Tidak Percaya Diri;

996 223 38
                                    

Setelah acara JUMBARA minggu lalu, Sunoo jarang terlihat di ruangan UKS atau tempat di mana biasanya ada Arletta. Bukan tanpa sebab, ternyata Sunoo sedang sakit jadi tidak masuk sekolah selama dua hari.

"Hidup gue kayaknya hambar ya," gumam Arletta.

Jake mengernyitkan dahi. "Apa karena si penggemar nomor satu lo nggak pernah ke sini lagi?"

"Ciaaa kangen sama si Sunoo, lo?" celetuk temannya yang lain, Seon.

Heeseung malah tersenyum. "Samperin aja ke kelasnya, terus tanya dia kenapa. Khawatir kan?"

Mau tak mau Arletta menjadi salah tingkah. Bagaimana bisa dia bergumam seperti itu. Tapi, memang benar sih, rasanya seperti ada yang kurang bagi Arletta.

"Nggak usah ngarang kalian. Justru nggak ada dia hidup gue tentram!" seru Arletta lalu beranjak dan meninggalkan ruangan.

Saat Arletta menyusuri koridor sekolah menuju kantin, dia tak sengaja berpapasan dengan orang yang selalu bersama Sunoo. Siapa lagi kalau bukan Daniel.

Awalnya Arletta ingin biasa saja. Tapi, tiba-tiba Daniel menyerukan namanya. Jadi, Arletta berhenti melangkah. "Kenapa?"

"Teh --eh kak Letta maksudnya. Aduh kebiasaan denger Sunoo manggilnya teteh, maaf ya kak," ucap Daniel.

Arletta mengangguk. "Iya nggak apa-apa. Ada apa manggil tadi?"

"Oh iya kak, kalau nggak keberatan nanti kak Letta mau ikut nggak jenguk Sunoo? Siapa tau langsung sembuh nanti pas ada kakak." Daniel mengatakan itu seperti ragu-ragu.

Mengernyitkan dah, Arletta berkata, "pantesan aja itu bocah nggak pernah keliatan. Sakit apaan dia?"

"Patah hati kayaknya kak. Katanya dia nggak sanggup kalau harus liat kak Letta sama Jake terus. Dia merasa kalah kak," jelas Daniel sambil menundukkan kepala.

Sebenarnya dia sedang misuh-misuh sendiri. Sebab, dia tak ingin menyampaikan ini kalau saja dia tidak kalah dalam bermain games bersama Sunoo kemarin. Jadi, Daniel hanya menjalankan apa yang diperintahkan Sunoo melalui earphone yang terpasang di telinga Daniel.

Arletta semakin tak mengerti. "Hah? Maksudnya apaan? Kok jadi Jake?"

"Oh bukan Jake kak, bukan!" seru Daniel ternyata dia salah dengar. Barusan Sunoo mengatakan Soobin, bukan Jake.

Iya Soobin, siswa dari sekolah lain yang ikut serta saat acara JUMBARA minggu lalu. Sejak itu juga, Soobin jadi sering terlihat di sekolah Sunoo hanya untuk menjemput Arletta. Padahal awalnya hubungan mereka tidak terlalu baik, apalagi ada cewek lain yang juga menyukai Soobin dan sempat mengerjai Arletta saat kemah waktu itu.

"Ya terus siapa? Astaga, lo kalau ngomong yang jelas kenapa sih? Kalau nggak ada hal penting lagi, gue duluan," oceh Arletta final.

Di seberang telepon sana, Sunoo yang mendengar Arletta seperti merajuk, tentu saja berteriak pada Daniel. Dia meminta Daniel untuk menghentikannya.

"Kak sebentar, kali ini beneran." Daniel berlari dan menghadang jalan Arletta.

Mengembuskan napas pelan, Arletta diam dan mencoba mendengarkan apa yang mau disampaikan oleh Daniel. "Iya, buruan bilang ada apa?"

"Jadi gini kak, Sunoo sakit dan dia nanyain kakak terus. Kalau kakak nggak keberatan, mau ikut jenguk Sunoo nggak nanti pulang sekolah?"

"Bisa sakit juga dia? Eh nggak gitu maksudnya, sakit apa dia? Tadi gue tanya, malah bercanda," sahut Arletta.

Daniel mengangguk dua kali, lalu berkata, "iya maaf kak soal tadi. Sunoo sakit typus kak, dia batu banget emang. Waktu abis acara waktu itu, sempet keujanan kan. Terus kemarenan lagi dia main ujan-ujanan sengaja. Minta ditabok emang."

Palang Merah Cinta | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang