♊ ㅡ 31 Kemungkinan.

401 62 3
                                    

Ke tiga gadis itu masih kelimpungan di tempat, Mira yang sibuk mondar-mandir mencari dompet kepunyaan orang tuanya, Vina yang sibuk menopang kepala Jefaro ㅡsepupu Mira, yang dengan tidak sengaja pingsan diatas dekat Vina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ke tiga gadis itu masih kelimpungan di tempat, Mira yang sibuk mondar-mandir mencari dompet kepunyaan orang tuanya, Vina yang sibuk menopang kepala Jefaro ㅡsepupu Mira, yang dengan tidak sengaja pingsan diatas dekat Vina.

Sementara Delyra? Ah, gadis itu sedang misuh-misuh di tempat ia duduk. Masih menyumpah serapahi Mira dengan kata-kata kasar, karena sepatu miliknya telah digantung diatas pohon mangga.

"Mira mobilnya udah sampe! Cepetan ambil dompetnya woy!" Delyra memukul pintu kamar Mira dengan begitu kencang, hingga membuat suara gema yang begitu memikik ditelinga.

Sedetik kemudian, Mira keluar dengan masih memakai seragam sekolah, dan satu tas kecil yang Delyra yakini berisikan dompet milik Papa Mira.

"Itu tas isi nya apa?" tanya Delyra was-was, sambil berlari kecil menuju Vina dan Jefaro yang ada di ruang depan.

"Dompet. Dompet bokap, nanti kalo bokap udah pulang, pasti gue ijin kok." Mira langsung saja mendekati Vina, lalu ke dua gadis itu membopong tubuh Jefari untuk masuk ke mobil.

Dan, Delyra diminta untuk mengunci pintu rumah Mira. "Dasar Mira bloon! Bisa-bisanya dia make duit dulu baru ijin."

"Enggak usah misuh-misuh lo, Del! Cepet masuk, nyawa abang gue jadi taruhan nya!" teriak Mira setelah menurunkan kaca mobil hingga setengah.

Dengan segera Delyra masuk ke dalam mobil, duduk di kursi paling depan bersama sang supir. Sementara di belakang ada Mira, Jefaro, dan Vina. Tangan Mira sibuk menyeka darah yang terus keluar dari pelipis sang sepupu.

"Ssshhh, sakit, Ra," rintih Jefaro. Ah, tidak benar-benar pingsan ternyata.

"Ya seenggaknya dibersihin dulu ini darahnya, Bang."

"Gue khawatir," cetus Jefaro.

Mira yang mendengarnya tersenyum manis. "Tenang aja, lo enggak usah khawatir sama gue, Bang. Gue enggak takut darah kok."

"B-bukan soal itunya. G-gue khawatir sama kepala gue, lo kan anak IPS e-enggak punya kelebihan juga dibidang obat-obatan kayak gini. N-nanti yang ada luka gue makin parah."

Sontak Mira menekan usapan nya pada ujung pelipis Jefaro, membuat si laki-laki memekik kesakitan. "AAAKKKHH!"

Dan, kericuhan itu kembali terjadi hingga mereka sampai di rumah sakit.

[ G E M I N I ]

"Saudara Jefaro sudah selesai diobati, tidak perlu melalukan rawat inap, karena luka nya hanya luka-luka kecil yang bisa diobati dari rumah. Hanya saja, ada beberapa obat untuk membantu luka agar cepat kering dan sembuh," jelas perawat yang baru saja mengobati luka Jefaro.

"Terima kasih banyak, Suster." Mira berucap sambil tersenyum kepada sang perawat. Jefaro pun berucap begitu.

Dengan pelipis sebelah kanan yang diperban, ujung bibir sobek namun sudah diobati, dan kaki kanan yang berjalan dengan sedikit pincang. Mira menatap sedih sepupu yang paling dekat dirinya itu.

GEMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang