We, Through the Night

453 64 2
                                    

● Based on LINE TV Awards 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Based on LINE TV Awards 2020

● sekuel dari oneshot sebelumnya

[reupload from my Twitter acc]









"Bang Singto! Sekali lagi makasih banget Bang, udah ngajarin aku ... makasih banget udah bimbing aku ... "

Singto tertawa, "Iya, iya ... tapi semua ini kan berkat kerja keras kamu juga, Ohm. Kerja keras semuanya, malah. Udah udah, tuh air mata kamu di lap dulu ..." Ia menunjuk kedua pipi Ohm, kemudian mengambilkan tisu untuk lelaki muda itu.

Ohm menerimanya, tangannya masih gemetar.

Ia masih tidak percaya ia bisa menang. Jujur, Ohm tidak berharap banyak. Lebih tepatnya pasrah. Saingannya dalam mendapatkan piala adalah orang-orang hebat yang sudah malang melintang di dunia entertainment, bila dibandingkan dengan mereka, jelas Ohm bukan apa-apa.

Ohm pikir, kalau pun ia menang sekarang, semua itu berkat kerja keras fans-nya dan terutama fans Singto. Mengingat lelaki itu punya fanbase besar yang amat loyal padanya.

"Bentar lagi break iklan ya ... kamu mau ke toilet dulu gak?"

Ohm mengernyit, bingung, "Buat apa, Bang? Aku gak kebelet kok."

"Yaaa siapa tau kamu mau benerin penampilan kamu gitu ... atau apa kek, mumpung iklannya agak lama."

Benar juga. Ohm mengedarkan pandangan sebentar. Ia mencari manajernya, meminta tolong untuk mengantarkannya ke toilet.

"Jangan lama-lama, ya!" perintah sang manajer pada Ohm. Ohm mengangguk patuh.

Beruntung toilet lelaki tidak begitu ramai. Ohm menyelesaikan urusannya dan sedang mengecek penampilannya ketika tiba-tiba handphone-nya yang berada di dalam saku celana bergetar. Penasaran, Ohm meraih benda tersebut.

Panggilan dari Nanon.

Senyum Ohm otomatis mengembang. Dengan riang diangkatnya sambungan tersebut.

"COY SELAMAT YA COOOYYY!!!" seruan Nanon langsung terdengar memenuhi telinga Ohm.

Ohm tertawa kecil, "Makasih Nonon, hehe..."

"Gue tadi liat lu di Line TV, lu kenapa pake nangis sih?? Malu-maluin geng three musketeers aja nih, akh!"

Ohm mencebik, "Dih? Itu namanya terharu ya, T E R H A R U. Lo juga taun kemarin gitu pas menang, ngaku gak!"

"Enggak dong wleeekk! Emangnya elo!"

Keduanya lalu tertawa.

"Ohm ..." Nanon memanggilnya lagi. Tawa Ohm mereda, meski begitu senyum masih betah terulas di bibirnya.

"Ya?"

"Congrats, beneran," ujar Nanon sungguh-sungguh, "lo pantes ngedapetin awards itu, jadi jangan ngeremehin diri lo sendiri, oke? Jangan underestimate diri lo. Lo tuh keren, malah menurut gue lebih daripada gue. Jadi jangan mikir kalo kemenangan lo ini sebagian besar karena Bang Singto."

Ohm terdiam. Bagaimana Nanon tahu...?

"Lo gausah nanya kenapa gue bisa tau," tukas Nanon, seakan membaca pikirannya.

"Lo temen gue wat, sahabat gue. Jelas gue tau soal lo. Walaupun lo jarang cerita, tapi karena kita itu aktor ... gue jelas tau sesusah apa rasanya jadi elo."

Ohm ingin menangis lagi saja rasanya. Dibandingkan saat memegang piala tadi, kata-kata Nanon saat ini lebih membuatnya merasa tersentuh.

Nanon, yang ia kira kurang memperhatikan detail, mengatakan hal seperti ini padanya.

Ohm bahagia.

"Semangat terus, oke wat? Ayo kita suatu saat nanti sama-sama berdiri lagi di atas panggung sana. Kalo bisa kita nerima award-nya berdua. Gue bakal berusaha, jadi lo juga harus lebih berusaha. Biar bisa ngalahin gue."

Setitik air mata jatuh dari sudut mata Ohm, namun ia tertawa, "Iya Non ... gue tunggu lo pokoknya. Lo juga jangan nyerah!"

"Pastilah! Cuma orang lemah yang milih nyerah!" sahut Nanon langsung.

Lalu hening. Ohm tersenyum, dan ia yakin di sana Nanon juga tersenyum untuknya. Ia sudah bisa membayangkan lesung pipi lelaki itu, yang selalu bisa memberikan percikan semangat tersendiri bagi Ohm.

Sampai akhirnya Nanon memecahkan keheningan tersebut, "Eh, yaudah wat, ini iklannya udah kelar. Gue udahan ya?"

Ohm mengecek arlojinya. Benar. Sudah lewat beberapa menit.

"Hng. Makasih Non, serius. Makasih banyak."

Terdengar tawa kecil Nanon di seberang, "Sama-sama, Ohm Pawat sahabatku tersayang."

Dengan itu, sambungan tersebut akhirnya dimatikan.

Ohm menarik nafas panjang. Ditatapnya bayangan dirinya di depan cermin.

Benar. Ia adalah Ohm Pawat. Ohm Pawat yang selalu memberikan yang terbaik dalam segala hal. Ohm Pawat yang bekerja keras agar tidak mengecewakan. Ohm Pawat yang menjadi sumber keceriaan bagi orang-orang di sekitarnya.

Ia tidak boleh merasa minder. He deserves it.

Dan terutama, bagi orang-orang terdekatnya: ayah-ibunya, para fans, teman-temannya sesama agensi, Nanon, ia berharga. Itu sudah cukup menjadi penyemangat untuknya.

Ohm kembali ke area tempat duduk dengan hati lega dan riang, senyuman tak pernah lepas dari wajahnya, bahkan Singto yang tadi melihatnya menangis sampai terheran-heran melihat perubahan mood Ohm.

"Nah, akhirnya senyum juga. Gini dong!" Ujar Singto bangga.

Ohm tertawa, "Ada yang bantuin aku buat sadar Bang, kalo aku juga berharga."

Singto mengernyit, "Siapa, tuh?" tanyanya penasaran.

Ohm mengulas senyum misteriusnya.





"Rahasia."

Tale of Spring and WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang