[10]: Pulau Aegis

230 25 0
                                    

"Kenapa sudah terang? Jam berapa ini?" Carlos mendongak melihat langit yang sudah cerah dengan terheran heran, pasalnya mereka masuk ke portal pada tengah malam.

"Sepertinya masih cukup pagi, jam delapan mungkin?" Lucas menjawab pertanyaan Carlos.
"Bukankah jam sembilan? Mataharinya seperti saat jam sembilan" Hans menyahut.

"Tapi-" "Diamlah itu tidak penting, yang penting sekarang kita dimana?" Arthur menyela ucapan Lucas. "Ahh sial rambutku jadi berantakan" Keluh Richard sembari menata rambut nya yang acak - acak an karena Portal yang mereka gunakan. Arthur memandang Richard dengan tatapan aneh sekaligus heran karena tingkahnya. "Apa kau lihat-lihat, Aku ini harus selalu terlihat tampan kau tau" Richard berkata lalu kembali menata rambutnya agar selalu terlihat tampan katanya.

Mereka tiba di suatu pulau. Pulau ini terurus, tapi hening sekali. Udaranya sejuk, laut biru yang terbentang luas langsung menyambut mata membuat takjub 9 insan disana. Di sebelah kanan, terdapat rumah - rumah kecil yang entah dimana pemiliknya. Tertanam sebuah Pohon Zaitun yang menjulang tinggi dengan simbol seperti wajah yang terpatri di salah satu sisinya, rupa wanita yang tentunya amat familiar. Medusa, seorang gadis yang dikutuk oleh Dewi Athena, rambutnya di ubah menjadi ular dan siapapun yang menatap matanya akan berubah menjadi batu. Tentu saja semua orang mengetahui legenda itu.

Sembilan orang itu pun mengabaikan simbol aneh tersebut, lalu mereka melangkah menyusuri jalanan berharap menemukan petunjuk atas pertanyaan yang mereka pikirkan.Karena pulau ini sedikit mencurigakan.

Di beberapa halaman rumah terdapat tanaman dan buah buah an yang seperti baru ditanam dan juga terawat, yang artinya pasti disini ada kehidupan. Namun sedari tadi mereka tidak menemukan seorang pun untuk ditanyai.

"T-tunggu, Aivy kau punya kaki?!" Carlos bertanya dengan nada terkejut, membuat teman temannya menoleh dan ikut melihat Aivy yang ekornya telah berubah menjadi sepasang kaki manusia.

Sampai-sampai Hans, Nath dan Lucas spontan menutup mulutnya karena kaget sekaligus takjub. "Bagaimana bisa kau melakukannya?!" Lucas berjongkok dan hampir menyentuh kaki Aivy. Namun sebelum Lucas menyentuhnya, Aivy sudah memukul kepala lucas dengan keras.

"Apa yang kau lakukan?! kau gila ya!" Aivy berteriak kesal. Lucas mengaduh sambil mengelus kepalanya, sedangkan Nath dan Hans malah tertawa.

"Eh? Bukankah itu asap?" Ashley menunjuk ke arah cerobong asap di salah satu rumah yang jaraknya tidak jauh dari mereka. Ucapan Ashley membuat semua orang menoleh ke arah rumah tersebut. "Apakah itu artinya ada orang di dalam?" Sahut Richard, "Bagaimana kalau kita periksa saja, siapa tau memang ada orang disana" Nath memberi usul.

Akhirnya mereka memutuskan untuk mendekati rumah itu yang sepertinya paling kokoh dan luas dari rumah yang lainnya. Nath berjalan di paling depan lalu mengetuk pintu besar dihadapan mereka selayaknya orang yang hendak bertamu dengan sopan. Beberapa kali ia mencoba mengetuk pintu tapi benar benar tidak terdengar suara apapun, hening sekali seperti tidak ada penghuni dialamnya. "Bagaimana kalau kita dobrak saja pintunya?" Arthur memberi usul, tapi tentu saja usulannya itu tidak diterima oleh Michael. Karena jika mereka membuka paksa pintu itu orang-orang di sini akan menuduh mereka memiliki niat jahat.

"Kalau batunya? apakah kekuatan batu itu bisa untuk membuka pintu in?" Pertanyaan Lucas dibalas gelak tawa oleh Hans "Kau pikir ini pintu portal?" Nath dan Carlos pun ikut tertawa. "Batu itu memang tidak bisa, tapi sihirku pasti bisa" Aivy yang berada di belakang tiba tiba berujar sambil berjalan ke depan pintu, Hans dan Nath yang sedang cekikikan mengejek Lucas pun langsung terdiam.

Dua pintu itu terlihat sangat tinggi dan besar, terdapat ukiran burung hantu dikedua sisinya. Gagang pintunya terbuat dari logam dengan simbol ular, Pohon Zaitun juga tumbuh tinggi di depan halaman rumah, sangat besar dan kokoh. Aivy menggengam gagang logam itu dengan erat, delapan orang di sana hanya menatapnya dengan penasaran, sihir apa yang akan makhluk ini gunakan. Angin bertiup dengan lembut menerpa rambut pirang gadis itu, ketika angin berhembus samar-samar terdengar sebuah irama yang indah, bagaikan deburan ombak yang sangat tenang. Lama kelamaan irama itu menghilang terbawa oleh angin bersamaan dengan suara seperti sebuah kunci yang terbuka. Dan ya, kedua pintu besar itu saat ini sudah terbuka lebar.

Baru saja mereka ingin bersorak dengan gembira, sebuah anak panah melesat dengan cepat dan menancap tepat di atas kepala Aivy sepertinya jika angin tidak berhembus panah itu akan mendapatkan sasarannya dengan akurat. Sembilan makhluk itu pun menoleh dan tersentak kaget saat melihat sekelilingnya, mereka sudah dikepung oleh banyak manusia yang membawa busur panah. Tatapan orang-orang itu sangat terlihat kalau mereka tidak menerima tamu disini, tentu saja Michael dan teman temannya tahu kalau saat ini orang orang itu sudah mengibarkan bendera perang.

Sepersekian detik berikutnya ratusan busur panah di lepas beterbangan dengan gesit, seolah penyerangan ini sudah direncanakan. Richard, Nath dan Michael membuat gelembung transparant untuk melindungi mereka dan teman temannya. Michael tidak memberikan perintah untuk menyerang balik karena mereka datang kesini dengan tujuan baik-baik bukannya saling bertarung.

"Michael! Kau yakin kita tidak balik menyerang?!" Lucas terus mengeluarkan kekuatan angin nya untuk menghempas panah-panah yang terus berdatangan. "Sial aku tidak bisa menahannya lagi!" Nath terjatuh ia tak dapat menahan gelembung transparant yang ia buat karena beberapa panah itu memiliki sihir yang cukup kuat dan membuat gelembungnya meletus.

Melihat Nath terjatuh Carlos dengan spontan mengeluarkan kekuatannya, kerikil kerikil di sekitar mereka melayang lalu bertabrakan dengan anak panah. Melihat itu manusia-manusia di sana semakin terlihat marah, mereka semakin yakin tujuan sekelompok makhluk inii pasti buruk. "Carlos! Apa yang kau lakukan sudah kubilang jangan keluarkan kekuatanmu untuk menyakiti orang-orang ini!" Michael berujar marah "Lihatlah! Nath hampir terluka!" Dan tentu saja Carlos membela diri, ia melakukan hal itu dengan spontan karena melihat Nath terjatuh dengan sedikit terpental.

"Sudah tidak usah bertengkar di sini lihatlah situasinya!" Arthur menengahi perkelahian dua pria itu, Tiba-tiba sesuatu yang lebih panjang dilempar dengan sangat cepat. Sebuah tombak dengan kayu yang terlihat sangat keras meluncur ke arah mereka, tombak itu di selimuti oleh asap berwarna hitam yang tentunya asap itu adalah sebuah sihir. Kecepatannya pun juga tidak masuk akal, berkedip sekali saja tombak itu pasti sudah mengenai sasarannya. Dan benar, gelembung transparant milik Michael dan Richard pun meletus seketika. Carlos, Lucas, dan Arthur mundur ke belakang lalu Richard membuat pagar transparant dengan asap panas yang sangat kokoh untuk melindungi mereka. Sedangkan Hans, Ashley dan Aivy tidak bisa menghindar sama sekali tetapi untungnya Nath dengan sigap menarahkan kekuatan petirnya ke tanah, membuat mereka terpental. Tapi setidaknya mereka dapat menghindar dari tombak itu.

Namun sayangnya mereka melupakan seseorang yang sejak tadi masih berdiri tegak di sana, tombak itu pun sukses menghunuskan ujung besinya ke pundak Michael. Darah pria itu bercucuran, pundaknya melemas tidak dapat dikendalikkan. Ketika Michael hampir terjatuh, tombak lain menyusul dan lagi lagi mengenai bidikannya. Menikam pinggang Michael dengan sangat kasar sampai suara tusukannya pun terdengar. Kalah telak, Michael pun roboh. Teman-temannya bangkit hendak menolong, tetapi Aivy memperingatkan kalau tombak itu memiliki sihir beracun. siapapun yang menyentuhnya akan terkena racun tersebut.

Teman-temannya tidak dapat melakukan apapun, hanya dapat memandang Michael dengan malang. Melihat temannya setengah sekarat dengan darah yang mengalir tanpa henti, mereka juga hanya bisa menghindari serangan-serangan yang masih saja berdatangan. Michael bahkan merasa ajalnya sudah sangat dekat, tombak yang menancap di pundak dan pinggangnya terasa amat menyakitkan. Lama-kelamaan netranya melemah, penglihatannya pun memudar hal terakhir yang ia lihat hanyalah wajah Nath yang  mengatakan sesuatu tapi ia tidak dapat mendengarnya.

Akhirnya manik tegas itu terkatup dengan tidak berdaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AcropolisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang