Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 03.15 WIB. Sejak beberapa menit lalu segerombol orang sudah mulai menyerukan suara mereka untuk memberitahu sahur telah tiba pada penghuni komplek. Begitu juga di kediaman Diningrat, Mami Irene tengah membangunkan putra satu-satunya.
Hari ini, sahur pertama dimulai. Biasanya Sunoo sudah sibuk sendiri mempersiapkan makanan untuk disantapnya bersama Bapak Suho dan Mami Irene. Tapi, kali ini tidak, sebab Sunoo hampir seminggu lebih selalu mengurung dirinya di kamar.
"Noo, bangun atuh ih. Mami udah nyiapin makanan kesukaan kamu. Yakin gak mau sahur? Nanti laper loh," oceh Mami Irene sambil berdiskusi bersama Bapak Suho di depan pintu kamar Sunoo.
Bapak ikut mencoba merayu Sunoo. "Nanti bapak tambahin uang jajannya gimana? Ayo sahur dulu."
"Pak, ini gimana? Anak kita udah semingguan nggak kayak biasanya. Mami khawatir atuh pak. Gimana kalau Sunoo macem-macem?" keluh Mami Irene sambil menguncir rambutnya asal.
Menggedikkan bahu, Bapak Suho juga bingung harus bagaimana. "Oh bapak punya ide. Tunggu sebentar mih."
"Mau ngapain pak? Nanti keburu imsak kalau nungguin Sunoo keluar kamar sendiri!" sahut Mami sambil memandang punggung Bapak Suho yang menjauh dari kamar Sunoo.
Ternyata Bapak Suho tengah menghubungi Arletta. Menurut Bapak, hanya cewek itu yang bisa membuat Sunoo menurut. Tapi sayangnya Arletta tak menjawab panggilan Bapak sama sekali. Dan itu membuat Bapak pasrah dengan Sunoo.
Sedangkan Mami Irene masih setia berdiri di depan pintu kamar Sunoo. Mami terlanjur kesal dengan putra satu-satunya itu, hanya karena seorang perempuan, seakan dunianya hancur seketika. Padahal masih ada Mami dan Bapak yang memerhatikannya.
"Ya udah terserah kamu maunya gimana. Biarin aja nggak usah sahur sekalian. Mami nggak tanggung kalau kamu kelaperan. Lagian ya Noo, kamu tuh dosa udah nggak nurut apa kata mami!" oceh Mami dengan intonasi berat.
Sunoo mendengarnya dari dalam kamar dan dia tahu kalau Mami sudah marah besar sekarang. Mau tak mau dia keluar dan menundukkan kepalanya. "Mami jangan ikutan ambekin Sunoo atuh. Makin nyiksa tau!"
"Ya abisnya sih kamu tuh. Lagian udah pernah mami bilang, kalian itu cuma salah paham. Udah nanti mami bantuin." Mami merangkul Sunoo sambil mencubit pipinya gemas.
Merengut cemberut, Sunoo mengangguk dua kali. "Mami kan tau, gimana sayangnya Sunoo sama teh Letta..."
"Oh jadi sama mami nggak sayang? Kamu lebih sayang sama Arletta? Ya udah mami pergi-"
"MAAAMIIII IIIIH SUNOO NGGAK MAKSUD BEGITUUU!" teriak Sunoo sambil menghentak-hentakkan kaki.
Bersamaan dengan itu, Bapak datang sambil membawa ponselnya. "Alhamdulillah, udah keluar kamar juga. Kamu kayak anal gadis deh Noo. Udah ayo sahur, nanti keburu imsak."
"Bapak abis ngapain sih?" Itu tanya Mami.
Mendekat ke arah Mami, Bapak berbisik, "Bapak telepon neng Letta tapi nggak diangkat. Kayaknya beneran putus deh mereka."
"Ish ya udah jangan dibahas dulu, anaknya pundungan begitu nanti bisa riweh." Mami Irene kembali merangkul Sunoo. "Ayo kasepnya mami kita makan."
"Kamu mau makan apa hm?" lanjut Mami Irene bertanya.
Bapak hanya menggelengkan kepalanya melihat istri dan anaknya. "Perasaan bapak waktu muda nggak begitu banget pas putus cinta."
"Mih aku mau makan mie goreng." Sunoo dan Mami Irene tiba di ruang makan.
Mami Irene langsung menyilangkan kedua tangannya. "Kamu mie mulu. Sahur tuh makan nasi atuh. Mami masakin ayam goreng? Atau nugget, masih ada. Terus juga ada kentang balado dicampur ati, kesukaan kamu. Jadi, mau apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Palang Merah Cinta | Kim Sunoo
Fanfiction[Feat; Soobin, Jake, Sunghoon, Jay & Daniel] Bagaimana jadinya ketika Sunoo harus ikut orientasi Palang Merah Remaja, disaat dirinya sendiri takut dengan darah. Semua Sunoo lakukan hanya untuk kakak kelas yang dia sukai, Arletta. Design cover by @im...