[9]: Portal Kuno

248 33 7
                                    

Malam itu, suara hembusan angin seakan menjadi bisikan seperti panggilan. Ashley merasa terganggu dengan panggilan itu. Kakinya berjalan dengan sendirinya, tak tau arah. Panggilan itu semakin membisingkan telinganya. Ia pernah melihat ini dimimpinya.

Kaki nya terus melangkah menyusuri hutan yang gelap, tanpa sadar ia semakin jauh dari tempat mereka beristirahat. Tetapi ia menghiraukan hal itu karena ia merasa sesuatu sedang mengendalikannya.

Gadis itu berhenti ketika melihat kolam yang terdapat cahaya bersinar berwarna biru terang, yang membuat Ashley mempercepat jalannya ingin segera mengetahui apa yang sebenarnya ada di sana.

Tiba-tiba air menjadi bergelombang, terombang ambing layaknya ombak. Keluarlah sosok wanita berparas cantik dari dalam air. Iya itu Siren. Ashley yang tidak tahu apa apa tercengang dengan apa yg dilihatnya.

"Akhirnya batu ini berhasil menemukan pemiliknya", gadis itu berujar dengan ramah.

Aivy mendekat sembari membawa batu itu, Eternos Stone. Kemudian memberikannya kepada sang empu. Ia sudah ditugaskan menjaga air terjun dan batu itu, padahal bukankah seharusnya siren berada di lautan? Namun Aivy Emeranth, ia adalah siren yang dikucilkan dari kerajaan nya.

Xavier Egerton, Raja dari klan siren sekaligus ayah Aivy memutuskan menyuruh putrinya itu untuk pergi cukup jauh dari kerajaan. Karena ia tidak sepenuhnya dari keturunan siren.

Ibu nya seorang manusia karena perbedaan klan ayah dan ibu nya, menyebabkan beberapa fisik nya lebih menyerupai manusia. Para siren sangat membenci hal itu dan meminta Raja untuk mengusirnya.

"Ashley Celandine, batu ini milikmu" Ashley segera mengambil batu yang disodorkan Aivy. Saat dipegangnya, batu itu berubah menjadi sebuah kalung indah yang melingkar di leher Ashley. Naasnya, kekuatan batu itu terlalu besar hingga membuat Ashley jatuh pingsan. Tubuhnya masih belum kuat untuk menerima kekuatan dari batu itu.

🔮

Kesadaran Ashley telah kembali sepenuhnya membuat ketujuh pria disana menghela napas lega. Ashley segera menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya malam itu sebelum mereka mulai bertanya-tanya.

"Hey Ashley, apakah kamu tahu kekuatan batu itu?" Aivy bertanya dari tepi kolam sembari meliuk liukkan ekor nya di dalam air, Ashley menjawabnya dengan gelengan.

"Sungguh? padahal batu itu memiliki banyak kekuatan" Ujarnya, "Banyak?" Ashley bertanya.

"Sangat banyak, kau tau? batu itu memendam jiwa orang orang yang ia pilih sebelumnya. Dia sudah berpindah tangan berkali kali dan selalu memilih orang yang memiliki kekuatan sangat besar setiap pemilik itu mati, jiwa dan kekuatannya akan terserap oleh batu itu"

Ashley terkejut mengetahui seberapa besar kekuatan yang ada pada batu itu, ia berfikir mengapa batu ini memilihnya? pasalnya ia merasa kekuatannya bukanlah sesuatu yang istimewa.

"Woahh benarkah? jadi batu ini memiliki kekuatan yang sangat besar?" celetuk Hans yang baru saja berjongkok di dekat Ashley.
"Boleh kah aku menyentuhnya?" Sebelum pertanyaan nya terjawab, tangan Hans terlanjur menyentuh eternos stone yang melingkar pada leher Ashley.

"Ahhhh" Hans memekik kesakitan, sesuatu seperti menyengat jari nya kala ia menyentuh batu itu. Dengan polosnya Ashley menggenggam tangan Hans lalu meniup telunjuknya.

Seketika wajah Hans memerah seperti tomat. "Hey kenapa wajah mu merah seperti itu, kau malu ya?" Ledekan Michael membuat semua yang mendengar nya tertawa sambil melihat wajah Hans yang semakin memerah.

Saat semua orang yang ada di sana sedang tertawa, Carlos beranjak dari tempat ia duduk lantas berkata."Bukankah dulu pernah dikatakan kalau siren memiliki insting membunuh?".

Semuanya terdiam menatap Carlos, Aivy tertawa mendengar kalimat yang baru saja Carlos ucapkan. "Kau pikir ini abad berapa?"
Ujarnya dengan terbahak.

Carlos menjawab dengan kekehan "Ah aku juga tidak terlalu tahu tentang klan siren sih"

"Memang benar kami memiliki insting membunuh, tapi lama kelamaan insting itu menghilang setelah klan siren di pimpin oleh kakek ku sejak ribuan tahun lalu" Aivy menjelaskan.

"Sudahlah cepat katakan apa tujuan kalian dengan batu itu?" Aivy mengganti topik pembicaraan. "Kami membutuhkan batu itu untuk membuka portal kuno" jawab Michael.

"Lalu kalian akan mencari portalnya?"
Delapan orang itu lantas mengangguk berbarengan.

"Bodoh!! Kalian bahkan bisa membuka portal dengan batu itu, tidak perlu jauh jauh mencari kedalam hutan atau mendaki gunung. Karena Eternos stone adalah kunci dari Portal Kuno nya, kalian bisa membuka nya dimana saja selama batu ini ditangan kalian!"

"Sungguh?! jadi kami tidak perlu melanjutkan perjalanan mencari portal? karena portalnya sudah kita dapatkan?!" Richard sangat senang sekaligus lega karena ia merasa perjalanan jauhnya tidak akan sia sia.

"Baiklah kalau begitu kita buka portalnya sekarang" ujar Arthur dengan tiba tiba.

"S-sekarang??!!" Nath terkejut dengan ucapan Arthur, tidak hanya Nath semua orang disana sedang menatap Arthur dengan raut wajah kaget.

"Apa? bukankah lebih cepat lebih baik? ayo Ashley buka portalnya sekarang!" Mendengar itu Ashley meng iya kan perintah Arthur. Dengan bantuan Aivy, Ashley berhasil membuka portal itu.

Portal terbuka dari balik air terjun, cahaya yang sangat terang menyinari kegelapan malam itu. Pusaran angin yang cukup kencang dari dalam portal, membuat mereka kewalahan memasukinya. Satu persatu dari mereka melangkah perlahan menuju kedalam portal. Dimulai dari Arthur yang paling bersemangat, dan diakhiri Ashley yang juga bertugas menutup portal tersebut.

Benar seperti yang dipikirkan Richard, akhirnya perjalanan mereka tidak sia sia. Setelah memasuki Portal Kuno itu mereka tidak tahu apa yang akan menyambutnya di sana. Apakah mereka akan tiba di daratan? atau di lautan? entahlah.

Tapi yang jelas perjalanan mereka yang sesungguhnya baru saja dimulai.

AcropolisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang