◇10

249 22 26
                                    

Nuansa putih hal pertama yang di lihat oleh Ali. "Gue di dimana?" Ali berguma sambil memegang kepalanya karena nyeri.

"Bangsat Li, gue kira lu mati." Kata Fandy yang melihat Ali sudah siuman dari pingsannya.

Ali yang merasa jengah sama kelakuan temannya itu memukul kepala Fandy. "Loe tuh ya, teman macam apa yang doain temannya mati." Kesal Ali pada Fandy.

"Shia!!" Umpat Fandy pada Ali karena sakit akibat pukulan Ali.

"Kok gue ada disini?" Tanya Ali tanpa peduli dengan umpatan dari sahabatku itu. Ali sendiri sudah sadar dia ada dimana.

"Loe tadi kena bola, terus pingsan. Masalahnya kenapa loe tiba-tiba diem di tengah lapangan Li?" Jelas Fandy tapi ada rasa penasaran kenapa Ali bisa terbengong di lapangan.

"Kalau gue jujur loe bakal percaya kagak?!" Ucap Ali.

Fandy menatap Ali dengan horor. "Li, percaya sama loe itu sesat. Lebih baik gue percaya sama Tuhan." Balasnya sambil mendramatisir keadaan.

Ali ingin sekali membunuh temannya. Dia berdoa pada Tuhan kenapa dia punya teman seperti ini. Apa dosanya terlalu banyak di masalalu sampai dia kenal dengan Fandy yang tiap hari membuat dia darah tinggi."Loe mau gue tendang atau gue masukin ke kandang buaya!" Balas Ali.

Ali yang dari tadi sudah duduk akan bangun bersiap untuk menendang Fandy tapi di tahan oleh Fandy. "Ehhh, ehh loe mau kemana?" Tahan Fandy dan mendorong Ali agar duduk kembali.

"Mau nendang loe!" Jengkel Ali.

"Slow kawan. Kenapa coba jelaskan sama saya?" Fandy ngalah demi kebaikan dirinya.

Ali malas sangat malas. Tapi dia tidak tahu harus bercerita pada siapa dengan apa yang dia alami. Dengan helaan nafas yang panjang dia akan berbicara pada Fandy. "Loe tahu kan tadi ada anak sekolah lain yang datang ke sekolah kita?"

"Ya," Angguk Fandy sebagai jawaban.

"Gue liat dia anjir, terus ada debaran aneh yang gue rasain sampai gue blank dan setelah itu gue cuman denger teriakan loe, terus apa yang gue liat gelap. Berakhir membuka mata ada disini." Jelas Ali.

Fandy, jangan di tanya. Dia masih mencerna apa yang di katakan oleh temannya itu. Sampai dia tersadar dari lamunannya berteriak cukup kencang. "Li, loe homo!!!"

Terpaksa Ali bangun dari duduknya dan membekap mulut milik Fandy yang berteriak sangat keras. Itu juga membuat sakit pada telinga nya. "Loe bisa tidak jangan teriak!" Di balas anggukan oleh Fandy lagi dan berakhir Ali melepaskan bekapan dirinya.

"Loe.... homo?" Tanya Fandy dengan suara yang pelan karena dia sudah mulai sadar.

"Loe gila kali, mana mungkin gue homo. Gue cuman merasakan debaran aneh. Baru pertama kali gue liat dia dan you know lah." Kata Ali menolak apa yang di katakan oleh Fandy.

"Tapi Li, cuman loe cowok yang sampai terpesona seperti itu. Gue aja cowok normal kagak seperti itu." Jelas Fandy.

Ali binggung. "Terus gue harus apa Fan?" Ali tidak tahu dia kenapa bisa seperti itu.

"Gue ada ide, gimana kalau loe ikutin saran gue?" Kata Fandy coba memberikan ide.

"Apa ide loe?"

"Loe kan kaya Li, jika suruh orang untuk cari tahu informasi tentang dia. Untuk menyakinkan diri tentang debaran loe kita ikutin dia selama beberapa waktu. Kalau bener apa yang gue ucapin tadi."

"Oke gue bakal lakuin apa yang loe kata, lagian gue yakin gue bukan homo seperti yang loe bilang. Gue hanya penasaran." Elak Ali.

"Oke kita liat nanti."

Al sedang ada di ruangan OSIS memberikan penjelasan tentang masalah perpisahan sekolah yang akan terjadi. Setelah nya dia pergi kerumahnya karena sangat malas dengan pandangan memuja yang biasa dia dapat. Dia sangat risih, tapi usut punya usut dia sempat mendengar beberapa wanita berbicara tentang seorang yang pingsan di lapangan karena terkena bola.

"Loe kenapa Al?" Tanya Rey penasaran.

"Gue cuman denger ada orang yang pingsan di lapangan, loe tahu?" Tanya Al.

"Entah, yang gue tahu orang yang pingsan itu famous. Karena itu yang gue denger waktu gue pergi ke toilet tadi." Jelas Rey.

"Begitu ya, ck lagian kenapa gue tiba-tiba penasaran. Sudah lah gue tidak harus peduli." Kata Al.

"Al, jangan seperti itu siapa tahu yang pingsan tadi itu adalah jodoh loe." Ucap Rey bersmirk ria.

Seperti di komik yang dibaca tiba-tiba ada petir dan gemuruh yang terdengar seperti Tuhan mengaminkan apa yang di ucapkan oleh Rey. "Gila ya loe." Protes Al pada sahabat nya itu.

"Kan siapa tahu. Gue sumpahin loe dan kalau loe bakal di stalker oleh jodoh loe yang buat loe risih. Tapi loe bakal jadi bucin sampai mampus sama itu orang." Lagi terdengar suara petir dan gemuruh.

Al sudah merinding dengan apa yang di katakan sahabatnya. Entah kenapa firasat nya sedikit tidak enak. Gila sangat gila dia menggeleng cepat tanda tidak mau itu terjadi. Apalagi menjadi bucin, bukan gaya dia sekali.

"Sebaiknya kita pulang." Sebelum makin melebar kemana-mana dia memilih pulang. Dia juga tidak tahu bahwa orang yang tadi di gosipin ada di belakang nya.

Mereka berempat itu memilih pulang kerumahnya masing-masing. Tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan nantinya. Bagiamana takdir membawa mereka untuk bertemu.

Bersambung...
18/04/2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE PRINCE [ BOYXBOY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang