02 : Ayunan

456 77 34
                                    


"Dia, mengajarkan ku bahwa bahagia itu mudah. Dengan cara kecil pun kita bisa mendapatkannya."






Aku menaruh sepatu basahku di atas kayu kering milik kakek yang tinggal di samping rumahku. Karena cahaya matahari tepat menyorot di atasnya. Berharap sepatu ku cepat kering.

Hari minggu ini aku tak punya niatan untuk bermain keluar seperti anak-anak lainnya. Aku hanya akan diam di rumah, menonton televisi.

Sendirian.

Bunda sedang bekerja sekarang, jadi aku harus menjaga rumah. Aku menatap cucian-cucian yang ada di dalam ember. Aku harus segera menjemurnya sebelum panas matahari hilang.

Satu-persatu aku mulai menjemur bajuku dan bunda ke atas tambang yang ku gunakan khusus untuk menjemur. Karena kami tak mampu untuk sekedar membeli jemuran baju. Makan saja sehari hanya sekali, dan kadang juga sama sekali tak makan.

"Sstt!!"

"Sstt!!"

Aku menelisik keberbagai arah mencari darimana suara itu terdengar.

Aku melihat ke arah samping kanan, dimana ada sebuah tong sampah besar.

Terlihat pucuk kepala yang menyembul sedikit. Dan aku yakin ada orang disana.

Semakin aku mendekat, orang disana semakin cekikikan.

"Sedang apa kau?"

"Yaahhh, ketahuan."

Dia, Jisung ... Melompat ke arahku seraya tertawa. Aku hanya menatapnya bingung. Kenapa dia bisa ada disini?
"Sedang apa kau disini?"

"Hanya bermain," dia berjalan mendekati ember pakaianku. Mengambil satu kaos berwarna putih milikku lalu menjemurnya. Tapi karena tingginya yang lebih pendek dariku membuatnya sulit menggapai tambang.

"Ish!"

Dia naik ke atas kayu dan berhasil menjemur kaos tersebut. Dia bersorak senang. Aku menghampirinya yang masih di atas tumpukan kayu.

"Ayo turun, nanti kau jatuh!"

Dia melompat lalu berdiri di depanku. Aku tak peduli, dan kembali menjemur pakaianku.

"Biar aku bantu" Dia meraih satu lagi baju, dan itu milik bunda.
"Tidak apa-apa, aku bisa sendiri"

"Kalau kau sendiri nanti akan lama"

Aku menyernyit,
"Memangnya kenapa?"

"Kita akan main dan jalan-jalan, jadi ayo cepat selesaikan!"

Aku hanya menurut saja saat dia berucap dengan mata bulat yang sedikit ia besarkan.

Seram, tapi juga lucu.

Aku melanjutkan kegiatanku di bantu olehnya. Tak seperti biasanya, kali ini terasa sangat ringan, dan aku tak merasa lelah. Apa karena dia membantuku?

"Kau sudah mandi?"

Aku menggeleng lalu mendapat jitakkan darinya tepat di keningku. Sakit, namun segera dia elus. Aku hanya menunduk.

"Cepat mandi!"

"E-eehhh!"

Dia mendorongku terus masuk kedalam dapur lalu ke dalam kamar mandi.

"Cepat mandi! Aku tunggu!"

Blam!!

Menutup pintu dengan kasar membuatku terkejut. Aku hanya diam, menatap pintu yang tertutup. Mencoba kembali membukanya.

[✔︎] Tentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang