Chapter 4

215 37 8
                                    

Anka bersama bunda dan abangnya sedang sibuk menyiapkan pesta sederhana untuk ulang tahun ayahnya. Hanya sekedar potong kue dan makan bersama namun berarti besar bila dilakukan dengan keluarga.

"Dek, Disel nanti kesini?" tanya Ambar.

"Kesini bun tapi agak telat ada urusan sama kakeknya,"balas Anka sambil menaruh makanan di meja. "Pacar lo dateng bang?."

"Dateng, bentar lagi nyampe katanya udah di jalan tadi."

Ting tong

"Itu dia," ucap Revan berlalu membukakan pintu dan terpampang lah gadis cantik dengan drees santainya. "Cantik banget sih."

Gadis itu memukul lengan Revan. "Diem deh aku deg deg an ini," ucapnya sambil memegang dadanya.

"Santai aja Bunda gak nelen orang. Ayo ke dalem keburu ayah pulang."

Keduanya melangkah menuju ke ruang makan. Debaran jantung gadis itu semakin kencang ketika melihat Bunda dan adik Revan. "Assalamualaikum tante."

Ambar dan Anka menoleh ke sumber suara "Waalaikumsalam."

"Kenalin saya Disha tante," ucap gadis itu sambil menyalimi tangan Ambar.

"Saya Ambar bunda nya Revan. Anaknya cantik gini kok baru dibawa sekarang sih bang?" ujar Ambar.

"Naklukin nya susah bun butuh perjuangan makanya baru dibawa."

Blush

Pipi Disha memerah seketika ia memalingkan mukanya malu. Ambar yang melihat itupun tersenyum. "Mau bantuin tante masak Sha?."

Disha mengangguk. "Mau tante." ia meletakkan tas nya di kursi lalu mengikuti Ambar ke dapur.

Semuanya sibuk dengan urusan masing masing hingga yang ditunggu pun datang. Mereka segera mengambil kue lalu menyalakan lilin, berdiri sejajar menghadap ke arah pintu.

"Selamat ulang tahun ayah."

Wira datang dengan senyum lebar nya melihat kejutan yang mereka berikan. "Makasih sayang," ucap Wira memeluk istri dan anaknya.

Anka memeluk ayahnya erat, dia bersyukur bisa memiliki ayah seperti Wira. Meskipun bukan ayah kandungnya Wira sangat menyayangi dirinya sama seperti Revan. Disaat Papa kandungnya memilih pergi demi wanita lain Wira datang mengobati luka di hatinya, memberi kebahagiaan dengan menjadi sosok Ayah yang sempurna baginya.

Sungguh ia tak mau kehilangan sosok ayah untuk kedua kalinya. Kembali merasakan keluarga yang utuh ditambah figur kakak yang tulus sayang padanya merupakan kebahagiaan bagi Anka. Ia takut untuk kehilangan lagi.

"Selamat ulang tahun ayah. Makasih udah jadi salah satu alasan Anka bahagia. Tetap jadi ayah yang sayang sama kita. Don't leave me."

Air mata Wira menetes merasakan kasih sayang Anka padanya."Makasih anak ayah, I promise not to leave you."

Ambar,Revan dan Disha menatap haru interaksi ayah dan anak itu. Melihat ketulusan keduanya membuat hati mereka menghangat. Tak ingin larut dalam kesedihan akhirnya Revan mengintrupsi ayahnya untuk  segera meniup lilin.

Setelah acara tiup lilin dan potong kue mereka berkumpul di meja makan menyantap makanan yang telah disiapkan. Seusai makan mereka berbincang satu sama lain tapi tidak dengan Anka. Anka sibuk menghubungi Disel yang tak ada kabar sedari tadi.

"Kenapa dek?" tanya Wira melihat wajah panik anaknya.

"Disel gaada kabar yah, Anka telfon juga gak diangkat."

"Mungkin sibuk jadi gak sempet  pegang handphone Diselnya." Ambar coba menenangkan anaknya.

Anka menganggukkan kepala mencoba mengerti. Ia tak mau merusak moment bahagia ini karena rasa cemas nya.

DEVANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang