15

219 42 1
                                    

"Janu," panggil Hasta Kamandaka, sepupunya yang tempo hari bertemu di acara keluarga besar ayahnya.

"Ya, kenapa?" sahut Janu.

"Sorry ya, soal tempo hari lalu kayaknya gue gak sopan sama lo," Kata Hasta.

Emang lo gak sopan gerutu Janu dalam hatinya, "Iya, gak apa-apa kok," Kata-kata yang akhirnya terlontar dari mulut Janu.

Rupanya interaksi mereka menarik perhatian semua orang di kelasnya. Pasalnya mereka berdua tidak pernah menunjukkan kedekatannya sekali pun malah Hasta kadang terkesan menganggap Janu tak ada. Dan hari itu tiba-tiba keduanya terlihat akrab.

"Lagi ngomongin apa?" tanya Jihan.

"Bukan apa-apa kok," jawab Janu.

"Lo gak digangguin dia kan?" selidik Jihan.

"Nggaklah, emangnya gue preman." timpal Hasta.

"Hasta gak gangguin gue kok, kebetulan baru tahu aja kalo kita ini sepupuan makanya baru akrab sekarang." jelas Janu.

"Kenapa? Lo takut ya kalo cowok yang lo suka digangguin?" tanya Hasta yang membuat Jihan salah tingkah.

"Apa sih!" sahutnya.

Memang terlihat cukup jelas kalau Jihan menyukai Janu. Namun, sikap Janu padanya tidak menunjukkan tanda-tanda kalau lelaki itu menyukainya juga.

"Soal tadi yang dibilang Hasta, lupain aja ya," kata Jihan.

Janu mengangguk tanda menyetujui. Kalau responnya begitu sih pupus sudah harapan Jihan untuk mendapatkan cintanya. Saat itu, keduanya sedang makan di kantin. Walaupun Jihan punya banyak teman tapi ia lebih suka makan di kantin berdua dengan Janu tapi bukan untuk modus.

"Gimana sekarang masih pusing?" tanya Jauhar yang menghampiri mereka.

"Lo sakit?" tanya Jihan.

Jauhar melirik gadis itu kemudian menatap adiknya seolah bertanya siapa perempuan yang bersamanya. Lalu bibir Janu bergerak mengisyaratkan kalau dia adalah temannya.

"Janu, lo sakit apa?" tanya Jihan lagi.

"Nggak kok, kemarin cuma kecapekan aja." jawabnya.

"Yaudah kalo kenapa-napa kabarin gue ya," kata Jauhar lalu pergi meninggalkan mereka.

"Gue cariin taunya lagi berduaan disini," ucap Hasta yang datang menghampiri seraya menepuk pundak Janu.

"Ada apa sih?"

"Jadi gini, hari ini gue tanding taekwondo lawan Juniel anaknya sekretaris bokap gue yang waktu ketemu di acara keluarga," kata Hasta. "Kalau lo gak ada acara, mau nonton kan?" lanjutnya.

Janu sempat berpikir-pikir dulu, hingga akhirnya sore itu ia duduk di tribun penonton bersama Jihan. Sebelumnya Jihan sempat menolak karena tidak mengerti tentang pertandingan taekwondo itu tapi ia pun tak tega kalau membiarkan Janu pergi menonton sendirian.

"Masih lama gak sih?" tanya Janu setelah menenggak air mineral yang ia beli sebelumnya, gadis itu menjawab "Kenapa? sakit? mau pulang aja?"

Janu menggelengkan kepala, "Nggak kok,"

"Janu, lo kenapa?!" tanya Jihan yang terdengar sangat panik ketika menoleh ke arah Janu.

"Gue gak apa-apa kok,"

Jihan mengeluarkan tissue dari tasnya lalu mengusapkan dan membersihkan darah yang mengalir dari hidung Janu. Ternyata Janu tidak sadar kalau dirinya mengalami mimisan.

"Kita pulang aja yuk? Atau mau ke rumah sakit dulu?" tanya Jihan menawarkan.

Tentu gadis itu sangat khawatir dengan keadaan Janu, tapi lagi-lagi lelaki itu menahannya dan meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja.

"Gue gak apa-apa kok." katanya, "Udah janji juga kan mau nonton Hasta, masa pergi gitu aja."

Tak berselang lama akhirnya Hasta masuk ke arena pertandingan, jadi terpaksa Jihan mengikuti kemauan Janu untuk menonton pertandingan itu. Jihan mengamati lelaki yang bewajah pucat itu, jujur ia sebenarnya sangat ingin menarik Janu keluar dan membawanya ke Rumah Sakit tapi ia takut hal tersebut malah membuat hubungannya menjadi canggung, ia tak ingin hal itu terjadi. Duh, Janu beneran gak apa-apa kan?

By NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang