6. Kerajaan bayangan

17 17 3
                                    

Hari ini, Angel mengelilingi istana di bantu oleh dayangnya yaitu Aria, hanya Aria saja yang Angel suruh karena dayang lainnya tidak dekat dengannya daripada nanti suasananya canggung mendingan tidak usah di ajak saja, lagian Angel risih kalo diikuti banyak orang.

Berjalan-jalan menelusuri seluk-beluk istana. Kini, Angel sedang berada di tepi danau lebih tepatnya di jembatan tempat ia jatuh hingga menyebabkan koma empat hari.

"Jadi, ini danau tempatku jatuh?" Angel memperhatikan danau itu dan benar danau itu cukup bersih tapi dasarnya tidak kelihatan.

"Benar putri." Jawab Aria.

"Rupanya benar danau ini seperti tak memiliki dasar." ujar Angel.

"Menurut saya putri adalah orang yang beruntung."

"Beruntung." beo Angel.

"Iya, sudah banyak orang yang jatuh ke danau ini tapi tidak ada yang selamat. Bahkan tidak jarang tempat ini menjadi tempat bunuh diri." Jelas Aria dengan memasang wajah sendunya.

"Kenapa kau terlihat sedih?" tanya Angel yang melihat perubahan wajah Aria.

"Saya jadi ingat mendiang adik saya, waktu itu adik saya masih berumur tujuh tahun. Namun, karena kecerobohan saya lagi adik saya jatuh ke danau ini." ucap Aria terisak.

"Ah, maaf putri saya jadi cerita seperti ini." Aria buru-buru menghapus air matanya. " Saya benar-benar minta maaf atas kecerobohan saya yang mendorong putri, sungguh sa–".

"Sudah lupakan kejadian itu, lagi pula itu memang sudah terjadi." ucap Angel.

"Ceritakan bagaimana kerajaan bayangan, saya sangat penasaran bagaimana kerajaan secantik ini di sebut bayangan." tanya penasaran Angel, memang sedari tadi Angel sudah menelusuri seluk-beluk istana ini.

"Dulu, kerajaan ini bernama cahaya." ujar Aria.

"Cahaya?" potong Angel.

"Iya cahaya, putri tau kan jika ada cahaya pasti ada bayangan?" tanya Aria sambil memandang matahari yang mulai menenggelamkan dirinya.

Angel pun mengangguk seraya membenarkan ucapan dayangnya. "Lalu, kenapa kerajaan ini bisa menjadi bayangan?"

"Suatu kejadian menimpa putri mahkota kesayangan kerajaan ini, putri itu sangat kuat, tangguh dan pemberani seperti putri Veira." ucap Aria kemudian melanjutkan ucapannya. "Walaupun putri menggunakan cara yang salah dalam mencapai tujuan, tetapi sikap putri mahkota sangat mirip dengan putri Veira."

"Benarkah? Apakah saya dulu begitu naif? Apakah saya dulu benar-benar jahat dan kejam? Apakah saya dulu pernah membunuh orang?" Sebenarnya Angel hanya penasaran dengan reaksi dayangnya ini.

Aria yang panik ketika tuan putrinya bertanya itu langsung mengulangi ucapannya. "Ah, tidak– maksud saya bukan gi–".

Angel tertawa melihat raut wajah Aria yang begitu panik, menurutnya itu lucu dan menggemaskan. "Haha..... Haha....."

Aria mengerutkan keningnya, ia bingung kenapa tuan putrinya ini tertawa? Apa ucapannya ada yang lucu?

Namun, melihat raut bahagia tuan putrinya ini membuat hatinya menghangat. Sudah enam tahun Aria mengabdi menjadi dayang pribadi, baru kali ini melihat tuan putrinya tertawa.

"Sudah sudah! ayo kita kembali ke vapilliun istanaku." ucap Angel sembari memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa.

"Apa putri sakit?" tanya Aria panik.

"Haha...... Apa-apaan kau ini! Saya hanya sedikit sakit perut karena tertawa terus menerus." jelas Angel.

"Apa perlu saya panggilkan tabib?"

"Tidak perlu."

"Tapi–"

"Kenapa kau cerewet sekali?" Angel benar-benar dibuat bingung dengan dayangnya yang begitu khawatir dengannya.

"Saya hanya mengkhawatirkan putri, saya ingin memastikan keadaan putri apakah dalam keadaan baik atau tidak." ucap Aria.

"Saya jadi penasaran, kenapa kau begitu peduli denganku? padahal dulu saya sangat licik."

Aria menundukkan kepalanya, ia bingung apakah ia harus menjawab pertanyaan putrinya? Kejadian itu menurutnya sedikit memalukan. Ah, sepertinya harus di jelaskan mengingat putri yang hilang ingatan dan juga sifatnya yang berubah.

"Ada apa Aria?" tanya Angel, melihat dayangnya yang terus menunduk membuatnya sedikit penasaran.

"Apakah dulu keadaan saya begitu mengkhawatirkan sehingga membuat mu iba dan akhirnya kau menjadi dayangku?" opini Angel.

"Tidak, bukan seperti itu. Kejadian ini sedikit memalukan." cicit Aria dengan suara pelan, Walau begitu Angel masih bisa mendengarnya.

"Memalukan?" Angel memperhatikan pipi Aria yang bersemu merah, apa kejadian itu benar-benar memalukan?.

"Coba jelaskan! Kejadian memalukan apa yang saya lakukan dulu?"

"Ekhem... gimana ya putri? Saya sedikit canggung untuk membahasnya, padahal dulu topik ini sangat putri hindari." ucap Aria.

"Saya tidak suka dibandingkan dengan putri yang dulu." Jelas Angel.

"Ah, bukan seperti itu yang saya maksud jadi–" Aria terdiam beberapa saat ia merasa sedikit malu untuk menceritakan kejadian itu.

"Jadi?"

"Jadi, sebelum acara pendewasaan dimulai beberapa jam lagi, saya di suruh kakak saya selaku pengasuh tuan putri untuk menggantikannya. Awalnya saya menolak karena... ekhem." Aria ragu-ragu untuk melanjutkan perkataannya.

"Oke, saya mengerti. lanjutkan." titah Angel.

"B-baiklah, pada saat upcara pendewasaan akan di mulai tiba-tiba gaun yang di gunakan putri ada bercak darah, saya yang panik melihat itu langsung memanggil tabib padahal putri sudah melarangnya."

"Saya tau putri, saya bodoh. Setelah tabib datang dengan membawa asitennya karena takut putri kenapa-kenapa. saya langsung menanyakan perihal keadaan putri. dan tabib itu senyum-senyum ketika menanyakannya." lanjut Aria.

"Putri pun langsung menatap saya tajam dan tabib itu keluar tanpa mengatakan apapun. Keadaan semakin mencekam saja, setelah perhatikan dayang-dayang yang ada di kamar nona ternyata mereka hanya menunduk ketakutan." Aria menggigit bibirnya menahan malu.

"Sadar apa yang akan saya lakukan saya pun meminta maaf, dan meminta diri saya untuk menjadi dayang putri." jelas Aria.

"Puft.... Haha lagian kamu ada-ada aja." ucap Angel yang menatap tak percaya ternyata Aria ini sungguh polos berbeda dengan usianya.

Aria pun hanya bisa menunduk menahan malu. "Langit sudah gelap, ayo putri kita kembali ke vapilliun." ucap Aria mengalihkan pembicaraan.

"Yasudah. Nanti siapkan air hangat badan saya terasa sangat lengket setelah berjalan seharian mengelilingi istana ditambah dengan gaun yang berlapis-lapis membuat saya ingin merobekkannya." geram Angel.

"Putri ada-ada saja." Aria terkekeh kecil melihat tuan putrinya.

Penjelasan Aria mengenai kerajaan bayangan belum lengkap dan masih banyak yang janggal. Aria tidak menyebutkan kejadian apa yang menimpa putri mahkota. Tapi, salah dirinya juga yang selalu memotong ucapan Aria.

"Ukh.... harusnya tadi gak potong omongannya si Aria! Bodoh." dumel Angel dalam hati.

•••••••

Update lagi! (◕દ◕)


DON'T FORGET TO COMENT AND VOTE!

Guinea PigsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang