08: Malam itu

311 48 9
                                    

"Malam dimana aku yang terlalu takut, disaat itu pula kau sedang berjuang."











Dua jam sebelum Minho pergi ke taman.

"Detak jantungnya mulai melemah, sebelumnya juga dia memiliki penyakit jantung. Kondisinya sangat lemah, kau bilang dia habis berkelahi bukan? Kemungkinan dadanya terkena pukulan keras."

Minho mengepalkan tangannya menahan amarah. Entah pada siapa dirinya marah tapi sungguh emosi sangat memuncak di ubun-ubunnya.

"Kami akan berusaha menyelamatkan nyawa Jisung, tapi..."

"Tapi apa?" Minho menatap mata sang dokter dengan mata merah berair nya. Kenapa kata 'tapi' harus keluar dari mulut orang terakhir harapannya itu? Apa pria itu ragu?

"CEPAT KATAKAN!" Minho menarik kerah kemeja sang dokter dengan kasar.

"Kita akan berhenti berusaha jika keadaan Jisung tak meyakinkan. Ini sudah takdirnya, kau harus tabah menerima hasilnya nanti. Tetaplah berdoa selagi kami berusaha."

Minho mendorong tubuh dokter itu. "Kau itu dokter! Tugasmu menyembuhkan pasien mu bukan?! Jangan pernah menyerah! hiks ... dia berharga bagiku, Selamatkan dia ku mohon,"  Minho berjongkok di bawah kaki pria tersebut. Hanya pria itu harapannya sekarang. "Selamatkan Jisung."

Pria tersebut membantu Minho berdiri. Menepuk pundak pemuda yang baru saja ia kenal beberapa minggu yang lalu itu. "Kami akan berusaha."

Minho menyatukan kedua tangannya berdoa agar Jisung baik-baik saja. Anak itu tak pernah memberi tahunya jika dia punya penyakit jantung. Kenapa Jisung merahasiakan itu?

Sudah masuk minggu ketiga setelah ia membawa Jisung kerumah sakit.




FLASHBACK ON!

"JISUNG!"

Minho berlari menjatuhkan air hangatnya saat melihat Jisung terjatuh dari ranjang.

"Jisung,Bangun!" Minho menarik kepala Jisung agar duduk di pahanya, menepuk pipi chubby sahabatnya itu agar segera membuka mata. Namun nihil, Minho malah melihat darah keluar dari hidung Jisung.

"Bertahanlah Ji." Minho menggendong tubuh Jisung dengan susah payah. Tangisannya membuat tubuhnya sedikit lemas. Jantungnya berdegup kencang karena takut.

Minho memasukan Jisung ke dalam mobil. Ia akan membawa Jisung ke rumah sakit. Kondisi Sahabatnya tak bisa di biarkan. Ia bukanlah dokter yang bisa mengurus Jisung sendirian.

***

"Pasien mengalami koma, untuk sementara biarkan dia di rawat disini."

Bagaikan tersambar petir Minho benar-benar merasa tubuhnya membeku.  "J-jisung ... Koma?" Suaranya terdengar serak. Matanya juga terlihat sembab akibat terus menangis.

"Saya harap anda bisa bersabar. Jika ingin berkunjung, ruangan pasien selalu terbuka. Saya permisi dulu, selamat malam."

Minho menatap kaca yang masih tertutup gorden putih. Melangkah dengan kaki lemasnya. Membuka pintu dengan perlahan hingga netranya menangkap sosok sang sahabat yang terbaring dengan selang infus juga alat pernafasan yang menempel di tubuhnya.

Isak tangis terdengar memilukan di dalam sana, bergabung dengan suara alat yang menunjukan denyut jantung Jisung. Sesak rasanya melihat tupai kesayangannya terbaring tak berdaya dengan kabel-kabel menjuntai di tubuhnya. Wajah yang semula merona kini terlihat sangat pucat.

"Jisung." Minho duduk di kursi dekat ranjang. Mengelus tangan Jisung yang sangat terasa dingin. "Tanganmu dingin, apa AC di ruangan ini membuatku kedinginan?" Dengan perlahan Minho menarik selimut Jisung hingga sebatas dada agar pemuda itu tak kedinginan.

"Tak usah khawatir, aku akan selalu menemanimu."

***

Seperti ucapannya, setiap hari Minho akan selalu mendatangi Jisung. Membawa makanan yang akan berakhir tersimpan ke dalam perutnya. Ia tahu Jisung tak akan memakan makanan yang ia bawa jadi dirinya saja yang makan. Bercanda seorang diri dengan Jisung sebagai pendengar tak cukup buruk.

Hingga sampai di minggu ke tiga Minho membawakan bunga yang ia beli dari si kakek yang ia temui di jalan saat akan menuju rumah sakit. Meletakannya di meja samping Jisung membuat tidur pemuda itu terlihat lebih indah.

FLASHBACK OFF


Minho bisa mendengar sayup-sayup suara orang bicara di dalam ruangan Jisung. Pikirannya sudah sangat kalut. Ia takut, sangat takut. Entah kenapa kakinya malah berjalan pergi dari sana hingga keluar rumah sakit.

Minho hanya mengikuti instingnya saja. Hatinya terus berujar bahwa ia harus mengunjungi taman, meskipun ia tahu akan datang badai angin malam itu.

Ia ingin merasakan kebersama dengan Jisung di taman itu. Tanpa ia tahu jika di rumah sakit sang sahabat tengah berjuang dengan hidupnya.




_______________

Baby i just pray!

Ue ue ue ╥﹏╥
Ruby terngiang lirik itu terus setelah liat Kingdom skz. Mana ada part Minsungnya lagi. Kan uwu ga kuat.

Huhu vote nya teman-teman❤

WufYu

[✔︎] Tentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang