GAME 13

244 39 36
                                    

“Kashitarou-san?”

Mengucek matanya akan sisa kantuk yang menempel, Amatsuki menyipitkan mata menatap siluet tinggi dalam kegelapan. Beberapa saat lalu, dirinya terbangun karena panggilan alam mendadak dan hendak menuju toilet saat ia menyadari hilangnya sosok Kashitarou di spot tidurnya. Sebelum Amatsuki bisa berkata lebih lanjut, suara berbisik Kashitarou yang melangkah mendekatinya terdengar—

“Amatsuki-kun? Doushita no? Apa aku membangunkanmu?”

Menggeleng—

Ii ya. Aku terbangun karena ingin ke toilet. Kashitarou-san sendiri kenapa disini? Apa terjadi sesuatu pada Mafu-kun dan Soraru-san?”

Menengok dari balik bahu Kashitarou, manik hazel Amatsuki yang telah menyesuaikan diri dalam kegelapan bisa melihat dua siluet yang masih tertidur damai di bawah balutan selimut sebelum kembali fokus pada Kashitarou. Menggaruk tengkuknya, Amatsuki melihat samar garis senyum tipis di wajah Kashitarou sebelum manik emerald itu berubah serius.

“Ii ya, nandemo nai. Aku hanya merasa kalau tadi aku mendengar sesuatu karena itu aku memeriksanya tapi ternyata tidak ada apa-apa.”

Mengerutkan alis—

Souka. Mungkin saja itu cuma tikus tapi... ada kemungkinan jika itu Mimicry yang kita tidak tahu bisa berjalan di malam hari. *whisper* Kita benar-benar tidak boleh lengah ya...”

Menopang dagu dengan tangan kiri, Amatsuki berucap cemas sampai sebuah tangan menepuk pundaknya menenangkan. Mendongak, ia bisa melihat senyum lembut kini terpasang di wajah Kashitarou.

Daijoubu da yo Amatsuki-kun. Masih ada aku dan yang lainnya kan? Kalau memang ada Mimicry seperti itu pasti sulit tapi kita akan mencari jalan keluarnya bersama. Kau tidak sendirian Amatsuki- kun. Aku pasti akan melindungimu.”

Keheningan menyelimuti keduanya setelah perkataan Kashitarou sementara Amatsuki hanya membuka mulutnya tak bisa berkata-kata. Menundukkan kepala, seuntai senyum pahit terbentuk di bibir sang pemuda bulan yang tidak bisa dilihat pemuda rubah di depannya karena tertutupi bayangan poninya. Berbisik lirih—

“Kalau saja kau benar-benar mengatakan itu...”

“Hm?”

Kashitarou yang sesaat merasakan aura dingin di sekitar Amatsuki mengedipkan mata bingung namun sebelum pemuda rubah itu bisa memikirkannya lebih jauh, Amatsuki telah mendongak dan bertemu pandang dengan manik emerald-nya. Tersenyum close-eyed

Arigatou Kashitarou-san. Kau benar. Kita pasti bisa menyelesaikan stage ini bersama-sama.”

Mengangguk setuju, Kashitarou tersenyum namun di dalam hati ia merasakan rasa kecurigaan mulai menggerogotinya dari dalam.

“Yang tadi itu... Apa hanya perasaanku...”

.

.

.

“Ah? Bukankah kau ingin pergi ke toilet Amatsuki-kun? Aku akan menemanimu. Walaupun sekarang malam tapi berbahaya pergi keluar sendirian.”

“Ah~ setelah kau mengatakannya benar juga. Aku benar-benar lupa. Maaf merepotkanmu Kashitarou-san.”

Ii e, ii e. Aku tidak keberatan, selain itu Mafu-kun juga selalu bilang untuk pergi berpasangan jika salah satu dari kita benar-benar harus keluar kan?”

Sou nee. Mafu-kun memang orang yang sangat berhati-hati bahkan kadang-kadang dia bisa jadi sangat paranoid...”

Percakapan lirih keduanya terdengar semakin lirih hingga tak terdengar sama sekali diikuti langkah kaki yang menjauh. Membuka manik ruby-nya perlahan setelah memastikan keduanya telah keluar, tangan kanannya yang telah siap memegang gagang pistol di balik selimutnya itu kini sedikit melonggar sebelum ia kembali menyembunyikan pistol itu di tempatnya semula – di balik jubah putih yang ia kenakan. Menumpu badan dengan siku kiri, Mafu memposisikan tubuhnya duduk menyamping dan menatap ke arah pintu gudang yang tertutup dengan alis mengerut cemas.

Forgotten Promise|| The Ones Within~ Utaite ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang