16. Night With Jefan

14 12 12
                                    

Malam ini, hujan pun turun dengan sangat deras. Jefan membawa Jeyna pergi ke sebuah Cofee Shop terdekat yang ada disana. Ia segera memesan minuman hangat untuk diminum olehnya dan Jeyna yang tengah menahan dingin. Gadis itu menggigit bibir bawah nya, efek karna terlalu kedinginan.

Jefan kembali duduk di hadapan Jeyna sembari membawa minuman hangat. Pria itu sangat merasa bersalah karna sudah menyuruh Jeyna untuk menemui nya. Ia tidak tahu jika malam ini akan turun hujan. Jika akhirnya seperti ini, mana mungkin juga Jefan akan menyuruh Jeyna untuk pergi menemuinya.

"Gue beli minuman hangat buat lo. Diminum ya. Lo pasti kedinginan banget kan." ujar Jefan sambil mendekatkan segelas minuman itu kepada Jeyna.

Jeyna tersenyum simpul. Ia pun segera meminum nya.

Jefan menghela nafas, lalu tatapan nya pun menatap kagum kearah Jeyna. Gadis yang tengah ada dihadapan sekarang nya ini sangat terlihat lucu, apalagi ketika tengah mengembungkan kedua pipi nya yang semakin terlihat chubby. Ingin rasanya ia mencubit gemas kedua pipi itu, namun ia urungkan, karna ia pun masih menjaga harga diri nya di depan Jeyna agar tidak merasa malu.

"Jefan udah membaik, kan?" tanya Jeyna dengan tiba-tiba, membuat Jefan pun terlihat salah tingkah.

"Gue baik kok. Itu semua berkat lo." ucap Jefan.

Jeyna tersenyum canggung. Siapa pun itu, tolong bantu Jeyna untuk tidak salah tingkah di depan Jefan. Detak jantung nya mulai berulah lagi, hal itu membuat Jeyna pun memegang dada nya sembari menarik nafas dalam-dalam. Jefan yang melihat itu terkekeh pelan.

"Lo kenapa, Jey? Dada lo sakit?" tanya Jefan.

Jeyna menggeleng cepat, "Ng-nggak kok. I-ini apa, Jey lagi degdegan."

Jeyna melototkan matanya. Ia keceplosan. Gadis itu pun menutup mulutnya rapat-rapat karna merasa malu. Lalu ia menggeleng cepat kepada pria itu, "Jey degdegan karna takut Bunda Jey marah. Itu maksud Jey."

"Lo mau pulang? Sebelum itu, lo habisin dulu minum nya. Lagi pun sekarang hujan nya belum reda." ujar Jefan. Bukan maksud ia ingin berlama-lama disini dengan Jeyna, hanya saja jika ia mengajak gadis itu untuk pulang, takut gadis itu terkena air hujan.

"Jey nunggu disini aja sampai hujan nya reda. Jefan mau kan tungguin Jey disini?" tanya Jeyna dengan pelan.

"Gue nggak bakal ninggalin lo. Gue yang udah ajak lo kesini, berarti gue juga yang harus antar lo pulang." tegas Jefan yang mampu membuat Jeyna klepek-klepek sendiri.

"Makasih ya Jefan." ucap Jeyna dengan memberikan cengiran nya kepada Jefan.

Kedunya kembali terdiam. Sekarang, Jefan terlihat tengah fokus memainkan salah satu game yang ada di ponsel nya. Jeyna sendiri hanya mampu untuk terdiam. Ia sudah kapok jika mengganggu Jefan ketika sedang memain game. Lebih baik ia diam saja, daripada harus dibentak lagi oleh Jefan seperti di Sekolah tadi.

Jeyna menatap ke sekitar Cafe itu. Dirinya mendadak menegang kala melihat sosok pria yang tengah duduk tak terlalu jauh dari tempat nya. Gadis itu menelan saliva nya, mencoba untuk terlihat tenang. Ia pura-pura tidak mengenal pria itu. Padahal, sedari tadi pria itu pun sudah menatap tajam kearah Jeyna.

"Jey, gue mau bayar dulu pesanan ya." ucap Jefan hendak pergi meninggalkan nya.

Jeyna refleks menahan pergelangan tangan Jefan, "Jey takut Jefan. Jey ikut sama Jefan aja ya."

Jefan mengerutkan keningnya, "Takut kenapa? Ada yang jahilin lo?"

Jeyna menggigit bibir bawah nya takut. Ia pun menunjuk kearah pria jangkung yang ada di sebrang nya. Jefan mengikuti pandangan mata Jeyna, dan pandangan nya pun berhenti tepat kearah seorang pria yang memang ditunjukkan oleh Jeyna barusan. Ia mengepal kuat kedua pergelangan tangan nya. Menatap pria itu dengan sorot matanya yang mampu membuat setiap orang pun tertunduk.

When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang