part 9| Pemberani

3.8K 484 97
                                    

"look, gue nggak takut kan"
.
.
.

yeonjun menghela nafas panjang saat baru saja mengaktifkan ponselnya. ada banyak panggilan masuk dari teman-temannya dan juga soobin pagi tadi.  lalu beberapa panggilan tak terjawab dari kakeknya dan juga pesan dari pamannya sejak kemarin malam, sedangkan ayahnya hanya memiliki dua riwayat panggilan tak terjawab di sini. itupun yeonjun yakin ayahnya mau meluangkan waktu untuk menelponnya haya karna kakeknya yang menyuruh.

yeonjun mengacak rambutnya furtasi, dia lupa kalo sudah dua hari dia tidak pulang dan tidak memberikan kabar. sebenarnya yeonjun ingin memberikan kabar pagi tadi sebelum ponselnya kehabisan daya tapi dia keburu kesal dengan soobin pagi tadi yang memembuat jantungnya berdebar tak normal. lalu di tambah dengan hama sialan yang membuatnya tambah jengkel sehingga harus di basmi dulu seperti serangga, membuat yeonjun melupakan niat awalnnya yang ingin menelpon untuk memberi kabar.

"Halo kakek"

"Akhirnya anak nakal ini ingat juga kalau masih memiliki keluarga"

Yeonjun meringis pelan saat mendengar suara kakeknya di ujung sana yang sedang menyindirnya di balik telpon. Kali ini yeonjun lah yang menelfon untuk memberi kabar.

"Maaf kakek, ponselku mati"

"Tapi kenapa tidak pulang ke rumah, ha?!"

"Aku menghinap di apartemen milik temanku. Dia sendirian jadi aku menemaninya" yeonjun tentu saja berbohong. Sudah jelas ini apartemen milik soobin.

"Lalu kenapa tidak sekolah tadi?" Kakeknya kembali bertanya.

Yeonjun terdiam, engan untuk menjawab. Ya masa dia bilang bahwa seragamnya sedang di laundry Karena kotor akibat sperma milik soobin dan juga miliknya, kan cari mati namanya.

"Ha.. sudahlah. Apa kau sudah makan?" Nampak di sebrang sana kakeknya sedang menghela nafas panjang saat menyadari cucu satu-satunya itu engan untuk menjawab alasan mengapa dia tidak masuk sekolah tadi.

"Sudah. aku makan banyak di sini, Tenang saja kakek"

"Bagus. Dan besok kakek harap kau sekolah dan pulang ke rumah. Jika tidak, siap-siap anak nakal, semua fasilitas mu kakek sita" ancam kakek yeonjun di seberang telpon sana.

Yeonjun yang mendengar ancaman kakeknya itu mendengus kecil "iya, aku pulang besok"

"Oh iya. Apa kau sudah memberi tahu ayahmu?"

Yeonjun tertengun sebentar "Buat apa?, Dia juga tidak akan peduli denganku" yeonjun menjawab tidak peduli dengan suara datarnya. namun entah mengapa tatapannya seperti menyiratkan sesuatu yang menyakitkan.

"Ha... Baiklah. Kakek tutup dulu telponnya, selamat malam yeonjun"

"Hm, malam juga kakek" yeonjun membalas ucapan kakeknya lalu di detik berikutnya panggilan itu terputus.

"Teman ya?"

Yeonjun membalikan badannya dan saat ini di hadapannya terdapat soobin yang sedang menyenderkan badannya di pintu balkon sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan mata yang menatap yeonjun lurus.

Yeonjun mendengus pelan lalu memutar matanya malas sambil berbalik membelakangi soobin kembali. Tidak memperdulikan soobin yang kini sudah mulai berjalan mendekatinya lalu memeluknya dari belakang.

"Kenapa tidak menjawab?" Suara soobin nampak sangat jelas di pendengaran yeonjun saat ini.

"Jawab apa?"

"Aku dan kamu. Apakah kita teman?" Entah mengapa, tapi yeonjun merasa suasana tiba-tiba berubah di sekitarnya sekarang.

Yeonjun menarik nafas sejenak menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba memompa dengan sangat cepat "bukankah sudah jelas bahwa kita adalah ehm" berdehem sejenak, yeonjun sedikit malu mengatakannya "sepasang kekasih" lanjut yeonjun dengan suara yang tiba-tiba sedikit mengecil.

THE DEVIL (soojun/binjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang