00. Prolog

146 49 65
                                    

Sebelumnya, kalian tahu cerita ini dari siapa?

Atau kalian nyari sendiri, terus tertarik sama apanya nih? Sama cover book atau sama sinopsis ceritanya?

Komen dibawah yuk ✨

•••

"Cinta pertama Jey itu cuma Ayah, nggak akan ada orang lain selain Ayah seorang. Nggak akan ada seseorang yang menggantikan Ayah dalam hidup Jey. Karna Jey nggak akan mencintai pria lain selain Ayah. Ayah itu segalanya buat Jey." ungkap seorang gadis yang kini tengah berada di sebuah ruang rawat di salah satu Rumah Sakit.

"Jey, dengarkan Ayah dulu ya. Kamu disini akan sampai pada waktunya ditinggalkan oleh orang-orang tersayang kamu. Ayah akan selamanya pergi meninggalkan kamu, tidak akan kembali lagi. Akan ada saatnya Tuhan memanggil Ayah tuk pergi."

Gadis itu hanya menunduk mendengarkan ucapan sang Ayah, dalam hatinya ia tidak terima dengan ucapan itu. Gadis itu bernama Jeyna Althesia Arum. Ia begitu tulus mencintai sang Ayah, ia tidak akan pernah mencintai pria lain selain Ayah nya. Menurutnya, pria yang baik itu hanya Ayah nya seorang.

Jeyna menghembuskan nafas pelan, ia mencoba untuk tidak mengeluarkan air matanya. "Ayah pernah janji sama Jey, Ayah nggak akan pernah ninggalin Jey. Kenapa sekarang Ayah malah ngomong gitu?"

Barga hanya tersenyum simpul mendengar anaknya berucap seperti itu. Ia pun memegang kedua tangan sang anak dengan begitu lembut, "Ya, Ayah pernah berjanji. Tapi, jika soal takdir Ayah harus di panggil oleh Allah, ya Ayah pun harus ingkar janji."

"Ayah nggak boleh ngomong gitu. Ayah harus tetap ada disini sama Jey. Kenapa juga Ayah harus ngebahas yang kayak gitu? Ayah beneran mau ninggalin Jey, ya?" tanya Jeyna dengan air mata nya yang perlahan-lahan jatuh membasahi pipi nya.

"Ayah itu sudah tua, Jey. Mungkin disaat-saat seperti ini lah waktunya Ayah harus ninggalin kamu. Kamu nggak mau lihat Ayah sakit-sakitan lagi, kan?" jelas Barga dengan wajahnya yang semakin memucat.

Jeyna hanya bisa menangis sesenggukan. Ia tidak percaya jika Ayah nya akan berkata seperti itu. Sampai akhirnya, sebuah tangan mengusap rambut nya dengan begitu lembut. Jeyna mengangkat wajahnya, "Jey nggak mau lihat Ayah sakit. Jey sayang banget sama Ayah."

"Kata siapa Ayah nggak, Jey? Justru Ayah yang lebih sayang sama kamu." ucap Barga.

Jeyna langsung memeluk erat sang Ayah. Barga sangat bersyukur memiliki anak seperti Jeyna. Ia juga dapat merasakan ketulusan yang begitu abadi pada diri Jeyna. Sejujurnya, ia tidak ingin meninggalkan anak nya itu. Hanya saja ia sudah lelah menghadapi penyakit yang di derita nya saat ini. Dan memang, kata Dokter pun sisa hidup Barga di dunia ini tinggal sebentar lagi.

"Jeyna, kamu harus janji sama Ayah, kamu itu harus segera mencari pria yang bersikap sama seperti Ayah. Supaya dia selalu menjaga kamu setiap kamu bersedih, setiap kamu ingat Ayah. Ya, kamu janji kan?" Barga memohon permintaan pada Jeyna. Ini juga demi kebaikan Jeyna agar dirinya tidak bersedih, agar gadis nya itu selalu terjaga untuk kedepannya.

Jeyna sedikit berfikir. Lalu, ia pun hanya mengangguk, "Jeyna janji, Yah. T-tapi maafin Jey ya Yah kalau Jey udah ingkar janji sama Ayah."

Saat ini, kondisi Barga semakin memburuk. Ia seperti susah untuk bicara kembali. "B-bagus J-jey, d-dan A-ayah m-mohon k-kamu j-jangan i-ingkar ja-janji. Ayah harus pergi."

When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang