Koma

42 4 0
                                    

Shita sempat tak sadarkan diri selama seminggu. Nyawanya hampir terancam saat darah keluar begitu deras setelah di tusuk seseorang. Dokter segera melakukan operasi, karena luka tusuk di bagian perut sangat dalam.

Saat pintu terbuka dan menampilkan seorang berjas putih,
"Pasien mengeluarkan banyak darah, kami membutuhkan golongan darah A."

"Ambil darah saya saja dok," kata Ronald menawarkan diri.

Kondisi Ronald tidak terbilang baik-baik saja, dosa apa yang telah ia perbuatan sampai gadis yang dicintainya harus mengalami ini.

Ronald yang berniat menyatakan cinta dengan romantis, malah mendapat kabar dari Bella adiknya bahwa Shita berada di rumah sakit. Dengan cepat Ronald segera melesat menuju Rumah sakit, setelah sampai Bella langsung menyambar ke pelukan Ronald dan  menangis histeris.

Bella menceritakan semua yang terjadi saat itu dan menyerahkan rekaman vidio yang sempat dia lakukan saat Shita berada diluar untuk melawan para preman.
Ronald mengenal siapa orang yang telah menusuk Shita, orang yang pernah dia cintai di masa lalu.

Sekelebat ingatannya beberapa hari yang lalu di kafe tempat Shita bekerja.

"Terserah. Percaya atau tidak, salah satu dari kita bakal ada yang pergi. Permisi," ucap Shita waktu itu untuk terakhir kalinya.

Tidak hanya Ronald tetapi semua orang yang khawatir dengan keadaan Shita saat ini. Kondisinya semakin lemah, yang membuat para dokter bekerja keras untuk setiap jam mengecek kondisinya.
Mama Shita menangis histeris saat putrinya terbaring lemas di brangkar rumah sakit. Beliau memukul Arka berkali-kali, meracau kenapa Arka tidak bisa melindungi adiknya yang sangat disayanginya.

Arka hanya diam tidak bisa berkata apa pun di depan mamanya. Tetapi Arka tidak tinggal diam, dengan bantuan pak Udin yang selalu mengikuti gerak gerik adiknya beliau bisa mengetahui kronologi kejadian penusukan itu.

Pak Udin menyampaikan pesan Shita ke Arka dengan hati-hati, sedikit rasa khawatir kalau Arka gegabah.
“Pak Udin cukup mengikuti saya saja, jangan bertindak atau mencoba menolong saya. Apa pun yang terjadi nanti, bapak adalah saksi semua kejadian ini. Kalau perlu bapak rekam,” pesan singkat Shita sebelum dia pergi bersama Bella waktu itu.

Pak Udin tidak bisa bertindak apa-apa kalau anak bosnya sudah berkata seperti itu. Selama ini beliau hanya mengawasi aktivitas Shita dan Jona tidak lebih, hanya bisa merekam dan melaporkan setiap detailnya. Menurut beliau, anak bosnya adalah gadis baik, mandiri dan tak kenal rasa takut. Dia tidak pernah menyakiti orang, dia lebih memilih diam daripada marah.

Setelah tak sadarkan diri selama seminggu dan sempat terbangun. Tetapi itu tak bertahan lama, trauma di masa lalu membuat Shita merasakan sakit luar biasa, Shita mengalami kejang yang berulang.

"Dok, tolong ada apa dengan Shita," panggil Bella saat dia menemani Shita di dalam kamar VIP.

"Nona, silakan tunggu di luar," ucap Dokter setelah mendapat panggilan dari salah satu suster yang berjaga.

Dokter segera memeriksa kondisi Shita yang mengalami kejang berulang-ulang. Dokter mengelengkan kepalanya, kemungkinan untuk sadar tipis sekali. Setelah memeriksa, dokter beserta suster keluar dari kamar VIP.

"Gimana keadaan, putri saya Dok?"tanya mama khawatir setelah di beri kabar Bella bahwa putrinya mengalami kejang.

"Kita tunggu satu kali dua puluh empat jam, kalau sampai besok putri anda tidak sadarkan. Maka dia mengalami koma, Nyonya." Dokter Ardi menjelaskan agar beliau siap akan konsekuensinya.

"Oya, Nyonya. Apakah Putri anda pernah mengalami benturan di kepalanya?" tanya Dokter Ardi lagi sebelum meninggal ruangan itu.

"Pernah, saat masih kelas tiga SMP. Saat itu dia mengalami kecelakaan yang membuat kepalanya terbentur," jelas Arka yang mengetahui pasti kondisi adiknya.
Karena selama ini mereka hanya tinggal berdua dan orang tuanya sibuk bekerja. Semua orang yang berada disana dibuat terkejut dengan penjelasan Dokter Ardi dan Arka.

Ronald yang berdiri tidak jauh dari tempat itu hanya sanggup menahan sesak di dadanya, "Aku ingin menenangkanmu, menggerakkan hatimu, aku ingin mengakhiri kesedihan dan penderitaanmu. Jangan menyerah, Ta. Aku akan selalu berada di sisimu."

Kesempatan Kedua (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang