02. Murid Baru

41 39 60
                                    

Saat ini, Jeyna sudah siap dengan seragam sekolah lengkap nya. Ia sudah mulai membaik. Karena ia rasa, akan tidak baik jika dirinya terus saja berada di fase bersedih. Ia harus kembali menjadi Jeyna yang periang.

"Jey, Bunda masuk ya." suara Irma membuat Jeyna segera menoleh kearah pintu.

"Masuk aja Bun, nggak di kunci juga kok." ucap Jeyna sedikit berteriak.

Jeyna yang sedari tadi tengah menatap dirinya di cermin terlihat tersenyum manis kearah Irma. "Pagi, Bunda!"

"Pagi juga, Jeyna. Nih, tadi Bunda buatin susu buat kamu." ucap Irma sambil memberikan segelas susu putih kepada Jeyna.

Jeyna segera menerimanya. Ia terduduk di tepi ranjang, lalu meminum susu putih itu hingga habis. Sekilat itu. Irma hanya geleng-geleng kepala melihat nya, ia masih ingat dengan susu kesukaan Jeyna.

Jeyna menaruh gelas itu ke atas rak yang ada di pinggir ranjang nya. "Makasih ya Bun. Padahal Jey bisa buat sendiri. Biar nggak ngerepotin."

"Kamu tuh kayak ke siapa aja, Jey. Biasanya aja kamu suka manja tuh ke Bunda." gurau Irma sambil terkekeh.

"Bunda, Ayah kan udah nggak ada. Jey juga harus udah bisa mandiri. Jey juga nggak mau jadi anak manja lagi. Apa-apa tuh nyuruh Bunda terus, Jey nggak mau kayak gitu lagi." ucapan Jeyna itu membuat Irma terdiam.

Jeyna merasa tidak enak dengan perkataan nya itu. Ia pun langsung memeluk erat tubuh Irma, "Nggak usah dipikirin ya Bun. Mending kita keluar aja yuk sarapan."

"Bentar dulu Jey, Bunda mau bicara sama kamu." ucap Irma yang membuat Jeyna menghentikan langkahnya.

"Kenapa, Bun?" tanya Jeyna.

"Tiba-tiba Bunda kepikiran sama Kakak kamu. Ketika Ayah meninggal pun dia sama sekali nggak pernah mau dateng kesini." ucap Irma sambil menundukkan kepalanya.

Seketika itu Jeyna terdiam. Apakah ia harus mengatakan jika Shelin menghubungi nya kemarin sore? Harus, Jeyna harus memberitahui Irma.

Jeyna berdeham pelan, "Bun, sebenernya kemarin sore Kak Shelin nelepon Jey."

Irma menyipitkan matanya, "Dia bicara apa Jey? Dia mau dateng kesini, kan?"

Jeyna hanya menggeleng pelan, "Kak Shelin bilang, kalau Kak Ariel lagi sibuk di kantornya. Ditambah Sofia lagi ulangan. Jadi mereka belum bisa kesini, Bun."

"Padahal Bunda rindu banget sama Shelin. Bunda juga belum pernah liat Sofia. Apa dia secantik anak Bunda?" lirih Irma sambil menatap nanar kearah Jeyna.

Jeyna langsung mengusap lembut punggung Irma, "Pastinya. Kak Shelin kan cantik kayak Bunda,"

"Bunda rindu banget sama Kak Shelin, Jey juga, Adan, apalagi Ayah Kak. Jey harap Kak Shelin bener-bener akan datang kerumah." Jeyna pun membatin miris.

Tiba-tiba pintu kamar Jeyna pun terbuka, menampilkan seorang Jaydan yang sudah terlihat rapi. Ternyata ia sudah menunggu lama Irma dan Jeyna di meja makan. Hendak sarapan bersama. Namun, Irma dan Jeyna kelupaan karna sibuk mengobrolkan Shelin.

"Malah ngobrol disini ya, Adan nungguin dari tadi loh Bun, Kak Jey. Jahat banget sama Adan." cerocos Jadyan sambil cemberut.

Irma dan Jeyna pun hanya terkekeh pelan. Irma pun menghampiri Jaydan, "Bunda kelupaan, Adan. Yaudah yuk kita sarapan."

Dengan cepat, mereka bertiga pun segera menghabiskan sarapan pagi nya. Setelah beres, Jeyna dan Jaydan pun berpamitan kepada Irma untuk pergi Sekolah.

When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang