XVII : Sendu di Ujung Senja

549 94 32
                                    

"Astaga. Kenapa aku selalu kalah?!"

Taehyung menutup kedua telinganya dengan telapak tangan saat Jeongyeon berseru kencang ke arahnya. Sudut-sudut bibirnya tertarik ke atas melihat istrinya mengacak rambut frustasi. Ia senang saat dirinya kembali memenangkan permainan Jenga tiga ronde berturut-turut.

"Kemarilah. Kau harus menerima hukumanmu, Jeongyeon-ah." ujar Taehyung tersenyum jail sambil mengibas-ngibaskan jemarinya sebagai pemanasan. Ini yang ketiga kalinya ia akan menyentil dahi Jeongyeon.

Taehyung menatap wajah istrinya yang memberengut dengan mata tertutup lalu mulai mengarahkan jarinya di depan dahi gadis tersebut. Alih-alih menyentil dahinya, Taehyung memberi kecupan manis di dahi Jeongyeon.

Perlahan, Jeongyeon membuka matanya dan menatap Taehyung yang tersenyum dihadapannya. Lelaki itu tidak pernah gagal membuat jantungnya melompat-lompat tak beraturan.

Semburat merah di kedua pipi Jeongyeon membuat Taehyung gemas melihatnya. Istrinya itu masih saja malu saat ia menunjukkan kasih sayang padanya.

"Jadi kau mau menyuruhku melakukan apa kali ini? Jangan yang aneh-aneh lagi," sahut Jeongyeon tanpa melihat wajah Taehyung. Ia masih malu jika matanya bertemu dengan lelaki itu.

"Coba pangil aku dengan sebutan Oppa. Sekalian dengan aegyo."

Kali ini, mau tidak mau, Jeongyeon menoleh ke arah Taehyung. Ia membuka mulutnya tidak percaya dengan permintaan aneh Taehyung. Sudah cukup memalukan saat ia bernyanyi dan menari ala girlgrup Korea. Sekarang, Taehyung memintanya untuk aegyo? Peduli setan!

"Tae, yang benar saja. Aku tidak bisa."

"Kalau begitu, tidak perlu pakai aegyo. Cukup dengan memangilku Oppa saja."

"Itu juga tidak bisa."

Taehyung mendelik ke arah Jeongyeon. "Kenapa tidak bisa? Aku itu sudah 32 tahun. Sedangkan kau baru 29 tahun, Jeongyeon-ah. Jadi, memang seharusnya kau memanggilku dengan sebutan Oppa."

"Tapi aku sudah terbiasa memangilmu dengan nama saja. Aneh sekali jika tiba-tiba aku memanggilmu 'Oppa'. Yang lain saja hukumannya." Jeongyeon berusaha menghindari hukuman tersebut.

"Tidak bisa. Aku maunya tetap yang tadi."

"Yang lain saja."

"Tidak bisa."

Jeongyeon menyerah. Taehyung ternyata sangat keras kepala. Ia memalingkan wajah dan menggigit bibirnya. "Taehyung Oppa," lalu buru-buru menyusun balok-balok kayu kecil dengan kode angka disisinya yang berserakan diatas meja. Ronde keempat ini, ia harus menang.

Taehyung tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat mendengar suara manis Jeongyeon yang memanggilnya Oppa. Gadis itu tidak bisa untuk tidak membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi. Lengannya disikut pelan oleh Jeongyeon dan membuatnya segera tersadar.

"Giliranmu," kata Jeongyeon lalu menyuruh Taehyung untuk bermain selanjutnya. Sepuluh menit awal, menara dari balok kayu masih tampak kokoh. Namun, sepuluh menit berikutnya, menara tersebut tampak condong ke kanan dan membuat Jeongyeon semakin berharap menara itu runtuh.

Benar saja. Menara yang disusun dari balok kayu itu runtuh saat giliran Taehyung. Sebelah sudut bibir Jeongyeon tertarik ke atas. "Asaaa... Aku menang. Sini, kemarikan dahimu."

Taehyung tersenyum kecut namun tetap menuruti permintaan gadis itu. Tanpa diduga, Jeongyeon menyentil dahinya hingga membuatnya meringis pelan. Ck, gadis itu  menyentil dahinya sangat kuat. Jika dibandingkan dengan jemarinya yang besar, seharusnya sentilan Jeongyeon tidak sesakit itu.

Rules of Love (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang