To You Whom I Love the Most

358 67 3
                                    









"Nanon!"

Nanon mencelos saat mendengar suara tersebut. Ia hafal suara siapa itu.

Ohm Pawat.

Cepat Nanon mengunyah makanannya agar selesai. Ia bahkan sampai terbatuk saking buru-burunya. Perth yang duduk bersamanya jadi heran.

"Pelan-pelan makannya Non, kenapa sih?"

Nanon hanya menggeleng. Menolak untuk menjawab.

"Non―" suara itu lagi.

"Perth, gue udahan ya! Harus langsung balik!"

Nanon sontak berdiri, mengakibatkan pahanya terantuk tepi meja. Ia meringis, namun tidak memperlambat langkahnya untuk pergi dari sana.

Sayang, gerakan Ohm lebih cepat.

"Nanon!"

Lelaki itu menarik tangannya dari belakang, memaksanya untuk berhenti.

Nanon menahan tangan Ohm yang mencengkram lengannya, "Ohm! Sori, tapi gue buru-buru―"

"Nggak. Gue tau lo gaada jadwal apa-apa abis ini," tukas Ohm langsung.

Nanon mengernyit, "Tau dari mana? Orang gue harus nemuin Jack―"

"Jack baru aja papasan sama gua tadi siang. Gue tau dia langsung balik abis kelas lo kelar."

Nanon terdiam. Shit, ia lupa.

"Non ... " rahang Ohm mengeras sebentar, ia nampak ragu, sebelum kemudian melanjutkan, "Ayo kita ngomong, oke? Sebentar aja."

" ... Ngomong apa?"

Ohm menggeleng pelan, "Gak di sini," ujarnya pelan, "Rooftop? Apa taman samping?"

Nanon tertegun.

Akhirnya apa yang ia takutkan terjadi juga.

"Ga dua-duanya," ia menjawab, "gue tau tempat yang lebih cocok."



★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★

Di sini lah mereka sekarang, lantai tiga koridor sayap timur gedung fakultas. Tidak banyak orang melewati tempat ini, terutama saat senja telah menjelang.

Ohm dan Nanon sama-sama tutup mulut, tidak ada yang berani memulai pembicaraan lebih dulu.

Nanon duduk di salah satu bangku, mengayunkan kakinya maju mundur seperti anak kecil yang tengah menunggu ibunya kembali di taman kota.

Ohm di sebelahnya, diam-diam melirik memperhatikan. Tanpa bisa ditahan sudut bibirnya tertarik sedikit ke atas.

Meski begitu, ia sangat tahu keadaan hatinya saat ini berbanding terbalik dengan raut wajahnya. Ohm tidak tenang.

"Gue―"

"Ohm―"

Ohm menghela nafas, "Duluan aja."

Nanon menggigit bibir, " ... Gue harus bilang apa lagi?" tanyanya mencicit. Dibawanya jari-jari tangannya ke dekat bibir, kemudian digigitinya kuku-kuku tersebut. Kebiasaannya saat sedang merasa gugup atau tidak tenang.

Lelaki di sebelahnya menahan tangan Nanon, "Jangan gitu," tegurnya dengan alis bertaut, "Nanti kuku lo jelek, Non."

"Kuku gue emang udah jelek."

"Ck, dibilangin bandel."

"Biarin."

Diam lagi.

Tale of Spring and WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang