"Jadi soal persamaan linear jadi harus pindahin semua persamaannya ke kiri. ngerti kan?"
Cara Jauhar menjelaskan mudah untuk dipahami oleh Janu. Gaya bicaranya jauh lebih lembut dibandingkan dengan saat pertama kali mereka bertemu yang seakan menjelaskan bahwa Jauhar sudah menerimanya dan baik-baik saja.
"Hm. iya," ucap Janu sambil mencatat apa yang Jauhar ajarkan.
"Kalo bisa cepet ngerti nanti nilai lo bagus jadi gampang buat masuk sma gue sekarang."
Sejak pagi, kedua remaja ini memiliki kesibukan yang sama di akhir pekan yaitu mengerjakan tugas sekolah. Jauhar dan Janu bukanlah anak yang ambisius sampai merelakan waktu liburnya untuk tugas, mereka sama seperti remaja pada umumnya yang suka bermain.
Sekarang keduanya butuh udara segar dan juga minuman segar, " Lo pernah cobain es degan yang deket pom bensin itu gak?"
Janu menggeleng, "Belum pernah bang."
"Kesana yuk!" ajak Jauhar.
"Bang? naik sepeda aja gimana?" tanya Janu sambil merapihkan bukunya.
"Males ah, panas." tolak Jauhar.
Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di tempat es degan yang Jauhar usulkan dengan nafas terngengah-engah. Iya, akhirnya Jauhar berhasil dibujuk untuk naik sepeda kesana.
"Kang es degan pake jeruk nipis minum disini dua ya!"
"Siap!" sahut penjual es degan itu.
Jauhar dan Janu duduk di bangku panjang sambil menyandar ke tembok. Sepertinya mereka sangat kelelahan karena mengayuh sepeda di bawah teriknya matahari.
Di perjalanan pulang, Janu menghentikan laju sepedanya saat melewati sebuah lapangan basket. Dan tiba-tiba saja ia merasa ingin mengajak Jauhar untuk bermain basket.
"Bang! Main basket dulu, mau gak?" ajak Janu.
"Nggak dulu deh," tolak Jauhar.
"Kenapa? Takut kalah ya?" tanya Janu yang terdengar menantang kakaknya.
"Nggak tuh!" bantahnya.
Jauhar akhirnya mau bermanin basket melawan Janu karena kebetulan ada bola basket di lapangan tersebut. Jauhar heran, kenapa ia tidak bisa mengejar skor Janu padahal dirinya merupakan anggota club basket di sekolah.
"Ternyata bener, lo sempet nolak karena takut kalah kan bang?" ujar Janu sambil menyunggingkan senyum.
"Wah, lo ngeremehin gue ya?" jawab Jauhar tak terima, "Ayolah maen sekali lagi!" lanjutnya.
"Nggak ah, gue mau pulang aja bang,"
"Kok gitu sih? Ayo maen lagi, kali ini gue bakal menang."
Jauhar melemparkan bola basketnya namun Janu tak tahu kalau bola tersebut melayang ke arahnya,
Bruk!!
"Emang kena ya?"
Janu jatuh tergelatak tak sadarkan diri di lapangan, Jauhar sangat panik karena adiknya tiba-tiba pingsan padahal bola tersebut tak mengenai Janu.
"Janu!! bangun!!"
"Bangun dek!!"
Jauhar berusaha membangunkan adiknya namun belum juga ada tanda-tanda segera sadar sehingga Jauhar segera menggendong tubuh Janu dan membawanya ke rumah.
"Gimana keadaan Janu?" June dan Rosè baru tiba bersama setelah mendapat panggilan dari Jauhar.
"Baru siuman," jawab Jauhar.
Mereka melihat Janu yang masih terbaring lemas, "Janu gak apa-apa kok, cuma kecapekan aja," ujarnya.
"Kalian udah ngapain sih?" Rosè bertanya, ia heran mengapa tiba-tiba anaknya kecapekan hingga pingsan di hari libur seperti ini.
"Tadi kita sepedaan terus main basket," jelas Jauhar.
"Apa perlu kita ke rumah sakit aja?" tanya June.
"Gak usah Yah, Janu gak kenapa-napa kok cuma pusing aja," jawabnya disertai senyuman untuk meyakinkan mereka.
"ASTAGA!!"
Semua orang menoleh pada Jauhar yang terlihat menepuk jidatnya, "Sepedanya ketinggalan di lapangan," katanya.
"Astaga, kamu bikin ini Ayah jantungan terus,"
Sejujurnya Janu memang merasakan pusing yang sangat hebat padahal kepalanya tak terkena hantaman bola, namun ia tak ingin membuat mereka khawatir dan meyakinkan dirinya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Name
FanfictionJaehyuk merasa kalau keadaan keluarganya sudah cukup baik-baik saja walaupun orangtuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Tapi mungkinkah keadaan berubah menjadi lebih baik saat Jeongwoo tiba-tiba datang menjadi anggota baru di keluarga mereka ata...