Di kamar sempitnya, Jeyna terdiam lesu. Entah, ia masih teringat dengan sang Ayah. Ia tidak percaya jika Ayah nya akan pergi secepat itu. Di sela-sela pikirannya itu, tiba-tiba handphone nya bergetar. Jeyna mengintip, ternyata sang Kakak yang meneleponnya.
"Halo Jey, ini Kakak. Maafin Kakak ya nggak bisa dateng kesana."
Jeyna tersenyum sinis, "Baru nelepon ya Kak? Kemana aja selama ini? Semenjak Ayah sakit, Kakak nggak pernah tuh dateng kesini."
"Jeyna, Kak Ariel lagi banyak urusan di Kantornya. Kakak harus tetap disini. Ditambah Sofia lagi sibuk sama ulangan nya. Maaf ya Jey."
"Loh, kok Kakak malah minta maaf ke Jey? Harusnya Kakak minta maaf ke Ayah, Kakak harus kesini."
Terdengar, dari jarak jauh, Kakak nya itu hanya bisa menghela nafas. "Ahh Jeyna, nanti Kakak kabarin lagi ya."
"Selalu aja kayak gitu. Kakak nggak pernah ada sedikit pun waktu buat kita disini. Kakak itu egois." ucap Jeyna sambil memutuskan telepon dengan sang Kakak.
Jeyna melempar handphone nya kesembarang arah. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan Kakak nya itu, alih-alih dirinya selalu saja membuat alasan ketika Irma menyuruhnya untuk pulang ke rumah. Atau mungkin, Kakak nya itu sudah tidak peduli lagi dengan keluarganya yang ada disini?
Shelina Putria Arum, Kakak kandung dari Jeyna. Dirinya sudah berumah tangga, dan sekarang dirinya lebih memilih tinggal jauh di luar kota. Setelah kelahiran anak nya, Shelina tidak pernah berkunjung lagi ke rumah. Untuk sekedar mampir sebentar pun tidak pernah.
"Kak Shelin kenapa nggak pernah kesini lagi? Padahal Bunda pun nggak ada minta pengen uang. Bunda cuma ingin ngeliat Kak Shelin dan Sofia aja, itu udah cukup." ucap Jeyna sambil terisak pelan.
Jeyna menatap nanar bingkai foto yang terletak di dinding Kamarnya. Disana, terlihat keadaan sejak dulu. Bahagia, tersenyum penuh dengan gembira. Jeyna pun bisa melihat wajah Barga sejak dulu, Ayah nya itu masih terlihat gagah. Disampingnya, terlihat Shelin yang tengah tersenyum seperti seorang model. Lalu Irma yang terlihat menggendong erat tubuh mungil Jaydan yang masih belita. Disamping paling bawah, terlihat Jeyna kecil yang tengah dipegang erat oleh Shelin. Sejuk rasanya ketika melihat foto itu.
Sampai akhirnya, pintu kamar Jeyna pun terbuka perlahan. Dihapus lah air matanya yang tidak sengaja turun begitu saja. Jeyna tersenyum melihat kedatangan ketiga sahabat nya itu, padahal dirinya tidak menyuruh mereka untuk pergi menemui nya.
"Padahal Jey nggak ada nyuruh kalian kesini loh," ucap Jeyna terkekeh.
"Jadi lo mau kita balik lagi, gitu? Yaudah, kita balik lagi yuk." ucap Maudy sambil berbalik badan untuk kembali pergi dari kamar Jeyna.
Jessi langsung geleng-geleng kepala melihat tingkah Maudy, "Dy, Jeyna itu lagi berduka. Kenapa lo malah ngelawak?"
"Gue nggak ngelawak Maemunah. Gue cuma bercanda," ucap Maudy.
Jessi langsung menjitak pelan dahi Maudy, "Ya sama aja ogeb! Heran gue sama lo."
Maudy meringis kesakitan, itu terdengar cukup keras sih. "Nggak usah pake ngejitak bisa nggak?! Sakit tau."
Jessi hanya menjulurkan lidahnya jahil, "Bodo amat. Rasain tuh benjol di dahi lo."
Begitulah Maudy dengan Jessi, selalu saja berdebat ketika tengah bersama. Tidak pernah akur, selalu saja ada masalah. Sekarang pun, mereka masih tetap berdebat.
Sedangkan Risa sudah terduduk di kasur Jeyna. Mereka hanya terkekeh pelan melihat Tom & Jerry yang tengah adu mulut itu. Sejujurnya, Jeyna sudah tidak begitu murung ketika didatangi oleh ketiga sahabat nya ini. Mood nya kembali stabil. Memang ya, sahabat itu penyembuh kita ketika sedang bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA & NO PLAGIAT] "Akan ada saatnya dimana kita menemukan first love selain Ayah. Karna pada dasarnya, wanita harus memiliki dua pria untuk menjaganya. Ialah sang Ayah, dan seseorang yang di dambakan." Inilah kisah dari seor...