Eps. 9

724 84 0
                                        

Draco terbangun begitu saja saat ada bunyi dentuman keras dan sebuah teriakan yang memekakkan.

Dia mengira-ngira melihat jendela dan menatap sinar mataharinya yang agak meredup, jadi ini pasti menjelang malam.

Dengan mengomel-ngomel, ia turun dari kasur nyamannya dan berjalan mendekati pintu.

Begitu ia membuka pintu, keterkejutan langsung menerpanya, seorang pria memakai tudung mencurigakan berlari dari arah lorong berlawanan. Draco mundur mendadak dan menutup pintu sebelum orang itu dapat menggapainya. Sesaat bunyi benturan menyakitkan terdengar.

Suara tertawa mengerikan tiba-tiba membuat Draco merinding itu membuatnya hampir jatuh lemas.

"Ini aku," selanya dalam tawa yang membuatnya merinding. "Kau pasti mengingatku, Draco."

Draco menatap pintunya dengan kebingungan maksimal, apa yang dimaksudkan dan mengapa atas nama Morga-

Gubrak!

Draco mundur tepat saat penjagaannya terhadap pintu memudar, membuat orang asing itu mendobrak pintunya tanpa ada sisi manusiawi.

Draco hanya bisa melihat segaris bibir yang menyunggingkan senyuman.

Langkah kaki pria bertudung itu tidak stabil, menjatuhkannya ke tubuh Draco dan menibannya saat keduanya jatuh ke lantai dalam bunyi yang tidak masuk akal.

"Ups, menarik banyak kekuatan demi pintu itu, membuatku kurang fokus." Dia berkata cengengesan dalam nada yang sangat menyebalkan.

Jika bukan karena Draco telah banyak berlatih selama berhari-hari melatih fisik maupun sihirnya, Draco akan mengalami patah tulang karena dia menahan beban orang dewasa yang beratnya berkali lipat darinya.

Memperkirakan tubuhnya, pria ini memiliki tinggi 187cm dan memiliki berat yang cukup ringan, 59kg.

Dia bangkit dengan cepat dan mengulurkan tangannya kepada Draco, "Kau benar-benar kuat, bahkan kau tidak membuat suara apapun saat ditiban orang dewasa." Dia terkekeh-kekeh saat Draco menepis uluran tangannya dan bangkit sendiri.

"Juga sangat mandiri." Dia berkata perlahan dengan nada mempertimbangkan.

Saat Draco akan menjawab, pria itu menurunkan tudungnya, membuat Draco terkesiap, rambut lurus dengan ujung ikal merata, mata kelabu dingin memancarkan kejenakaan, fitur aristokrat yang kental begitu khas untuk diingat membuat Draco hanya mengingat satu nama.

"Sirius Black," dia berbisik sangat pelan, tetapi orang dihadapannya mendengar dengan sangat jelas, dan melambaikan tangannya mengabaikan.

"Rambut kakakku lebih mengerikan dariku, dan aku yakin, dia takkan ingin beranjak ke Malfoy Manor bahkan untuk selama-lamanya." Pada kata-kata itu, membunyikan bel di kepala Draco yang bergema berulang tanpa henti saat dia menyadari yang dihadapannya siapa.

"Paman ... Reggie?" panggilnya dengan ragu, masih berusaha mundur saat Regulus mendekat. "Kau ... disini? Disini?"

Regulus terhenti dan diam di tempat. "Aku tidak mengerti, Draco. Mengapa kau menatapku begitu asing saat kau seharusnya sangat menghapal bahwa aku begitu merindukanmu?" dia merentangkan tangannya, memberi isyarat bahwa Draco harus mendekat.

Dalam langkah ragu-ragu, Regulus membawanya ke pelukan hangat yang memalukan, dia mengajak Draco pelukan memutar ala anak kecil dan orang dewasa dan menjatuhkan Draco di tempat tidur.

Gelak tawanya mengganggu Draco, rasanya aneh, untuk merasakan bahwa Regulus masih hidup.

"Bukannya paman...?" tawa Regulus terhenti saat dia ikut tiduran di sebelah Draco, melipat tudungnya, memperlihatkan tubuh indahnya yang tidak terbalut tebal oleh pakaian.

"Hentikan topik itu untuk sekarang, Draco. Aku hanya akan membicarakan hal yang benar-benar terjadi." Regulus menjawab, menatap langit-langit dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Baiklah," jawab Draco cepat, bingung dengan perubahan suasana hati Regulus yang terlalu aneh untuk dirasakan. Tidak tahu harus berkata apa, Draco pun melantur, "Aku merindukanmu, Paman."

Regulus tertawa pelan dan mengusap-usap kepala Draco, "Akupun!"

"Disini, ayahmu memohon kepadaku, untuk menjadi tutormu setelah ... yah kuanggap insiden kurang menyenangkan dari mantan tutormu." Dia meludahkan kata-kata itu dengan geraman samar, tetapi Draco menyadarinya. "Aku mengiyakan karena pengetahuanku sangat sebanding dengan waktu yang akan kau habiskan, karena ibuku sangat gila untuk membuat Black terus berada di puncak kejayaannya."

"Yah, walau bisa dibilang, pengetahuan kakakku lebih baik, karena dia mengalami peningkatan akademis yang tajam saat ibu memberikan 'pelajaran spesial' untuk Siri, mungkin saat keadaannya membaik, aku akan memaksanya mengajarimu hal-hal yang tidak begitu kukuasai." Draco bangkit, menatap Regulus dengan kebingungan maksimal, Regulus melambaikan tangannya, mengacuhkan, tetapi tidak memiliki niatan untuk menjawab pertanyaan yang terpancar dari wajah Draco.

Waktu-waktu berlalu saat Regulus membahas perjalanannya ke banyak tempat, mencari kesenangan dengan mempelajari kebudayaan masyarakat sihir dunia lain, sampai pada topik dia menemukan korban-korban dari peperangan yang budaknya dikirim ke Inggris untuk dilelang.

Itu membunyikan bel di kepala Draco, "Benarkah? Apakah mereka semua manusia biasa?" Regulus menoleh ke arahnya dengan ekspresi yang susah diartikan sama seperti Ron, terkadang dia harus mengakui bahwa Ron bisa mirip Slytherin sejati.

"Kupikir begitu," jawabnya dengan kewaspadaan yang samar, "Apa ada sesuatu yang seharusnya tidak kau ketahui tetapi kau mengetahuinya, Draco?"

"Aku tidak tahu apa-apa, Paman Reggie, aku hanya kasihan jika mereka ada anak-anak seusiaku, mereka seharusnya hidup bahagia menikmati masa kecilnya, bukan menjadi budak seperti itu." Draco menggeleng gelisah, agak aneh untuk merasakan simpati samar bahwa dia berharap Harry juga mengalami masa kecil yang menyenangkan bersama Sirius.

"Kurasa tidak juga, Draco, kudengar mereka mengalami penurunan populasi, dan kehancuran peperangan ini menyisakan sangat sedikit orang, bahkan jika untuk mengatakan mereka adalah penduduk kerajaan sihir yang pernah berjaya akan sulit, melihat betapa sedikitnya orang yang masih hidup, hanya ada satu anak kecil yang dibawa ke Inggris, keberadaannya sekarang tidak diketahui."

"... Apa?"

"Satu-satunya pangeran kerajaan yang hancur itu sudah dibeli dalam pelelangan, banyak orang kecewa saat mereka akhirnya menyadari betapa tingginya nilai anak itu setelah malam pelelangan berakhir, bahkan orang yang membelinya itu membayar hanya 1/2000 dari harga sesungguhnya." Regulus berkata sembari terkekeh-kekeh, masih sedikit mengocehkan beberapa hal yang dia dengar dari sekelilingnya pada saat itu saat Draco tenggelam dalam pikirannya.

P. A. N. G. E. R. A. N berdarah! Bahkan harga yang kutawarkan itu seharusnya duaribu kali lipat?!

Mungkin Draco harus menjaga Elios dengan baik-baik, dia tidak ingin Elios yang sangat berharga itu dirampas, dia akan sangat tidak rela.

"Apa yang terjadi saat dia ditemukan?" potong Draco, Regulus terhenti dan mengingat sejenak.

"Entahlah, tidak ada yang mengingat dengan jelas rupanya, dan orang yang membelinya, seolah-olah mereka hanya sekelebat bayangan," kata Regulus, bersikap tidak peduli dan tidak terkesan dengan yang dia dengar. "Mengapa juga kamu seperti memahaminya, Draco?"

"Entahlah, mungkin tutorku membantu penalaranku." Bibir Regulus melengkung jijik, menahan kutukan di lidahnya saat wajahnya kembali normal tidak menampilkan ekspresi apa-apa.

Percakapan apapun yang akan Regulus bahas terhenti saat Dobby muncul menyampaikan pesan Narcissa bahwa malam ini mereka akan makan malam bersama Sirius Black.

Draco menundukkan kepalanya dengan lemas, akhirnya, akhirnya Harry akan memiliki masa kecil yang tidak suram lagi! Dan akan tumbuh penuh cinta dari Sirius!

"Ayo, Draco, aku tidak sabar melihat kakakku." Regulus hampir menggeram saat dirinya menyeringai gila seperti Bellatrix Lestrange. "Kuharap mental Sirius sehat."

Mungkin bukan pilihan buruk untuk meminta Ae' menjemputnya.

20-10-22

Became Draco Malfoy?! [Bl]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang