19

230 41 2
                                    

Di hari itu Dokter melepas infusnya dan mengizinkan mereka untuk membawanya pergi ke tempat sesuai permintaan Janu.

Jalanan terbentang lurus dengan pepogonan rimbun di sisinya dan tidak terlalu ramai oleh kendaraan lain. Teriknya cahaya matahari dan hembusan udara dingin di hari itu terasa menenangkan.

June mempercepat laju mobilnya, Rosè sibuk memilih lagu yang akan diputar dari playlistnya Sementara Janu yang duduk di samping Jauhar menurunkan kaca jendela dan memandang ke luar, sambil bersenandung ia mengulurkan tangan ke luar lalu melambaikannya.

Kurang dari sepuluh menit kemudian, June menghentikan mobilnya. Mereka keluar dari mobil dan merasakan suasana pantai yang nampak sepi itu. Janu berdiam diri di tempat selama beberapa menit, Jauhar dan orangtuanya tidak berniat mengusik Janu yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Kemudian Janu berjalan menyusuri pantai bersama Jauhar, sementara June dan Rosè mengikuti dari kejauhan. Apa yang dipikirkan Janu saat itu?

"Dulu waktu ayah gak dateng buat nepatin janjinya, ibu ajak gue ke pantai ini dan gue gak sedih lagi."

Janu memandang pasir dengan jejak-jejak kaki orang yang pernah mengunjungi pantai itu. Ia seperti terlihat bimbang untuk meninggalkan jejak kakinya disana atau terlihat seperti sedang mencari jejaknya di masa lalu.

Jauhar menggenggam tangan Janu, "Jangan salah paham,"

Tangan Jauhar terasa lebih dingin, jadi Janu pun menggenggam juga tangan itu. Ia menoleh menatap kakaknya. Jauhar memalingkan wajahnya malu.

"Gue tahu, Lo sebenernya gak nyaman pegang tangan gue tapi lo berusaha hibur gue doang kan?" tanya Janu mengalihkan karena ia tahu, Jauhar tetap lah Jauhar yang hatinya keras.

"Bukan, gue gak tahu kapan bisa genggam tangan lo lagi."

Kenyataan bahwa Jauhar sedang bersama Janu adalah kebahagiaan terbesar baginya. Setinggi apapun harga yang harus dibayar, Jauhar bersedia membayarnya demi bisa terus bersama adiknya.

Janu memahami ucapannya. Ia menatap Jauhar dalam-dalam, ia ingin menghibur Jauhar. Menyimak bunyi ombak dan hembusan angin, Janu berlari ke arah bibir pantai kemudian diikuti oleh Jauhar dan orangtuanya. Janu berharap bisa terus menyimpan momen ini. Semoga kelak, ketika hembusan angin yang terasa seperti saat ini, keluarganya akan teringat pada momen bahagia bersama Janu.

Melihat Janu berlari sambil tertawa bahagia seperti anak kecil. Pemandangan itu pun membuka pikiran Jauhar, "Di lain waktu, ayo kita ketemu lagi. Gue gak bakal berbuat jahat sama lo, gue bakal jadi kakak laki-laki yang baik, gue bakal jagain dan sayang sama lo, Janu."

By NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang