7

265 50 1
                                    

"Misalnya, ada orang yang nyembunyiin sesuatu hanya untuk kepentingannya sendiri, kira-kira orang itu bisa dimaafin gak?" kata Winter saat ia bertemu dengan Jauhar di sebuah cafe.

Jauhar berpikir keras, "Kalau emang itu sengaja, apa orang itu bakal minta maaf? Emangnya siapa sih orang itu, kok tiba-tiba ngomongin ini?"

"Kamu."

"Aku?" Jauhar mengerjapkan matanya. "Aku sembunyiin apa dari kamu?"

Winter menarik napasnya dalam-dalam. "Soal adik kamu, kenapa kamu gak jujur kalau punya adik.. ya walaupun bukan adik kandung,"

Tenggorokan Jauhar rasanya tercekat. Ekspresi wajahnya kaget mendengar Winter mengatakan kalimat tersebut.

Gadis itu mendesah. "Too bad. Aku tahu hal ini dari Aska."

Jauhar mengepalkan tangannya yang berada di bawah meja.

"Aku mau putus," ucap Winter berat.

Jauhar mengangkat wajahnya menatap gadis di hadapannya. Bibirnya terasa kering saat akan mengucapkan kata," Maaf... "

Winter menunggu penjelasan dari Jauhar, sejujurnya sangat ingin memahami keadaan Jauhar, tetapi lelaki itu hanya mengatakan maaf saja.

Malamnya Jauhar memutuskan untuk bertemu dengan Aska di sebuah tempat yang biasa mereka jadikan tempat tongkrongan.

"Anjing! maksud lo apa gosipin keluarga gue?"

Aska menggedikkan bahunya tak acuh, "Gosip apa?"

"Gimana Winter bisa sampe tahu tentang adik gue?" tukas Jauhar dengan tatapan tajamnya.

Melihat ekspresi di wajah Jauhar, Aska menyeringai. "Itu fakta bukan gosip. Lagian gue gak tega kalau sampe Winter jatuh ke pelukan lo, bokap lo aja kayak gitu jadi bisa kebayang kan anaknya juga gimana."

Emosi Jauhar meledak mendengar Aska mengutarakan hal itu sehingga ia tak segan melayangkan pukulan bertubi-tubi pada lelaki itu. Perkelahian antara keduanya tak dapat dihindarkan, mereka akhirnya dapat dipisahkan oleh beberapa orang disana.

Jauhar pulang dengan kondisi babak belur. Tentu saja hal itu membuat keluarganya panik dan khawatir. Namun, setelah mendengar penjelasan dari orang yang mengantarnya kalau Jauhar lah yang orang yang pertama menyerang, ia harus menerima amukan dari Ayahnya.

"Jauhar! Kenapa kamu selalu buat masalah?" bentak June pada anaknya.

"Ini semua gara-gara ayah!" balas Jauhar.

"Berani sekarang kamu bentak ayah?" tanya June dengan nada tinggi.

"Ya emang awal semua permasalahan tuh ayah," kata Jauhar sinis.

Rosè menengahi adu mulut antara ayah dan anak itu. Ia agak bingung melihat sikap Jauhar yang sekarang lebih kasar. Mungkin Jauhar hanya sedang mengalami hari buruk saja. Atau, memang sedari dulu sikap Jauhar dingin dan sinis namun tak ia sadari karena tidak terlalu memperhatikannya.

Jauhar memejamkan matanya sejenak untuk meredam amarahnya, lalu ia menatap Janu yang ada dihadapannya. Tetapi, lagi-lagi ia naik darah tiap kali melihat anak itu. Jauhar mengacak rambutnya frustasi dan tiba-tiba mendekat ke arah Janu. "Lo bisa secepatnya pergi dari sini?"

By NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang