Unmage

624 98 14
                                    

"....Mimpi itu lagi"

*****

Kenapa aku selalu memimpikan hal yang sama?. Pikir Aresteo

"Hah.. sudahlah nanti aku tanya ibu saja"

Aresteo lalu berdiri dan menyimpan embernya dibawah pohon.

"Siapa suruh memberikannya padaku"

Dia lalu menuruni bukit tersebut. Terlihat gadis tadi masih berada di kaki bukit. Aresteo lalu menyusulnya

"Hei, kau lambat ya". Ejeknya, gadis tersebut terkejut mendengar suara Aresteo

"A-apa?? Kenapa kau sudah ada disini?"

"Kan ada sihir"

"Huh, mentang-mentang punya sihir". Ucap gadis tersebut sedikit kesal dan mempercepat langkahnya

Brieta, gadis berumur 18 tahun yang memiliki paras manis dan cantik ini tidak memiliki sihir. Karena itulah, dia selalu diejek oleh orang-orang. Namun, Aresteo yang 2 tahun lebih tua darinya selalu melindunginya. Berbeda dengan Brieta, Aresteo justru memiliki sihir yang besar, bahkan paling besar di desa tempat tinggalnya.

"Hm". Aresteo tersenyum, dia lalu menyusulnya

"Apa lagi?"

"Ayo pulang". Ucap Aresteo lembut sambil menatap Brieta

"H-huh!-", Brieta memalingkan pandangannya

"Oh iya, ember nya mana?"

"Aku simpan dibawah pohon"

"AZQCAPZJQKM"

Mereka berdua lalu berjalan menuju sebuah desa kecil yang tertutupi gunung. Begitu memasuki desa, orang-orang disana lalu menyapa mereka dengan ramah. Kecuali beberapa lelaki kekanakan seusianya

"Hei lihat, itu si bodoh unmage"

Unmage merupakan sebutan bagi org yg tidak memiliki sihir di dunia tersebut. Aresteo yang mendengar ejekan tersebut lalu melihat ke arah Brieta. Namun Brieta terlihat tidak peduli.

Mereka lalu tidak menghiraukannya dan melanjutkan perjalanan. Nyatanya, pemuda-pemuda tadi masih tetap mengejek dan mengikuti mereka.

"Hah aku sudah tidak bisa bersabar lagi". Ucap Brieta, dia lalu menghampiri pemuda tersebut. Aresteo hanya terdiam dan memperhatikannya dari jauh

"Wah wah lihat ini, si lemah ini sok jagoan sekali hahahaha", Ucap salah satu dari mereka

"Hahahahaha, mau apa kau hah?"

"Hah..", Brieta menghirup nafasnya

"Wah lihat, dia sepertinya ma-", Belum selesai berbicara, salah satu dari mereka sudah dihadiahi tinjuan oleh Brieta. Walaupun Brieta tidak bisa sihir, tapi dia bisa bela diri.

"A-apa-apaan si lemah itu!!". Ucap salah satu pemuda

"Oh?". Arestede terkejut melihat Brieta yang berani melayangkan tinjunya ke orang lain

Brieta lalu menendang pemuda yang sudah tersungkur tersebut. Melihat temannya ditendang, dua pemuda lainnya lalu mengunci pergerakan Brieta dengan sihir.

"Cih, kau hanya beruntung tadi". Pemuda yang tersungkur tadi lalu berdiri.

"Biar ku perlihatkan tinju yang sebenarnya". Ucapnya sambil memperkuat tubuhnya dengan mana. Dia memusatkan mana nya ke bagian tangan.

"HIAATTT-". Bugg. Terdengar suara hantaman di antara mereka. Tinju tersebut membuat mana disekelilingnya berkabut dan menghalangi pandangan.

"Ohok!!". Seseorang terbatuk dan mengeluarkan darah. Setelah beberapa saat, kabut mana yang menghalangi pandangan tersebut pun menghilang. Semua orang yang saat itu berada di sana pun terkejut. Ternyata yang terkena tinjuan itu pemuda yang tersungkur tadi, bukan Brieta. Dan orang yang meninjunya adalah Aresteo.

"B-bagaimana bisa? Padahal beberapa detik yang lalu a-aku masih melihatmu berada di kejauhan". Ucap pemuda tersebut kesakitan

Aresteo tidak menghiraukannya. Dia lalu berjalan ke arah Brieta dan memecahkan rantai sihir yang mengunci tubuhnya.

"A-apa? Dia bisa memecahkan sihirku dalam sekali pegang??", Ucap salah seorang pemuda. Aresteo lalu menatap tajam ke arah dua pemuda yang mengunci Brieta tadi.

"Ma-maafkan kami!". Mereka lalu pergi sambil membawa temannya yang tersungkur

"Kau sok sekali sih", ucap Aresteo pada Brieta

"Euhh". Brieta memasang wajah cemberut dan kesal, wajahnya memerah. Sebelumnya, Brieta jarang sekali kehilangan kendali seperti tadi. Biasanya dia hanya meneriakinya dan mengabaikannya

"Huh, terserahlah! Terimakasih ya tuan yang hebat". Ucapnya masih tetap cemberut sambil memalingkan pandangannya. Aresteo lalu tersenyum.

"Lagipula, kenapa kau memukulnya?"

"Aku.. entahlah"

"Hah ya sudah, ayo pergi". Ucap Aresteo lalu mengelus rambut Brieta

"..iya"

Mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka dan sampailah di sebuah rumah berpagar. Rumah berlantai dua yang terbuat dari kayu serta halamannya yang dipenuhi oleh semak berry menambah suasana nyaman dan damai. Di salah satu sudut pagar rumah tersebut terdapat sebuah pohon mangga yang sering dijadikan tempat untuk tidur siang oleh Aresteo.

Letak rumahnya memang lebih jauh dari pusat desa. Rumahnya benar-benar terpencil, namun nyaman. Dibelakang rumahnya terdapat hamparan rumput hijau yang luas. Tenang dan damai.

"Kalian sudah pulang?". Ucap seorang wanita yang sedang menjemur pakaian. Wanita tersebut berparas cantik dan murah senyum

"Iya ibu!". Ucap keduanya

"Ya sudah, sana makan siang. Ibu sudah membuat ayam bakar madu kesukaan kalian"

"Benarkah??". Ucap Brieta girang lalu dengan cepat berlari ke dalam rumah.

"Dasar anak itu.. Aresteo, kau juga makan sana"

"Terimakasih, tapi aku tidak lapar. Biar ku bantu berjemur". Ucapnya lalu membantu Ibu nya berjemur.

Setelah itu, mereka berdua lalu memasuki rumah. Di dalam, terlihat Brieta yang sedang lahap makan.

"Hmm enak?". Tanya ibu

"Iya! Ini enak sekali!!". Jawabnya

"Sana kau juga makan Res"

"Iya, ayo kita makan bersama". Mereka bertiga lalu makan bersama

"Ayah kemana bu?". Tanya Brieta

"Dia sedang berburu bersama teman-temannya"

"Ooh.."

Setelahnya tidak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Hanya terdengar suara alat makan dan burung yang berkicau dari luar jendela.

"Bu, ada yang ingin ku bicarakan". Ucap Aresteo memecahkan keheningan

"Apa itu?"

"Sebenarnya.. akhir-akhir ini aku selalu memimpikan sang raja"

The Prince of Eirini's Kingdom - PENA LOPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang