"Makhluk berbulu itu saja nyaman bersamanya, sepertinya semua orang memang menyukainya."
"Minho?"
Aku membuka kelopak mata dan menemukan makhluk bermata bulat yang tengah berjongkok di hadapanku. "Jisung?" Lirih ku dengan sedikit kesadaran. Mataku masih enggan terbuka sempurna.
"Kenapa tidur di luar? Dan kemana bajumu?" dia terlihat terkejut melihat luka di punggungku. Awalnya aku ingin merahasiakan ini darinya, tapi anak itu terlanjur melihatnya.
"Punggungmu kenapa?"
Aku mencoba berdiri menyembunyikan luka punggungku darinya. "Tidak ada, aku tidak apa-apa." dapat ku tangkap raut khawatir di wajahnya. Aku tak suka ini, masih pagi dan aku sudah membuat orang khawatir.
"Lebih baik kau istirahat dan tak perlu sekolah, biar aku yang bilang pada teman kelasmu nanti jika kau sakit." Jisung membantu ku berdiri ... padahal aku bisa melakukannya sendiri, tapi melihat kekhawatirannya membuatku menurut saja bahkan saat dia menuntunku untuk duduk di kursi teras.
Aku menggeleng membuat dia mengernyit. "Percuma saja jika kau memberi tahu anak-anak kelas, mereka tidak akan mengatakannya pada bu guru... aku akan sekolah."
Aku menepis lembut tangannya yang masih memegangi bahuku. "Aku mau mandi, tunggulah disini," Ucapku padanya
"Tapi Minho, lukamu parah. Sehari saja tak perlu sekolah-"
"Jangan bolos sekolah, aku sudah cukup membayar mahal sekolahmu dan kau malah membolos? kau harus tetap berangkat."
Aku hanya menunduk mendengar ucapan Bunda. Ya, memang benar yang bunda katakan. Aku tak bisa bolos sekolah sedangkan bunda bekerja keras untuk membayar uang sekolahku. Aku menoleh ke arah Jisung yang tengah menatap bunda.
Anak itu menghampiri bunda, membuatku sedikit ketakutan. Apa yang akan dia lakukan?
"Pagi tante! aku temannya Minho, salam kenal!" dia membungkuk di hadapan Bunda, tapi sama sekali tak di gubris oleh bunda.
Jisung menatapku dengan bingung. Aku pun jadi ikut bingung dibuatnya.
"Awas! Aku sudah terlambat masuk kerja! dan Minho, sekali saja aku tau kau bolos sekolah, selama satu minggu tak akan ku beri makan."
Aku membulatkan mataku mendengar ucapan bunda. "J-jangan Bunda, aku tidak akan bolos. Aku janji! Jisung, kau tunggu disini aku akan bersiap." Aku berlari dengan tergesa menuju kamar meninggalkan Jisung dan bunda.
***
"Kau bodoh!"
Aku menatap Jisung bingung, kenapa tiba-tiba dia bilang aku bodoh? atau aku yang salah dengar?
"Kau sedang sakit, harusnya libur sekolah dulu. Jika di paksakan kau akan semakin sakit dan merepotkan bunda mu." ucapnya. Ku rasa itu ada benarnya juga, tapi apa boleh buat? Bunda sudah mengancam ku dan aku tak bisa apa-apa.
"Aku tidak akan sakit, tenang saja."
Dia memutarkan bola matanya. Apa aku salah bicara? Tapi aku hanya meyakinkannya jika aku baik-baik saja. Meskipun kulit punggungku sangat perih rasanya, di tambah karena terkena gesekan seragam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔︎] Tentang
Teen Fiction❝Tentang betapa berharganya Han Jisung di hidupku.❞ ©LeeRubyC Start : 12 April 2021 Finish : 06 Mei 2021