Putra Terbaik (2)

738 113 9
                                    

"Selamat tinggal adik manis"

*****

"Eummm-". Gumam selir

Keheningan langsung menyelimuti ruangan tersebut. Yang ada hanya suara angin malam dan darah yang menetes ke lantai. Tenang saja, itu bukan darah milik Aristede, tetapi darah milik pembunuh tersebut.

"A-apa? B-barusan bukannya sihir perlindungan?"

Ternyata, pedang mana yang tadinya ditusukkan kepada Aristede terpental oleh sebuah sihir perlindungan yg ada di dalam tubuhnya. Pembunuh tersebut menganga. Dia bingung, kenapa seorang bayi bisa memakai sebuah sihir perlindungan?

"Sial! Aku tahu kalau keturunan kerajaan itu bukan anak biasa, tapi apa-apaan ini??? Dia berbeda!", Ucap salah satunya

"Bagaimana sekarang? Sihir perlindungan nya kuat sekali. Apa mungkin raja yg telah menanamkannya?"

"Hmm pasti begi-"

"Ekhem", dehem seseorang. Para pembunuh tersebut lalu menoleh. Ternyata sang raja sudah berdiri dibelakang mereka.

D-dari mana dia datang? Aku bahkan tidak mendengar suara langkah kaki sedikitpun. Pikir salah satunya

"Pantas saja dari tadi aku merasakan dua mana yg asing. Ternyata kalian", ucap sang raja

Para pembunuh tersebut terlihat ketakutan. Mau bagaimana pun juga mereka tidak pernah membayangkan bahwa akan bertemu dengan sang raja yg merupakan org terkuat yg melegenda tersebut secara langsung. Mereka lalu segera menghunuskan pedang mayanya kepada raja. Raja terlihat tenang dengan raut wajah menyepelekan.

"Hahh, dasar bodoh" ucap raja

Mereka lalu mulai menyerang raja, bodoh memang. Mereka melakukan hal yang akhirnya sudah ditentukan. Yaitu kematian. Sang raja bahkan tidak perlu banyak bergerak. Dia hanya menjentikkan jarinya dan sebuah tombak mana pun menusuk para pembunuh tersebut. Raja lalu mendekat ke arah Aristede

"Waa waa!!"

"Heh anakku, darimana kau mendapatkan sihir ini". Raja tersenyum sambil memegang tangan mungil Aristede

"Waa waa"

Raja lalu mengernyitkan dahinya. Dia berpikir, siapa yang mengincar anaknya. Kenapa? Padahal dia tidak memberitahukan kemampuan dan takdir anaknya pada siapapun. Apa mungkin sang ratu? Itu yang dipikirkannya.

"Hah sudahlah, sebenarnya dimana para prajurit? Bisa-bisanya mereka tidak merasakan mana kedua penyusup ini". Sang raja lalu pergi melihat ke luar kamar, ternyata dilorong tidak terdapat satu pun ksatria. Raja lalu mendengus kesal, dia lalu kembali ke dalam kamar

"Keparat-keparat itu". gumam sang raja sambil kembali memegang tangan mungil Aristede

"Waaa rat!". Aristede mengikuti kata-kata sang raja

"Hey! Shh jangan diikuti"

"Waaa waaa!!"

Selir Celia lalu terbangun mendengar suara Aristede yang begitu keras, dia terkejut melihat dua mayat tergeletak di lantai dan ruangan yang sudah dipenuhi bau darah segar. Dia lalu melihat ke arah sang raja.

"Y-yang mulia". Ucapnya sambil menundukkan kepalanya. Raja tersenyum, dia lalu mendekati selir Celia.

"Selirku, ada satu hal yang ingin ku sampaikan"

"Apa itu?"

"Maafkan aku, tapi sepertinya kalian harus pergi dari istana ini". Selir Celia terkejut mendengar omongan tersebut. Dia lalu melihat sekeliling dan memikirkan perkataan sang raja. Ya, di istana tidak aman untuk Aristede.

"Aku tidak bisa selalu melindungi kalian, ada kalanya aku harus pergi ke negara lain untuk pertemuan politik. Para pengawal tidak bisa dipercaya. Kau juga tidak dapat menggunakan sihir. Aku ingin kalian berdua selamat dan hidup tanpa marabahaya seperti sekarang. Untuk posisi putra mahkota pun tidak jadi kuberikan padanya". Jelasnya

Ya, Celia merupakan satu-satunya orang yang tidak dapat menggunakan sihir di istana tersebut. Dia menunduk lalu mengangguk pelan

"Maaf". Satu kata yang sangat ringan untuk diucapkan, seperti bulu namun membuat hati seseorang merasa bersalah puluhan kali lipat.

"Aku yang seharusnya minta maaf", jawab raja

"Dan sepertinya.. akan lebih baik jika dia tidak tahu bahwa dia merupakan seorang pangeran". Tambah sang raja

"....baik"

"Ka--- b----tu, ak--- ....."

"Ba--l--.."

.
.
.

Byurrr. Seember air tiba-tiba membasahi wajah seorang lelaki yang tengah tertidur pulas di bawah pohon yang rimbun

"HAHH!! Uhukk uhukk!!"

Lelaki tersebut terkejut lalu duduk dan mengelap wajahnya. Dia lalu mengatur nafasnya dan melihat ke arah orang yang telah mengguyurnya dengan air.

"Hah kau lagi?" Tanya lelaki tersebut

"Huh! Kau ini bukannya bekerja malah bermalas-malasan di bawah pohon!! Cepat bangun!!". Ucap seorang gadis.

Lelaki tersebut lalu menunjukkan ekspresi kesal. Dia lalu mengeringkan tubuhnya menggunakan sihir. Rambutnya mengambang, bajunya juga. Dalam sekejap dia sudah kering seperti semula.

Mimpi itu lagi.. Ucap lelaki tersebut dalam hati.

"Kenapa bengong? Ayo kita bantu Ibu!!" Ucap gadis tersebut, lelaki tersebut hanya menatapi pemandangan yang ada dihadapannya. Sebuah air terjun yang dikelilingi oleh hutan dan beberapa rusa berlarian berada tepat di bawah bukit tempat dia tertidur

"Hei, Aresteo! Kenapa malah diam?", Tanya gadis tadi

"Iya, kau duluan saja"

Gadis tersebut lalu mengernyitkan dahinya dan segera berbalik.

"Kalau begitu cepat pulang!" Ucapnya sambil memberi Aresteo ember dan berjalan pergi. Namun, dia menoleh lagi ke arah Aresteo. Terlihat bahwa Aresteo sedang tenggelam dalam pikirannya. Rambut hitamnya yang panjang dan menutupi wajahnya kini tertiup angin. Dibalik rambut tersebut tersimpan wajah yang amat sangat tampan dengan hidung mancung dan mata yang berwarna biru sebiru lautan, bulu mata yang lentik, juga bibirnya yang sedikit tipis dan berwarna kemerahan. Gadis tersebut terpana melihat sosok Aresteo yang sangat tampan. Dia lalu memalingkan wajahnya dan menggeleng-geleng kepalanya

"Ayo Brieta! Kenapa malah diam disini!" Ucapnya menyadarkan diri sendiri. Dia lalu berlari menuruni bukit

Hembusan angin yang menyegarkan semakin membuat Aresteo larut dalam pikirannya.

".....Mimpi itu lagi"

The Prince of Eirini's Kingdom - PENA LOPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang