Chapter 6

213 24 5
                                    

Sudah tiga hari ini Disel selalu menghindar dari Anka. Gadis itu sungguh sungguh dengan ucapannya. Namun karena tekatnya, Anka berusaha memperbaiki hubungan mereka. Telinga nya ia tulikan ketika mendapat ucapan ketus
terlontar dari mulut gadisnya.

"Bisa pergi gak sih," ketus Disel yang sudah jengah menghadapi cowok di depannya.

"Aku mau ngomong sama kamu."

"Gue gak mau, mending lo pergi."

Tak menunggu lama Anka langsung menggendong Disel membawa gadis itu pergi dari kelasnya. Semua yang ada di kelas XI MIPA 1 heran pasalnya baru kali ini mereka melihat dua orang itu bertengkar.

Disel terus memberontak agar diturunkan. Mereka sudah menjadi pusat perhatian di sepanjang koridor karena ini masih jam istirahat.

"Turunin gue!!."

"Turunin gue brengsek!."

Mendengar umpatan yang diberikan padanya Anka mempercepat langkah kakinya menuju lorong gudang sekolah. Sesampainya disana Anka menurunkan Disel lalu menghimpitnya ke tembok. Ia menatap tajam mata Disel sebisa mungkin menahan amarahnya.

"Aku gak suka kamu ngumpat kayak tadi."

"Hak lo apa ngelarang gue?. Cowok kayak lo emang pantes dapet umpatan," ujar Disel sambil mendorong dada Anka namun nihil sama sekali tak bergerak apalagi dia hanya menggunakan satu tangan.

Anka memegang bahu Disel dan makin menghimpitnya ke tembok. "Dengerin aku baik baik. Aku tau itu bukan sikap kamu. Berhenti pura pura gapeduli di depan aku. Kita gak berakhir, dan aku gak akan biarin--"

Anka berhenti berucap mendengar gadis di depan nya terkekeh."Kita aja belum mulai apa bisa disebut berakhir?.Lo inget kan kata kata gue kemarin?. Jadi tolong biarin gue pergi."

"Gak akan. Aku gak akan biarin kamu pergi. Kali ini aku serius sama kamu," ucap Anka meyakinkan Disel.

"Kenapa baru sekarang? Harus nunggu aku nyerah dulu baru kamu serius sama aku?" tanya Disel lirih.

Anka segera menarik Disel ke pelukan nya. "Maaf. Sekarang biar aku yang berjuang. Kamu mau marah sesuka kamu silahkan. Tapi jangan suruh aku pergi dari kamu."Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Anka. Dia bukanlah tipe orang yang bicara panjang lebar. Ia merasakan bajunya basah dapat dipastikan gadis di pelukannya ini menangis. Kemudian tubuhnya didorong sehingga pelukan mereka terlepas.

Disel menghapus air mata nya kasar. "Gausah berjuang buat gue. Lo gak perlu buang tenaga kalo memang lo gak ada rasa sama gue. Dan gue juga gak mau terus terus an sombong atas kebodohan gue karena mau nunggu orang yang jelas jelas gak ada rasa ke gue."

Setelah mengucapkan itu Disel beranjak dari hadapan Anka namun langkahnya terhenti. "Kalo aku gak punya rasa ke kamu gak mungkin aku bersikap kayak gini Sel."

***

"Dek dek." panggil Liora pada salah satu siswa yang lewat disamping meja nya.

"Ada apa kak?."

"Itu kepalanya kenapa?." Liora menjeda ucapannya melihat siswa tersebut memegang kepalanya."Kok diliat liat mirip kayak kepala rumah tangga aku."

"Aaciiaaa"

"Wuuuuhuuuiiii"

Siswa tersebut langsung salah tingkah  ditambah cuitan murid di kantin yang menggodanya. Dia segera beranjak meninggalkan kantin dengan muka memerah. Sedangkan si pelaku tertawa puas berhasil menggombali adek kelas nya.

DEVANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang