keenan hanya diam. Hal yang dia saksikan tadi benar-benar membuatnya terdiam saja sekarang.

Dalam keterdiaman nya itu, Keenan berpikir. Kenapa kembarannya bisa seperti ini? Padahal dulu sang ayah sudah mewanti-wanti anaknya agar tak melanggar kewajiban seorang muslim malahan itu yang diprioritaskan.

Dan sampai atensinya menangkap si sulung, Key serta dua kembarannya. Keenan beranjak, merasa sudah selesai dengan makanan buka puasa nya padahal yang baru masuk ke mulut hanya dua suap.

"Bang Theo, Aarav nanti sholat tarawih nya nggak di masjid dekat rumah tapi sama temen-temen, bolehkan?"

Keenan bertanya dengan nada dingin namun sopan pada Theo, dan si sulung tahu itu. Adiknya sedang kecewa jadi sedang ingin sendiri saja.

Pergi sholat tarawih dengan teman-teman itu hanya sebuah alibi Keenan semata agar dirinya tak khawatir kemana sang adik akan pergi.

"Ya udah, pulangnya jangan malam-malam, oke?" Keenan mengangguk lalu berlalu kembali ke dilantai atas.

Menyisakan sembilan orang manusia yang menghela nafas pasrah dengan kelakuan Keenan saat ini. Ervin dan Jarvis mendekati dua anak yang tadinya berbuat ulah dan membisikkan kata-kata saran.

"Samperin Aarav waktu pulang dari tarawih nanti, minta maaf sama dia, Abang tahu dia kecewa berat sama kalian!" Bisik Ervin.

"Singkirin dulu gengsinya dek, cuman hari ini aja kok, kalian nggak boleh egois dulu!" Sambung Jarvis.

Dengan berat hati pula Sean dan Haezal mengiyakan, mereka pun sebenarnya gengsi namun melihat raut wajah Keenan tadi itu membuat keduanya merasa bersalah.

🐾🐾🐾

"Bang Theo! Aarav pamit, assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam!"

Perkataan seorang Keenan Aarav Arsenio itu memang akan benar-benar dilaksanakan, nyatanya diri nya sudah siap dengan baju Koko biru muda, celana jeans, dan kopiah di tangannya.Serta berangkat dengan motor sport miliknya, meskipun masih 14 tahun.

Keenan sudah belajar menaiki motor sejak dua bulan yang lalu bersama Key juga Ervin, yang lainnya juga begitu, motor sport itu memang sudah di sediakan oleh si tangan kanan sang ayah saat si kembar berusia 12 tahun.

"Abang yakin mau ngelepas Aarav gitu aja?" Key bertanya pada si sulung, ia hanya khawatir dengan Keenan yang tak tanggung-tanggung akan berbuat nekat.

"Mau gimana lagi, Key? Kalo Aarav Abang nggak lepasin yang ada dia makin emosi lagi, dan Abang nggak mau itu!"

"Iya juga sih!"

"Nanti biar Ervin yang susul, bang! Sekarang kita ke masjid aja dulu!" Si sulung mengangguk lalu memanggil yang lain untuk ke masjid juga.

..

Sedangkan di sisi lain, Keenan memang benar-benar pergi bersama temannya, selain Raditya tentunya. Sekarang mereka lagi di masjid yang ada di dekat rumahnya Raska, temannya Keenan yang lain.

"Masih marah?"

"...."

"Ck, lo tuh ya. Aneh banget tahu nggak, gitu aja langsung marah. Emang salahnya dimana sih?" Celetuk Hendra.

"Sst, Ndra! Diem bisa nggak sih, masalah nya bukan itu. Ini masalah nasihat papanya Keenan, yang namanya kewajiban nggak boleh di langgar juga kali!"

"Ya nggak gitu nying, astaghfirullah!" Balas Hendra.

"Udah ngumpat, nyebut pula!" Akhirnya Keenan angkat setelah sejak dia datang tadi terdiam.

"Gitu kek dari tadi, kok lo pundungan sih, Nan? Heran gue, kan Sean sama Haezal udah kena karmanya tadi, dimarahin sama bang Theo!"

Raska menepuk bahu Keenan mencoba memberi semangat, temannya yang satu ini memang aneh, meskipun masih waras sih sedangkan yang lainnya konyol dan absurd nya sudah terlihat duluan sebelum mereka berkenalan waktu itu.

"Maksudnya ngga gitu juga kali, ah udahlah. Mumet gue mikirnya, awas gue mau ke dalam!"

"Aneh bat temen lo, Ka!" Ucap Hendra.

"Yeu, temen lo juga kali!" Balas Raska tak terima.

🐾🐾🐾

"Assalamualaikum, Aarav pulang!" Keenan berteriak untuk memberi tahu kalau dirinya sudah pulang, namun tidak ada yang menyambut nya.

Mungkin masih di masjid, kenapa dirinya pulang lebih cepat? Itu karena di masjid dekat rumah Raska tidak ada ceramahnya tadi jadi langsung sholat saja.

Setelah melepaskan sepatunya dan meletakkannya di rak, Keenan pergi ke dapur untuk mengambil susu saja, dirinya susah tidur jika tidak minum susu terlebih dulu, memang seperti anak kecil bukan.

Saat dirinya akan ke lantai atas, terdengar suara Theo dan yang lainnya yang seperti nya baru pulang dari masjid kompleks perumahan.

"Loh, Aarav udah pulang? Baru aja Abang mau nyuruh Ervin nyusul kamu!" Ucap Theo kala melihat si sulung kembar di pertengahan anakan tangga.

"Aarav nggak akan lupa waktu, disana nggak ada ceramah, ustadz nya nggak ada jadinya cepat! Bang!"

"Hm?"

"Aarav ke kamar dulu ya, mau tidur!" Pamitnya, Theo hanya mengangguk sedang kan yang lainnya hanya memperhatikan sampai suara Aziel memecahkan keheningan kala ia berteriak lalu menyusul Keenan yang sudah ada di lantai atas.

"Loh, Keenan! Tungguin gue!!"

"Gue juga!" Jauzan pun sama saja.

Lima suling disana tersenyum, lalu menatap Sean dan Haezal yang masih tetap diam sejak peng-introgasi-an tadi.

"Kenapa masih disini sih, dek? Susul sana!" Titah Tony, Sean dan Haezal bertatapan.

"Ck, udahlah nggak usah takut. Minta maaf sana!" Kali ini Theo angkat suara dan mau tak mau, dua kembaran itu menaiki tangga menuju lantai atas ke kamar Keenan.


∆∆∆

Assalamualaikum,

Maaf kalo gaje🤧

Masih puasa kan?🤭

Ayo, jangan sampai batal😝

Voment juseyo~😉

Lop u all💚💙

See you 🤗

Rumah Kita✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang