XIII : Confession

614 102 45
                                    

Taehyung melangkah masuk ke ruang keluarga di rumah orang tuanya di Kota Daegu. Sudah sejak kemarin sore dirinya dan Jeongyeon tiba. Begitupun dengan Namjoon, istri Namjoon, dan anak laki-lakinya. Keluarga inti Kim sudah hadir di rumah itu untuk menyambut perayaan Chuseok esok hari.

Lelaki itu membanting tubuhnya diatas sofa, menyenderkan kepalanya lalu memejamkan mata. Suasana hatinya saat ini persis seperti langit cerah diluar sana. Wajar saja. Ia baru saja menemani Jeongyeon membeli bahan-bahan masakan di supermarket karena diminta oleh Ibunya. Walaupun bukan berdua —karena keponakannya memaksa untuk ikut— tetap saja ia merasa senang karena dapat berada didekat gadis itu. Mungkin ia sudah jatuh terlalu dalam dengan gadis itu hingga ia sering tersenyum sendiri. Seperti saat ini. Disaat semua anggota keluarganya sibuk urusan masing-masing.

"Taehyung Samchoon."

Suara bocah laki-laki yang memanggil namanya membuat Taehyung menegakkan kepalanya dan menoleh ke sumber suara. Keningnya berkerut samar saat melihat Jihoon, keponakannya yang berumur lima tahun sedang duduk disampingnya dan menatapnya dengan raut wajah yang sama.

"Kenapa?"

"Samchoon tidak apa? Kenapa senyum-senyum sendiri?"

Taehyung tertawa pendek mendengar pertanyaan polos keponakannya itu. Jihoon pasti belum pernah merasakan jatuh cinta seperti yang dialaminya, batin lelaki itu sambil menatap Jihoon yang memegang action figure Thanos. Entah kenapa ia merasa pernah melihat benda yang berada di tangan kiri Jihoon itu sebelumnya. "Samchoon baik-baik saja. Kau kenapa kemari?"

Sambil memasang wajah cemberut, bocah laki-laki itu mengadu pada pamannya. "Eomma, Halmeoni, dan Jeongyeon Imo tidak mau bermain denganku. Aku bosan main sendirian."

Tentu saja. Taehyung yakin ketiga wanita yang sedang berada di dapur itu pasti sibuk mempersiapkan acara makan besar dan meja persembahan untuk para leluhur besok pagi. Jadi, ketiganya pasti meminta Jihoon untuk bermain dengannya selain karena Ayahnya dan Namjoon sedang pergi entah kemana.

"Jadi, kau mau bermain dengan Samchoon?" tanya Taehyung yang langsung disambut antusias oleh Jihoon. Bocah itu langsung memamerkan action figure yang dihadiahkan Bibinya padanya.

"Samchoon, lihat. Ini Jeongyeon Imo yang memberinya padaku. Kata Imo, dia membelinya karena sayang padaku. Keren, bukan?"

"Hm."

Masih dengan senyum lebar dan polosnya, Jihoon kembali memamerkan perkataan Jeongyeon padanya. Secara, bocah itu sangat sayang pada Bibinya dan berharap cepat tumbuh besar agar bisa pergi ke rumah Bibinya tanpa meminta izin orangtuanya terlebih dahulu. "Jeongyeon Imo juga bilang kalau dia sangat menyukaiku dibandingkan Samchoon karena aku anak yang baik dan pintar."

Taehyung tersenyum masam. Ia sadar kalau ia tidak boleh kesal dengan ucapan bocah disampingnya itu. Tetapi tetap saja telinganya panas mendengar perkataan tersebut. Belum lagi senyum bocah itu yang seakan mengejeknya karena Jeongyeon lebih menyukainya.

"Tapi, Jeongyeon Imo itu milikku. Bukan milik Jihoon," ujar Taehyung tidak mau kalah dengan bocah tersebut. Sambil menaik-turunkan alisnya menggoda Jihoon dan menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya, Taehyung melanjutkan. "Lihat ini. Samchoon punya cincin yang sama dengan Jeongyeon Imo. Jihoon pasti tidak ada, bukan?"

Jihoon menatap pamannya itu dengan wajah kesal. Hal tersebut membuat Taehyung harus menahan tawanya agar ia berhasil menggoda bocah itu. "Tahu tidak itu artinya apa?"

Tidak ada reaksi apapun dari bocah itu selain menatapnya kesal. "Itu artinya, Jeongyeon Imo lebih menyukai Samchoon dibandingkan Jihoon." Lelaki itu mengakhiri kalimatnya dengan gemilang seakan ia pemenang tunggal dari sebuah pertandingan sengit.

Rules of Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang