Sosok Soobin;

941 209 19
                                    

"Bun, aku pergi sebentar," teriak Soobin dari ambang pintu setelah mengeratkan jaket. Tapi anehnya dia malah mengenakan celana pendek.

Sang Bunda --Seulgi, yang tengah mengobrol dengan adiknya Soobin, langsung menoleh dan berkata, "hati-hati Bin. Bawa payungmu, jangan lupa."

"Hoon, coba dicek itu abangmu."

Sunghoon, adik Soobin hanya menggedikkan bahunya acuh. "Bunda aja, aku mau ke kamar."

Sebelum Seulgi mengingatkan Soobin, pemuda bermata sipit itu sudah membawa payung lipat warna biru muda yang ia genggam di balik jaket yang ia kenakan.

Apa sebenarnya yang akan Soobin lakukan diderasnya hujan hari ini? Bukankah kebanyakan orang akan berhibernasi di musim seperti ini? Apalagi waktu sudah menunjukkan jam enam belas lewat tiga puluh lima menit.

Soobin, pemuda itu berjalan kaki menelusuri jalan setapak disekitar rumahnya --dibawah perlindungan payung yang dia bawa tadi. Ternyata tujuannya adalah minimarket yang tak jauh dari kediamannya.

Dia disambut oleh petugas minimarket ketika melewati pintu otomatis yang ada di sana, setelah melipat dan meletakkan payungnya di tempat yang telah tersedia.

"Selamat datang di toko kami."

Soobin hanya mengangguk dan tersenyum simpul tapi malah seperti menunjukkan dia sedang memejamkan mata. Lalu, dia bergerak menuju rak bagian alat tulis.

Alat tulis?

Ya, Soobin keluar rumah dan menempuh derasnya salju hanya untuk mencari beberapa alat tulis dan map untuk menyimpan hal-hal berharganya. Karena yang biasa dia gunakan entah ada di mana, sepertinya Soobin melupakan benda itu.

Bagi Soobin, alat tulis yang disebutkan tadi adalah kepercayaan dirinya. Sebab, dia sering menulis beberapa kata puisi dan menyimpannya di sana.

Di rak alat-alat tulis, Soobin memilah jenis mana yang akan dia beli. Satu persatu dia perhatikan dari segi bentuk dan juga warnanya. Hingga detik berikutnya Soobin menemukan satu-satunya map dengan gambar beruang warna biru dongker atau navy --warna favoritnya.

"I got you." Soobin menghampiri map tersebut dan hendak mengambilnya.

Namun, ada satu tangan yang juga akan meraih map berkarakter warna biru dongker. Alhasil ada dua tangan yang memegang benda tersebut. Bahkan kedua orang itu kini saling tatap dan mengernyitkan dahi mereka.

"Maaf, gue duluan," ucap Soobin yang tak mau mengalah.

Seseorang --gadis, di hadapan Soobin juga tak mau mengalah. Dia malah mendengus kesal. "Jelas-jelas gue yang pertama."

"Nggak, tapi gue duluan yang lihat. Silakan ambil map yang lain. Ini milik gue," jawab Soobin sambil menarik bungkus map tersebut.

Orang itu semakin dibuat kesal oleh sikap Soobin. "Ck! Seharusnya lo ngalah sama cewek! Lagi pula ini warna biru, lo kan laki-laki kenapa nggak ambil yang warna hitam?"

"Kenapa malah mengatur gue? Apa ada yang salah? Jangan karena gue cowok, jadi nggak bisa milih warna itu," jawab Soobin santai tapi pegangan pada bungkus map berkarakter tersebut semakin erat.

Oh, ayolah. Beruntung perebutan map berkarakter tersebut tak berlangsung lama. Gadis itu mengalah sambil menggerutu tak jelas. Sebab, ada satu orang lain yang memanggilnya.

"Soya, ada apaan?" tanya orang yang baru saja menghampiri gadis itu.

Gadis yang disapa Soya itu terlihat mengerucutkan bibirnya. "Nggak ada. Ayo kita pulang aja, Jay!"

Palang Merah Cinta | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang