Bound to You

346 56 4
                                    

[reupload from my Twitter acc]






Ohm mengenalnya di usia 7 tahun. Usia yang tepat untuk memulai pendidikan di sekolah dasar.

Lelaki itu tinggal di sebelah rumahnya. Meskipun hanya lebih muda dua tahun dari Ohm, tapi bocah tersebut memiliki badan yang cukup besar untuk anak seusianya. Kulitnya bersih, sewarna kuning langsat yang memikat. Rambutnya dipotong berbentuk seperti jamur membuatnya terlihat imut. Ia memiliki cekungan kecil di kedua sisi pipinya tatkala tersenyum. Manis.

Ohm suka yang manis-manis, karena itu ia memutuskan untuk berteman dengan anak itu.

Rupanya namanya Nanon. Nanon Korapat. 

Nama yang menarik dan gampang diingat.

Nanon baik. Walaupun kalau bermain bersama ia sering merengek untuk meminjam barang milik Ohm (yang padahal itu barang baru! Ohm belum main! 😤) tapi ketika Ohm ngambek, Nanon pasti jadi baik padanya. Ia menawarkan untuk bermain bersama, menggunakan mainannya sendiri juga. Bahkan tak jarang berjanji membelikan Ohm permen agar Ohm bisa memaafkannya.

Ah.

Ohm kan lemah dengan yang manis-manis.

Hanya saja Ohm malah jadi sedih, karena saat ia sakit gigi, yang dimarahi adalah Nanon :(

Setelah itu Ohm tidak pernah lagi memakan permen. Ia takut permen akan membuatnya sakit gigi, kemudian Nanon akan dimarahi lagi.

Ohm tidak mau itu terjadi. Ohm tidak suka melihat wajah Nanon sedih.

**✿❀ ❀✿**

Tidak ada yang lebih membuat Ohm girang daripada melihat Nanon yang akhirnya bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Ohm dengan bangga menunjukkan pada Nanon ruangan-ruangan di sekolah mereka, termasuk tempat rahasia miliknya―gudang belakang sekolah.

Nanon bilang ia tidak terlalu suka gudang. Soalnya gudang itu kotor, penuh debu, dan berantakan. Tapi Ohm meyakinkannya, karena di gudang ada banyak barang dan tidak ada siapa-siapa di sana, mereka jadi bebas berimajinasi. Nanon tidak jadi bilang tidak suka.

Kemudian begitulah gudang tersebut menjadi tempat mereka kabur dari berbagai macam hal. Misalkan saat Nanon memberontak ingin bolos, atau saat Ohm sedang ingin makan sendirian, atau ketika Nanon tidak ingin bermain dengan teman-temannya yang lain selain Ohm. Yang terakhir itu, entah kenapa jadi semakin sering terjadi.

"Nanon, sekali-kali kamu main juga sama temen kamu yang lain dong!" begitu kata Ohm kecil di suatu siang.

Nanon mencebik, "Emangnya kenapa? Aku suka main sama kak Ohm! Mereka itu gak asyik! Mereka cuma seneng jailin aku!"

Ohm menghela nafas, lalu menggeleng sok dewasa, "Mereka kan cuma main-main, Nanon. Kamu jangan terlalu baper, berani dikit dong! Nanti gak ada yang mau temenan sama kamu, lho?"

"Kan ada kak Ohm! Kak Ohm selalu ada waktu buat aku!" balas Nanon.

"Kan gak selalu, Nanon ..."

"Kak Ohm mau ninggalin Nanon?" tanya Nanon, matanya mulai berkaca-kaca.

"Bukan gitu, cuma kan pasti banyak yang mau jadi temen Nanon juga. Nggak cuma kak Ohm. Emang kamu ga bosen main sama kak Ohm terus?"

Nanon menggeleng-geleng keras. Ia beringsut dari tempatnya dan berlari mendekati Ohm. Memeluk yang lebih tua erat-erat.

"Maunya sama kak Ohm ..." ucapnya gemetar.

Ohm menarik nafas. Bukannya ia ingin bersikap keras, tapi ini sudah hampir 3 bulan Nanon bersekolah di sini dan ia masih merasa takut memiliki teman baru selain Ohm. Mama Nanon sudah meminta tolong pada Ohm untuk membimbing Nanon agar berkenalan dengan teman-teman yang lain, supaya Nanon tidak terlalu bergantung padanya. Tapi kalau begini sepertinya sulit.

Tale of Spring and WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang