OO. prolog

59 15 24
                                    

Dua orang pria muda berumur sembilan belas tahun mengukus wajahnya dengan cucuran keringat. Badannya masing-masing menguarkan bau harum yang khas-yang satu beraroma mint dan yang satu lagi beraroma gatsby.

Kira-kira sudah lima belas menit mereka berdua dihukum berlari di lapangan kampus. Pasalnya, keduanya kompak datang telat.

Mereka awalnya tidak saling mengenal, tetapi karena keterpaksaan menyuasanai-mau tak mau, sudi tak sudi.

"Nama lo emang Jimin atau itu cuma nama gaul aja?" tanya satunya dengan mengarahkan langkah tungkainya ke pinggir lapangan setelah lari ngos-ngosan dibawah terik sang surya.

"Nggak gitu, itu singkatan. Soalnya kalo gue pake nama asli gue, pelafalannya susah makanya disingkat aja," jawabnya, lalu menawarkan minum.

"Oiya dibacanya bukan Jimin, tapi Jeymin."

Pria yang mendengarkan mengangguk pelan. "Oh, sorry kirain."

"Gapapa, santai. Udah sering kok orang lain selisihbaca kayak lo tadi."

Subjek pembicaraan-Hangyul- tensenyum tipis, mengendarkan pandangan ke arah nametag bertuliskan 'J-Min.'










- -

Wajah tampan nan menawan seorang Yoojun sudah terdaftar dalam kehidupan sehari-hari dia.

Bahkan, dirinya sering menjadi suaka bagi anak gadis yang tengah bertengkar dengan pacarnya.

Jangan heran kalau yang menjadikan dia sebagai pelampiasan seperti itu akan terkena pelet rayuan. Yoojun akan membujuk, memikat dengan kata-kata yang manis.

Dan pada waktu ini, kejadian itu dalam diri Yoojun sedang berseluncur memainkan peranan.

Tepat Yoojun berada di taman sekolah-bersama seorang siswi perempuan berseragam sama. Di nametag-nya terdapat nama Hyewon.

"Gue capek kayak gini terus, harus sampe kapan status gue digantungin sama dia?" si cewek mengadu nasib.

Yoojun membawa dagu Hyewon yang tadi menunduk menjadi saling berbagi netra dengan kedua matanya.

"Gak usah dipikirin, yang ada kamu malah capek beneran. Mending kamu ikut saya aja nanti pulang sekolah, kita refreshing ngebebasin diri dari masalah."










- -

"Untuk tingkat yang lebih tinggi, suatu uraian menjelaskan tentang sesuatu, menjelaskan mengapa sesuatu berbuat begitu-mempertanyakan segala sesuatu juga termasuk hal penting," ungkap Junseo Park diiringi senyuman manis, siswa SMA yang tahun ini bersinggasana di kelas sebelas.

Katanya, tahun ini dia akan mencalonkan diri menjadi ketua OSIS.

Fitrah dirinya dengan wibawa kepemimpinan terlihat sempurna, apalagi dengan pembendaharaan tata bahasa yang dia punya.

Teman presentasi disebelahnya-Muzin-mengangkat tangan dan bertepuk tangan untuk bait kata terakhir yang Junseo ucapkan. "Keren, bro."

Dan diikutsertakan seluruh siswa-siswi di kelas memberikan tepuk tangan, tak luput guru Sosiologi dan beberapa siswa yang senantiasa menyanjung Junseo.

Apa respon Junseo? Dia disana berdiri dengan setengah mati senang. Suasana seperti ini sangat memberikan antusiasme tersendiri.










- -

Ryu Youngseo, begitu nama lengkap siswa teladan kebanggaan para guru.

Mengikuti segala macam perlombaan adalah jalan ninja Youngseo. Khususnya, lomba-lomba seni seperti yang sekarang ini Youngseo memacu jalur.

Meskipun Youngseo masih bisa dibilang siswa baru, tapi prestasi yang dicapai demikian banyak.

"Wah, nak Youngseo kamu sudah melakukan yang terbaik. Ibu berharap kamu dapat membawa pulang piala kemenangan demi sekolah kita, ya."

Youngseo baru saja turun dari panggung langsung menggerakkan kepala ke bawah, mengiyakan tanda setuju.

"Iya, bu."

Guru yang mengantarkan ke perlombaan mengangguk-angguk, pertanda beliau sudah paham maksud Youngseo.

Sampai tiba, nama Youngseo pun dipanggil kembali untuk hadir ke panggung perlombaan atas kemenangan yang berhasil diraihnya lagi.











- -

Tiga sekawan, dimana anggotanya berisikan tiga orang anak pubertas kelas sembilan sekolah menengah pertama.

Pertama, ada Doha. Anak itu memiliki kisah trauma yang buruk di masa lalu, kehidupannya juga sedikit tertutup.

Tapi jangan salah, Doha adalah anggota paling pintar di komplotan ale-alenya.

Kedua, Bit-anak empat belas tahun yang memancarkan aura positif bagi orang-orang disekitarnya. Badan mungil serta senyum merekah selalu menjadi pelengkap.

Terakhir ada Dohyon, lebih akrab jika dipanggil dodo. Anggota tiga sekawan yang dimanapun dan kapanpun senantiasa mengunyah makanan.

"Kalian tau gak sih kalau coklat bisa bikin perasaan jadi bahagia?"

Dohyon buka suara sambil mengunyah coklat yang dibeli dari kantin sekolah.

Bit melepaskan sedotan susu pisangnya, berniat untuk menjawab pertanyaan Dohyon. "Hah, emang iya?"

Doha mendelik kedua sahabatnya.

"Berdasarkan penelitian, coklat emang mampu merangsang produksi endorphin yaitu sebuah bahan kimia di otak yang menciptakan rasa senang. Selain itu,

kandungan serotonin, dan antidepresan yang ada pada coklat bisa meningkatkan mood seseorang," jelas Doha panjang lebar.














© ocsahi, 2021.

© ocsahi, 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lanjut gak?

intersection ; bae173.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang