◇7

1K 81 27
                                    

Part Genap akan saya private...
Kenapa genap...
Karena saya suka angka genap....
Sorry kalau kalian gak suka sama keputusanku untuk private...

Normal Pov

Aliando dan Fandy sekarang telah sampai di Universitas British International School, salah satu kampus yang terkenal di Jakarta. Dengan langkah santai dia melenggangkan kakinya memasuki halaman kampus.

Aliando dan Fandy seketika menjadi pusat perhatian, banyak pasang mata yang memandang mereka dengan tatapan sulit di artikan.

"Li, sumpah ini pernah kalinya dalam hidup gue di pandangi kayak buruan tahu gak loe." ucap Fandy sambil berbisik.

"Berisik tahu gak loe? Kapan gue tahunya. Loe aja baru ngasih tahu gue."

"Loe kok jahat banget jadi teman sih Li." ucap Fandy sambil menaruh tangannya di dada seolah tersakiti.

"Sumpah jijik gue liat ekpresi loe kayak gitu." kesal Ali yang melihat kelakuan temannya itu.

"Loe emang jahat sama sobat loe diri." gerutu Fandy.

"Udah deh, mending kita cepat cari ruang pendaftaran. Gue risi diliatin kayak gitu."

"Kan apa gue bilang, gue aja risih apalagi loe."

Ali tidak menjawab ucapan Fandy, dia lebih memilih mengedarkan pandangan mencari tulisan penerima mahasiswa baru.

Demi apapun di dunia ini, Ali tidak mau bertanya. Tidak peduli kata orang malu bertanya sesat di jalan. Ali tidak memikirkan itu. Alasannya karena tatapan orang-orang di sini kepadanya.

Orang-orang disini melihat mereka seperti makanan buruan yang sangat lezat. 'Cih! Mereka pikir gue makanan apa.' batin Ali.

'Gue tahu gue ganteng, tapi gak gitu juga ngeliatnya, berasa gak pernah liat cowok ganteng saja.' batin Ali lagi.

"Fan, mereka ngeliatin gue gitu banget. Gue kan bukan artis kayak Aliando Syarif. Gue akuin gue emang tampan, lebih tampan gue dari pada dia." ucap Ali dengan pedenya.

"Li, bukannya Aliando Syarif itu loe iya?" balas Fandy sambil memutar bola matanya malas.

"Oh, masak sih? Kok gue tiba-tiba amnesia sih?" ucap Ali dengan nada seolah-olah shok dan muka di perlihatkan wajah kagetnya.

"Sumpah demi apa? Gue jijik liat loe kayak gitu? Loe lagi gak sakitkan?" kata Fandy sambil menaruh tangannya lagi di kening Ali.

"Kan loe tahu, gue kayak gini juga cuman sama loe. Loe tahu gue males kalau udah sama orang asing." kata Ali tiba-tiba menjadi serius.

"Kok loe jadi serius sih, udah ahh mending masuk buat daftar? Lihat kayaknya itu ruangannya." Fandy berkata sambil menunjuk salah satu ruangan.

Dengan segera mereka berdua memasuki ruangan tersebut, disambut ramah oleh guru yang ada disana. Sama seperti yang di lakukan kepada Al begitulah yang mereka lakukan pada Ali dan Fandy.

"Kau orang kedua yang berhasil memecahkan soal ini dengan mudah," ucap Andika pada Ali.

"Maksud Bapak?" tanya Ali penasaran dan Fandy yang tadi masih mengerjakan soal testnya, sedikit mencuri dengar ucapan dosen.

"Kau orang kedua yang menyelesaikan soal dari saya dengan mudah dan sangat cepat." jelas Andika.

"Oh begitu, saya kira kenapa? Saya jadi sedikit penasaran padanya."

"Kalian pasti akan bertemu di kampus ini, jadi. Bapak harap kalian nanti bisa saling membantu."

"Tentu saja Pak," ucap Ali.

Padahal dalam hatinya ogah banget kenalan sama dia, walaupun dia jujur sedikit penasaran dengan orang yang di ucapkan oleh dosen yang ada di hadapanya.

Dia hanya berpikir, jadi teman atau malah menjadi rival. Dia hanya penasaran sedikit, ingat sedikit. Tapi sepertinya akan seru jika menjadi rival.

"Bapak ini, test saya." ucap Fandy tiba-tiba dan menyerahkan soal test.

Ali dan Andika melihat Fandy, Andika dengan cepat tersenyum dan mengambil kertas yang di sodorkan Fandy padanya.

"Kalian berdua selamat bergabung di kampus ini, semoga kalian berdua nyaman kuliah disini nantinya?" kata Andika dengan senyum ramahnya.

"Iya Pak, kalau begitu kami permisi dulu?" kata Ali dan Fandy berbarengan.

Andika hanya menanggukan kepalanya sebagai jawaban. "Kalian berdua sangat menarik," ucap Andika saat Ali dan Fandy sudah tidak ada di hadapannya.

"Eh Li, kita mau habis ini?" tanya Fandy.

"Gimana kalau cari makan? Gue udah laper dari tadi nih?"

"Boleh, kita ke cafe milik kakak sepupu gue aja kalau gitu."

"Boleh," kata Ali sambil masuk kedalam mobil mereka.

Sepanjang perjalan hanya ada keheningan yang melanda di dalam mobil, Ali sibuk dengan pikirannya begitu dengan Fandy yang sibuk banyangin kecengan dia si Lita.

Lima belas menit perjalanan mereka sampai di cafe dengan tulisan L Cafe, kurang tahu bagaimana bisa di beri nama L cafe. Mungkin karena penulisnya memang pencinta L.

Tring..

Bel bunyi cafe pertanda ada orang baru yang masuk, pelayan dengan sigap menghampiri tamu yang datang.

"Selamat datang di L cafe Tuan, bisa kami bantu?" kata pelayan cafe dengan senyum ramah.

"Kami ingin membeli cake dan chocolate dingin dua." jelas Fandy.

"Baiklah, silahkan menunggu di bangku yang kosong?"

Saat pelayan itu berbalik, "Mbak? Bayu ada?" tanya Fandy.

"Bayu? Maksud anda Pak Bayu?" tanya pelayan itu memastikan.

"Iya, Boss kalian."

Ali hanya diam dan segera pergi dari sana, kakinya pegal berdiri dari tadi. Padahal cuman sebentar. "Gue mau cari kursi dulu?" setelah Ali benar-benar pergi dari hadapan Fandy.

Fandy melihat kearah Ali sebentar dan segera kembali menoleh ke arah pelayan cafe. "Pak Bayu ada di ruangannya." jawab pelayan itu.

"Bisa panggilkan dia?"

"Maaf, tapi sebelumnya anda siapa?" tanya pelayan itu lagi.

"Saya adiknya, adik sepupunya. Jadi bisa panggilkan?" tanya Fandy jengah.

"Oh maafkan atas ketidaksopanan saja." ucap pelayan itu membungkuk hormat.

"Tak apa, bilang saja padanya Fandy adiknya menunggu di luar."

"Iya akan saya sampaikan."

Fandy menganggukan kepalanya dan bergegas menyusul Ali yang sudah nangkring cantik di mejanya yang berhadapan dengan kaca.

"Fandy, Ali?" kata seorang yang baru datang entah dari mana.

"Kak Bayu?" sapa mereka saat melihat Bayu sudah didepan mereka. Bayu memilih duduk di dekat Fandy, karena dia rindu adik sepupunya ini.


Bersambung...
😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇😇👿👿👿👿👿👿👿👿👿👿👿👿👿👿👿👿

THE PRINCE [ BOYXBOY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang