Chapter 10

157 17 2
                                    

Sesuai dengan apa yang dibilang Anka kemarin, saat ini dirinya berdiri di depan pintu rumah Disel untuk mengajaknya pergi.

Tok tok tok

"Ayok berangkat!" ucap Disel dengan semangat.

Anka yang gemas langsung mengacak rambut gadis itu pelan. "Manis banget sih."

"Iihh berantakan rambut aku."

"Maaf, ayo bunda udah nungguin!" kata Anka lalu menggandeng tangan Disel menuju mobilnya.

"Bunda? Maksudnya kita ke rumah kamu gitu?"

"Iya. Bunda nyuruh bawa calon mantunya, kangen katanya."

Blush

Rasa panas seketika menjalar di kedua pipi Disel mendengar perkataan dari laki laki di depannya ini. Dan parahnya si pelaku berbicara dengan santai nya.

"Pipinya kok merah?" goda Anka.

"Mana ada? Ayok ah katanya udah ditungguin."

Anka terkekeh kemudian membukakan pintu untuk Disel disusul olehnya. Dengan segera Anka menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Sel."

"Ya?"

"Sikap kamu dari kemarin tiba tiba berubah ada apa?"

"Gapapa. Kamu maunya kita musuhan terus gitu?."

"Bukan gitu Sel." Anka mengambil tangan Disel lalu menggegamnya. "Tempo hari kamu semarah itu sama aku tapi sekarang kamu bersikap seolah semua baik baik aja. Aku cuma mau tau alasan dibalik ini."

"Kamu gak perlu tau, yang pasti ada seseorang yang ngasih tau titik terang perihal semua alasan yang kamu kasih ke aku selama ini."

Deg

"Apa Disel tau semuanya?"

"Siapa --"

Drt Drt

Ponsel Anka berbunyi menampilkan nomor sang Bunda. Ia mengulurkan tangannya menyerahkan ponsel itu ke Disel. "Jawab gih dari bunda!"

Disel menerima ponsel tersebut lalu menggulir tanda hijau.

"Assalamualaikum bun."

"Waalaikumsalam. Kalian masih dijalan sayang?"

"Iya ini masih dijalan."

"Bunda minta tolong beliin bahan kue bisa?"

"Bisa bun. Bunda kirim aja list nya biar gak ada yang kelewat."

"Habis ini bunda kirim, makasih ya sayang. Bunda tunggu di rumah Assalamualaikum."

"Iya bun Waalaikumsalam."

Setelah panggilan terputus Disel menerima foto list belanja dari Ambar. "Bunda nyuruh belanja bahan kue."

"Oke. Beli di supermarket depan itu aja."

Disel hanya menurut sesampainya di supermarket mereka masuk mengambil troly dan segera memilih barang yang tertulis di list belanjaan.

Mereka berjalan berdampingan dengan Anka yang mendorong troly sedangkan Disel bertugas mengambil barang di rak.

"Mbak sama masnya pasangan muda ya?"

Disel dan Anka sontak menoleh pada segerombalan ibu ibu di depannya. "Enggak bu bukan," sanggah Disel.

"Kalo iya gapapa kali mbak, gausah malu malu. Keliatan cocok semoga langgeng ya. Saya doain biar cepet dapet momongan."

"Makasih bu doanya." bukan Disel yang menjawab melainkan Anka yang menampilkan senyum tipisnya.

DEVANCATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang