Chapter 5

220 32 10
                                    

Hawa dingin disertai gerimis kecil tak menyurutkan niat Anka untuk menunggu Disel. Selepas ulang tahun ayahnya tadi Anka bergegas menuju rumah Disel hanya untuk memastikan keadaannya. Walaupun Disel sudah mengiriminya pesan entah mengapa hati nya tetap tak tenang.

Setengah jam menunggu datanglah sebuah mobil hitam berhenti di depan teras rumah. Keluarlah laki laki berbaju hitam membukakan pintu bagian belakang.

Deg

Gadis dengan gips di tangan serta perban di dahinya keluar dari mobil tersebut. Seketika gadis itu menegang melihat Anka berdiri di teras rumahnya.

"Kalau begitu saya pamit Nona."

Disel terkesiap mendengar ucapan Reno. "A-ah iya makasih." Reno membungkukan badannya lalu memasuki mobil pergi dari halaman rumah Disel.

Disel segera menghampiri Anka, entah apa yang akan di katakannya nanti karena ketauan membohonginya. "Kamu kok disini Ka?."

"Ini yang lo bilang baik baik aja?" tanya Anka dingin menatap Disel datar.

Disel menelan ludahnya kasar."Aku gapapa Ka ini cuma masalah kecil."

"Kecil lo bilang? KALO LO KENAPA NAPA GIMANA HAH??" Disel terlonjak kaget mendengar bentakan Anka. Ini kali pertama Anka semarah ini padanya. "Kenapa lo nyembunyiin ini dari gue, lo anggep gue apa hah?."

"Temen." Disel mendongakkan kepalanya menatap lekat Anka. "Lo sendiri yang bilang kita cuma temen terus kenapa masih nanya?."

Anka sontak terdiam mendengar penuturan Disel ditambah gadis itu mengubah panggilan nya.

"Stop bersikap seolah olah lo pacar gue. Stop ngasih perhatian lebih kalo lo cuma anggap hubungan kita sebates temen. GUE MUAK DIGANTUNG TERUS SAMA LO KA!!."

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Disel yang siap meluncur kapanpun. Tatapannya menyiratkan kekecewaan besar pada Anka. Sudah cukup dirinya diam selama ini, mungkin hari ini saatnya Disel berdamai dengan dirinya sendiri. Menerima kenyataan bahwa lelaki dihadapannya ini tak akan pernah bisa ia miliki.

"Kalo lo gak mau serius sama gue seenggaknya gausah kasih gue harapan. Perlakuin gue sama kayak temen lo yang lain. Tunjukin sifat dingin lo kayak pertama kali kita ketemu. Dan lupain kedekatan kita selama satu tahun ini!" ujar Disel dengan air mata yang berlomba turun membasahi pipinya.

Anka hanya diam, ketakutan masa lalu nya mendadak hadir. Sungguh ia tak ingin kehilangan Disel. Anggap saja dirinya egois namun ada alasan kuat yang mendasari sikap Anka selama ini.

Disel terpancing emosi melihat tak ada balasan dari Anka."Kenapa diem? Ayo ngomong kalo lo punya alasan. Ngomong kalo gue harus ngertiin alasan lo lagi? Itu kan yang lo mau dari du---"

"Jangan nangis." Anka memeluk Disel erat menyalurkan rasa takutnya "Jangan ngelantur ngomongnya ."

"Gue gak ngelantur. Sekarang gue sadar kalo lo gak bisa gue milikin. Gue capek berharap terus sama lo .Mulai saat ini anggap aja kita gak pernah kenal." Disel mendorong Anka hingga pelukannya terlepas. "Lebih baik lo pulang."

Kemudian Disel berlalu memasuki rumah meninggalkan Anka yang termenung dengan pikirannya. Anka mengusap wajahnya tak mengira hubungan mereka kacau seperti ini. Ia berjalan menuju motornya lalu melesat meninggalkan rumah Disel.

Lo gak boleh nyerah Sel ini belum akhir

***

Jam masih menunjukkan pukul setengah enam pagi namun seseorang sudah menggedor pintu secara brutal.

DEVANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang