"Jauhar... "
Panggilan ke sekian kali untuk menyadarkan lamunannya. Semenjak tahu soal kondisi adiknya, Jauhar jadi sering kehilangan fokus. Bunda membujuk Jauhar berulang kali untuk pulang ke rumah karena Jauhar masih memakai seragamnya sejak tempo hari datang ke Rumah Sakit.
Dulu Jauhar tidak merasa keberatan untuk tinggal di rumah sendirian jika kedua orangtuanya sedang sibuk. Namun, kali ini ia merasa berat untuk pulang karena Jauhar sudah terbiasa dengan keramaian yang dibuat oleh Janu. Ia terbiasa untuk menghabiskan waktu bermain game hingga tengah malam bersama Janu walaupun Bunda sudah memarahi mereka. Ia sudah terbiasa tidurnya diganggu oleh Janu yang tiba-tiba merebahkan diri di kasur sempitnya walaupun akan didorong olehnya. Ia sudah terbiasa beradu mulut dengan Janu hingga membuat berisik seisi rumah walaupun akhirnya dimarahi oleh Ayah. Karena Jauhar sudah terbiasa dengan hal-hal kecil tersebut.
"Abang.."
Jauhar belum bicara apapun dengan Janu sejak saat itu. Ia hanya diam disana tanpa bicara sepatah kata pun pada adiknya. Jauhar sebenarnya tidak ingin diam seperti ini tapi ia masih kesulitan untuk merespon seperti apa sehingga terus berakhir dengan keheningan.
"Abang gak mau ngomong sama Janu?" tanya Janu sambil menaikan sebelah alisnya.
"Maaf ya Janu, Abang harusnya gak kayak gini." Jauhar menggenggam tangan adiknya erat, "Pokoknya lo harus sembuh, gue bakal bilang ke Kakek supaya bisa terus temenin lo."
Sebenarnya Jauhar tahu betul sifat keras Kakeknya seperti apa. Ayah dan Bundanya saja tidak dibolehkan ikut pergi menemani Janu, apalagi dirinya. Namun, ia akan berusaha meyakinkan Kakeknya untuk bisa menemani Janu bagaimana pun caranya.
"Apa yang pengen lo lakukan? apa yang pengen lo makan? apa yang pengen lo punya? kita akan melakukan semuanya buat kamu mulai sekarang."
Janu senang akhirnya Jauhar kembali bicara dengannya. "Hm.. " Janu terlihat seperti sedang berpikir, "Kenapa? Ada tempat yang pengen lo datengin?" tanya Jauhar.
Ia berusaha memikirkan berbagai macam jawaban yang akan diberikan, dan akhirnya Janu memikirkan sesuatu yang tepat.
"Ibu," katanya, "Janu pengen ke tempat ibu,"
Jauhar terkejut mendengar jawaban itu. Suasana menjadi terasa aneh dan hening kembali.
"Maksudnya gue pengen ke tempat yang pernah gue datengin sama ibu dulu," jelas Janu.
Jauhar terbatuk-batuk dan berkata, "Oke, nanti gue minta izin buat ajak lo pergi kesana."
Diam-diam, Janu langsung mencari tahu tentang pantai itu di internet. Menurut informasi yang dibacanya, lokasi pantai itu tidak terlalu jauh dan terlihat sangat indah.
Janu terlihat sangat senang, ia begitu bersemangat memikirkan akan kembali mengunjungi tempat tersebut. Seandainya ini adalah saat-saat terakhirnya... Seandainya di pantai itu adalah tempat terakhirnya... Janu tidak akan menyesali apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Name
FanfictionJaehyuk merasa kalau keadaan keluarganya sudah cukup baik-baik saja walaupun orangtuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi mungkinkah keadaan berubah menjadi lebih baik saat Jeongwoo tiba-tiba datang menjadi anggota baru di keluarga mereka ata...