09: Harap

321 46 9
                                    

"Han Jisung, dia sangat berharga bagiku."

"Orang yang bahkan awalnya tak memiliki hubungan denganku mampu membuatku takut kehilangannya."

"Teman pertamaku dan satu-satunya."

"Melebihi sahabat, perannya dalam hidupku bagaikan keluarga."

"Dia selalu menjagaku dan menyayangiku."

"Ucapan Terimakasih dalam bentuk apa yang harus ku berikan padanya?"

"Dia sangat berharga sampai rasanya aku tak menginginkan apapun kecuali dirinya."

"Kau lambat sekali! Apa di kehidupan sebelumnya kau seekor siput?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau lambat sekali! Apa di kehidupan sebelumnya kau seekor siput?"

Minho tersenyum menanggapi ucapan tak masuk akal Jisung. "Apa kau percaya hal semacam itu?" Tanyanya balik membuat Jisung semakin menggerutu kesal. Mereka akan terlambat masuk sekolah jika seperti ini.

"Ya, aku percaya. Dan siapa tau di kehidupan sebelumnya kita adalah seorang Pangeran dan pelayan. Aku pangerannya dan kau pelayannya," Ujar Jisung semakin ngaco. "Aish! Sudahlah lupakan! ayo percepat langkahmu!" Dengan langkah besar, Jisung berjalan meninggalkan Minho di belakangnya.

Ini adalah hari pertama dirinya kembali masuk sekolah setelah tiga bulan dirinya beristirahat. Membosankan sekali rasanya berdiam dini di rumah dan bertemu obat-obatan setiap harinya.

"Jisung tunggu! Jangan terlalu cepat! Kau akan lelah nanti!"

Minho berlari menyusul Jisung. Gerbang sekolah sudah terlihat dan mereka hanya perlu menyebrang. Bisa Minho lihat Jisung yang lebih dulu menyebrang dan diam di depan gerbang sekolah yang tertutup.

Minho tertawa kecil seraya menyebrang menghampiri Jisung. "Kenapa berhenti?"

Jisung menatap Minho bingung lalu menatap jam tangannya. "Sudah lewat jam tujuh harusnya ada setengah jam lagi. Apa kita benar-benar terlambat?!" Jisung mencengkram kedua bahunya Minho dengan tatapan sedih plus khawatirnya. Minho hanya tertawa mendengar ucapan Jisung.

"Ah aku lupa!" Minho menepuk keningnya pura-pura lupa. "Hari ini libur, pantas saja gerbang tertutup. Maaf Ji, aku sungguh lupa." Minho membalas tatapan Jisung dengan wajah sedih yang di buat-buat.

"T-terus, kita bagaimana? Aaaaa aku ingin sekolah!" Rengek Jisung seraya menghentakkan kakinya. Minho yang tak tahan melihat wajah konyol Jisung langsung tertawa terbahak-bahak.

"Hahahhaa maapkan aku, Ji."

Jisung menatap bingung Minho yang menertawai nya. Otaknya  bisa mencerna dan menangkap maksud kenapa Minho meminta maaf. "Apa kau menipuku?"

[✔︎] Tentang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang