5. Hal yang baru

17 18 1
                                    

Berarti mimpi yang di mimpikan Angel bukan sekedar bunga tidur, ini pasti ada kaitan dengan dirinya yang tiba-tiba berada di tempat asing ini.

"Ukh..... Sialan sekali, nama Veira itu benar-benar merepotkan." gumam Angel.

"Ada apa nona? Apa ada yang salah dengan ucapan saya, maafkan saya nona saya tidak ber-"

"Kenapa kau terus meminta maaf!" geram Angel.

"Maksud saya–"

"Sudah tidak perlu menjawab lagi, cepat siapkan makanan." titah Angel yang sedari tadi menahan lapar.

"Oh ya, untuk hari ini saya ingin makan di kamar." lanjut Angel.

"Baik putri." Aria pun membungkuk hormat dan bergegas pergi menyiapkan makanan.

Angel berpikir keras tentang bagaimana ia bisa berada disini dan juga apa Angel yang dimasa depan tetap mati atau hidup tetapi diisi jiwa lain?

Memikirkan itu membuatnya pusing. Secara logika ini semua tidak masuk akal dan termasuk melanggar hukum alam. Namun, dia kini berada di zaman dulu, bukankah seharusnya ada sihir.

"Sepertinya gue harus nulis tentang semua mimpi yang berkaitan dengan ini." gumam Angel.

Angel pun turun dari kasur tak empuk itu dan mencari kertas atau buku kosong untuk menuliskan mimpinya.

"Dimana ya?" Angel mulai mencari ke segala penjuru kamar dan ia menemukan kertas kosong dan beberapa buku usang disudut ruangan.

"Ketemu akhirnya, tapi emang gue bisa nulis pake kuas?" tanya Angel kepada dirinya sendiri.

"Ada perlu dibantu putri?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

"Anjing!" umpat Angel yang sedang terkejut.

"Dimana ada anjing putri? Apakah putri baik baik saja?" tanya Aria yang panik.

"Tidak ada anjing, saya hanya terkejut." ucap Angel kesal karena Aria terus meminta maaf, apa dia dulu sangat menyeramkan?

"Ah, kirain saya ada anjing putri. Tapi setahu saya di dalam istana tidak ada anjing putri." ujar Aria bingung.

"Sudah lupakan! Sekarang siapkan makananya."

"Baik putri."

Aria pun langsung menyiapkan makanan di atas meja yang telah disediakan. Meja lipat yang pendek sehingga Angel harus duduk lesehan.

Makanan berjejer rapih dari ujung meja hingga ujung meja lagi, benar-benar banyak mulai dari yang berkuah, berlemak, sayuran, buah-buahan hingga berbagai macam hidangan penutup.

"Ini semua makanan untuk diriku sendiri?" Angel berdecak kagum melihat makanan yang berjejer rapih.

"Benar putri."

"Apa dulu saya sering memakan sebanyak ini?" tanya Angel

"Tidak putri, putri selalu meminta banyak makanan dari yang sedang tren, tradisional hingga yang tidak mengandung lemak." Jelas Aria.

"Wah, dulu saya benar-benar merepotkan." ujar Angel.

"Tidak merepotkan sama sekali justru saya senang." jawab Aria dengan tersenyum.

"Bilang saja kau takut dengan ku." cibir Angel.

"Iya," ucap Aria polos, sadar yang diucapkan tidak sopan Aria buru-buru meralat. "Tidak maksud saya bu–"

"Sudahlah tidak perlu sungkan seperti itu." Angel pun mulai memilih makanan yang ia ingin, pandangannya jatuh kepada ayam berbumbu kari dan salad yang berisi beberapa sayuran.

"Tumben sekali putri memilih ayam berkari, biasanya makanan itu yang paling putri hindari." ucap Aria yang bingung dengan selera tuannya yang berubah.

"Entahlah, saya hanya ingin memakan yang berkuah." ucap Angel.

Padahal banyak sekali makanan yang berkuah selain ayam berkari, Aria ingin sekali bertanya tetapi melihat tuan putrinya makan begitu lahap ia jadi mengurungkan niatnya.

Angel melihat dayangnya yang diam sejak tadi, Akhirnya bertanya.
"Apakah kau tidak ikut makan?"

"Tidak putri." Aria pun langsung membukukan badannya dan pergi meninggalkan kamar tuan putrinya. Tapi sebelum itu—

"Saya tidak bisa makan sendiri." ucap Angel. "Apa kau tidak ingin menemani saya untuk makan?".

"Tapi putri–"

"Sudahlah tak apa jika tidak mau." ujar Angel dengan wajah yang dibuat-buat sedih, sebenarnya ia bisa makan tanpa di temani tapi mungkin karena terbiasa makan ditemani orang jadi ia sedikit merasa kesepian.

"B-baiklah putri, saya akan menemani putri." Aria pun langsung buru-buru duduk dan mengambil makan untuk makan bersama putrinya.

Baru saja Aria akan menyuapkan nasi kemulutnya ia urungkan. "Tapi, ini tidak sopan putri."

"Tidak perlu memikirkan itu, dan juga jangan terlalu canggung." ujar Angel.

"Baik putri."

"Berapa umurmu?" tanya Angel.

"27 tahun putri." Jawab Aria.

"Uhukk." Angel yang mendengar itu tersedak makanan yang sedang ia kunyah, buru-buru Aria memberi minum kepada tuan putrinya.

"Putri tidak apa? Apa makanannya tidak enak?" Raut kepanikan Aria begitu terpancar jelas.

"Ah, tidak apa. Hanya sedikit terkejut ternyata kau lebih tua dariku." ucap Angel setelah meminum air yang diberikan Aria.

"Jadi, mulai sekarang jangan terlalu canggung, saya hanya merasa aneh ketika orang lebih tua begitu sopan kepada yang lebih muda." jelas Angel.

"Tapi, ba–"

Angel langsung memotong ucapan dayangnya. "Tidak ada tapi-tapian, ini perintah dari saya!"

"B-baik putri."

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan, mereka fokus dengan makanan mereka masing-masing.

Aria pun membereskan sisa makanan tadi dibantu dengan beberapa dayang lainnya. Angel ingin membantu tetapi langsung ditolak keras oleh Aria, karena Angel yang malas berdebat akhirnya membiarkan Aria yang bereskan.

"Oh ya, Aria besok temani saya keliling istana." ujar Angel yang sedang mengamati beberapa barang yang cukup unik dan kuno di kamarnya.

"Baik putri." Jawab Aria.

"Apa ini semua alat makeup? Ah, maksudku ini alat perias wajah?" tanya Angel begitu melihat alat perias wajah berjejer rapi di meja rias.

"Ah i-iya putri, itu semua alat rias milik putri Veira." jawab Aria setengah bingung, tadi tuan putrinya bilang mekap, apa itu mekap?.

Mendengar nama Veira di sebutkan membuatnya kesal dan marah setengah mati, hilang sudah mood baiknya.

"Aria, setelah kau bereskan semua ini cepat keluar! Tadi kau sudah bilang kan bahwa saya ingin makan dikamar karena alasan sakit?" tanya Angel dingin.

Aria yang melihat tuan putrinya tiba-tiba berubah menjadi dingin, langsung buru-buru membereskan makanan tadi dan membungkukan badan seraya pamit undur diri.

"Apa saya salah ucap? Mengapa putri seperti marah? Apa karena saya membereskan ini lama?" Aria bertanya-tanya dalam hati mengapa tuan putrinya menjadi bersikap dingin.

Karena mood Angel yang buruk setelah mendengar nama Veira, ia pun memutuskan untuk tidur mengistirahatkan pikiran dan tubuhnya setelah kejadian aneh ini menimpanya.

••••••

Author menempati janji huhu!

DON'T FORGET TO COMENT AND VOTE MY STORY! (。♡‿♡。)

Guinea PigsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang