Jauhar sudah kembali ke rumah namun suasananya terasa dingin seolah-olah kehangatan tak pernah hadir dalam keluarga ini.
Bahkan suara akrab June yang selalu terdengar bersahutan dengan suara Jauhar kini tak terdengar lagi.
Semua ruangan yang biasanya terlihat kacau akibat ulah ayah dan anak itu kini tampak sepi seolah tak ada yang mendiami tempat tersebut.
"Ayo makan dulu," ajak June di ambang pintu pada anaknya.
"Jauhar, ayah tahu ini sulit buat kamu tapi tolonglah coba belajar terima seperti bundamu," ujar June kemudian mendekati anaknya yang sedang duduk di depan meja belajarnya.
"Ayah gak tahu kalau bunda itu cuma terpaksa! dia gak pernah bener-bener buat terima anak itu!" jawabnya tajam.
Baru saja June ingin membuka suara, muncul suara lain yang menghentikan percakapan antara ayah dan anak itu. Rosè datang membawakan makan malam untuk Jauhar, June yang melihatnya langsung menghampiri untuk mengambil alih nampan berisi makanan yang sedang dibawa istrinya tapi perempuan itu menolaknya.
"Bisa tinggalin kita berdua sebentar?" tanya Rosè pada pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu.
"Rosè. . ." ucap June seolah memberikan jawaban tidak.
"Aku perlu bicara bersama Jauhar, hanya berdua,"
June pun tak punya pilihan lain selain keluar kembali menemani Janu di meja makan, meninggalkan mereka berdua yang akan membicarakan sesuatu. Sepeninggal June dan memastikan pria itu benar-benar pergi, Rosè menghampiri anaknya yang beberapa hari belum ia temui.
"Maafin bunda ya. . ." ujarnya membuka sesi pembicaraan.
"Kenapa bunda minta maaf? bunda gak salah, yang salah itu ayah," sahut Jauhar seraya menatap wajah sang ibu.
"Kita sama-sama belajar buat terima semua ini ya? kita harus terima Janu jadi keluarga kita, dia gak punya siapapun lagi selain kita." kata-kata yang lancar keluar dari mulut perempuan tersebut terdengar tulus namun sulit dicerna oleh anak lelaki yang mendengarnya.
"Maksud bunda anak itu jadi adikku? Bun! Kita gak perlu pura-pura bersikap seperti udah terima dia, aku gak mau." ujar Jauhar penuh interupsi.
"Pelan-pelan pasti bisa," ucap Rosè sembari mengusap kepala anaknya, "Habisin ya makanannya, terus mandi. Bunda berangkat kerja," lanjutnya lalu mencium kening Jauhar.
Setelah menghabiskan makanannya, Jauhar pun bergegas mandi dan bersiap-siap pergi kembali. Namun, ia tak melihat motornya yang terparkir di halaman rumah.
"LAH MOTOR MANA?!?"
Jauhar yang panik langsung menghubungi ayah dan bundanya. Lalu atas saran Rosè, ia pergi ke pos satpam kompleks dan benar ternyata ada seorang anak laki-laki yang membawa motornya pergi.
Dengan harap-harap cemas Jauhar menunggu motor yang dipakai itu kembali di depan rumahnya. Tak lama datanglah Janu yang membawa motor milik Jauhar.
"Bang, ini Janu beliin-"
Belum selesai Janu bicara, Jauhar yang kesal mendorong anak itu sampai hampir tersungkur.
"KALO PAKE BARANG ORANG YA IJIN DULU!" ucap Jauhar penuh emosi.
"Janu bilang kok, tapi abang lagi mandi mungkin gak denger," jelas Janu.
"Alesan!"
Jauhar pergi meninggalkan Janu dengan rasa bersalahnya. Janu berpikir apakah ia akan mudah diterima oleh keluarga ayahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
By Name
FanfictionJaehyuk merasa kalau keadaan keluarganya sudah cukup baik-baik saja walaupun orangtuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi mungkinkah keadaan berubah menjadi lebih baik saat Jeongwoo tiba-tiba datang menjadi anggota baru di keluarga mereka ata...