5

314 52 2
                                    

Janu terbangun di kamar yang terasa asing baginya. Semalam ia tidur bersama abangnya, namun ternyata Jauhar sudah tidak ada disana, Janu pun mencari-cari abangnya itu tapi tak nampak juga. Setelah itu, barulah ia sadar kalau Jauhar sudah pergi dari rumah karena motornya tidak ada di garasi rumah. Padahal masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolahnya.

Ia pun masuk kembali dan bersiap untuk berangkat sekolah. Janu yang sudah rapi memakai seragam sekolah barunya itu menghampiri ayah dan bundanya yang sedang sarapan.

"Udah siap ternyata, kalo gitu kamu sarapan dulu ya. Bunda mau siap-siap dulu," ucap Rosè yang berjanji akan mengantarnya ke sekolah.

Janu pun ikut sarapan bersama ayahnya. Sekarang ia harus menyesuaikan lidah dengan makanan buatan bundanya yang sejujurnya bukanlah seleranya.

"Janu, kamu harus coba mengakrabkan diri sama bunda dan abangmu." ucap June seraya menepuk pundak anaknya.

"Kenapa? ayah baru sadar kalau aku sulit diterima di keluarga ini? apa aku harus melakukan itu supaya bisa tinggal disini?" tanya Janu.

"Bukan gitu, kita ini sekarang kan keluarga,"

"Bukan kemauanku buat tinggal disini, aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan siapapun." ucap Janu lalu menyimpan peralatan makannya di meja.

"Apa maksud kamu? kamu itu anak ayah, mana mungkin ayah biarin kamu sendirian." ucap June dengan tetap berusaha tenang.

Hari ini Janu akan diantar oleh Bunda Rosè sembari mengurus segala keperluan di sekolah menengah pertamanya. Rosè memarkirkan mobilnya di halaman sekolah yang bersebelahan dengan SMA tempat Jauhar bersekolah.

"Loh itu bundanya Jauhar, ngapain ya di SMP?" tanya Winter teman dekat Jauhar sambil menunjuk ke arah Rosè berdiri.

Winter hendak memanggil Rosè karena saling mengenal tapi ia terheran karena seorang pemuda baru saja keluar dari mobil bukanlah Jauhar.

"Pagi tante," sapa Winter pada Rosè.

"Eh, halo Winter, pagi juga," balas Rosè, ia terkejut bertemu dengan teman anaknya itu terlebih dengan Janu disampingnya.

"Lagi ada perlu ke sekolah ya, tan?" tanyanya yang sebenarnya penasaran dengan pemuda itu.

"Oh iya nih," belum sempat memperkenalkan Janu sebagai adik dari Jauhar, bel sekolah berbunyi sehingga Winter harus segera meninggalkan mereka.

Hari pertama Janu di sekolah barunya tidak ada yang menarik, ia hanya menemukan fakta kalau Jauhar alumni SMP ini dikenali oleh semua murid, guru-guru bahkan para staff sekolah hingga satpam saat bundanya datang tadi. Sepertinya karena latar belakang sebagai anak dari June Pamungkas dan Roseanne pasangan pengusaha terkenal di kotanya membuat Jauhar mudah dikenal, bahkan atensi dapat Janu rasakan juga dengan cepat.

"Lo beneran anaknya om June? adiknya kak Jauhar?" tanya seorang perempuan yang tiba-tiba duduk disebelahnya.

Janu hanya menatap aneh perempuan itu, apa pentingnya juga untuk dia tahu soal dirinya anak siapa dan adik siapa.

Perempuan itu kini malah mengulurkan tangannya, "Kenalin gue Jihan Manista, kita sekelas by the way,"

Janu hanya mengangguk dan berdeham tanpa menjabat tangan Jihan yang sedari tadi terulur.

Jihan pun menarik kembali tangannya dengan kikuk, "Lo gak ke kantin? Kan Kantin disini nyatu sama kantin SMA biasanya disana ada kak Jauhar juga yang sering nongkrong bareng temen-temennya,"

"Lo sendiri kenapa gak pergi bareng temen lo itu? Malah gangguin orang gak jelas gini,"

"Oh sorry ya kalo gue ganggu, take your time," kata Jihan lalu ia beranjak untuk pergi tapi tangannya ditahan oleh Janu.

"Gue bukan ngusir lo," Janu merasa kata-katanya tadi terlalu kasar, ia merasa tidak enak akan hal itu.

"Kalau gitu, kita bisa temenan kan?" tanya gadis itu lalu menjulurkan tangan untuk kedua kalinya.

"Iya," jawab Janu lalu menjabat tangan Jihan.

Kalau tidak ada keluarga yang bisa menjadi tempat bersandar, setidaknya ada teman untuk menjadi tempat bercerita.

Sementara itu, di kantin Jauhar hanya menemani Winter makan tidak seperti biasanya berkumpul dengan teman-teman yang lain.

"Oh iya, kamu tadi liat gak sih?" tanya Winter pada lelaki di hadapannya.

"Liat bidadari? ini dari tadi aku liatin," ucap Jauhar sambil menyeruput es teh.

"Iih bukan, liat bunda kamu." katanya.

"Bunda?"

"Iya, aku liat bunda kamu di SMP bareng anak cowo," jelas Winter. "Kamu kan gak punya adik, itu siapa kamu?" lanjutnya. Namun Jauhar tak menjawab pertanyaan itu dan mengalihkan pembicaraan.

Dibalik senyumnya, emosi Jauhar meledak. Dari sekian banyak orang mengapa harus Winter yang bertemu Janu saat sedang bersama Bundanya.

By NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang