12. Perlakuan Manis Jefan

17 16 10
                                    

Di pagi cerah ini, kelas XI IPA 2 tengah diawali dengan pelajaran olahraga. Saat ini, semua murid berkumpul di tengah Lapangan Sekolah. Terlihat, Pak Agam-selaku guru olahraga yang termasuk killer itu pun segera berjalan dengan gagah nya menuju Lapangan, menghampiri murid-murid nya.

Sembari membawa bola basket, tatapan Pak Agam pun tertuju ke arah Dito. "Sebelumnya, terimakasih banyak kepada Dito, karna kamu sudah menemui Bapak sebelum pelajaran dimulai."

Dito mengangguk tersenyum, "Sama-sama, Pak. Itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai Ketua Kelas. Terimakasih kembali, Pak."

Setelahnya, Pak Agam pun menatap para murid dengan gagah nya. Tentu saja. Meski dirinya sudah tua, namun Pak Agam itu tidak terlihat tua. Tubuhnya masih bugar. Ia juga sehat, dan terlihat masih gagah. Outfit nya pun tidak kalah keren dengan murid-murid nya. Jika dalam mengajar, pasti Pak Agam terlihat sangat sangar, namun di belakang itu semua, Pak Agam sangat baik, dan tentu nya selalu peduli kepada para murid nya.

"Kalian sudah pada sarapan belum?" tanya Pak Agam dengan lantang nya.

Para murid pun menjawab dengan serentak, "Sudah, Pak!"

"Good! Kalau gitu Bapak akan menugaskan kalian untuk lari di sekeliling Lapangan ini. Minimal 10 putaran ya, kalau lebih juga gak pa-pa, malahan akan Bapak kasih nilai A+." ucap Pak Agam sambil terkekeh pelan.

"Pak, kalau sampai 5 putaran aja gimana? Aku gak bakal kuat Pak kalau sampai 10 putaran sekaligus. Kalau ada istirahat sebentar sih, boleh-boleh aja Pak." celetuk Sherin sambil mengangkat tangan kanan nya.

Seketika itu, semua murid pun langsung melotot tajam kearah Sherin, begitupun dengan Agra. Pria itu terlihat malu hanya karna melihat tingkah polos dari sang pacar.

Bara langsung mengejek Sherin, "Lemah lo, Rin. Masa lari sampai 10 putaran aja gak bisa?"

Sherin cemberut, "Lo kan, cowok. Sedangkan gue cewek, beda Bar."

"Beda apanya anjir, aneh lo Rin. Ah gue paham, semua cewek kan lemah ya." ucap Bara sambil terkekeh miris.

Jeyna yang mendengar itu tidak terima. Ia pun menyahuti ucapan Bara itu, "Gak semua cewek itu lemah, Bar. Jey bakal buktiin ke Bara, kalau cewek itu gak lemah. Enak aja kalau ngomong!"

Salah lagi, salah lagi. Kenapa sih gue selalu salah mulu di mata si Jey. Gak si Jey pasti si Jessi. Aneh anjir. Batin Bara.

Pak Agam yang hanya mendengar perdebatan antara para murid nya itu hanya terkekeh pelan. Ia pun berdehem sebentar, "Sudah sudah, gak perlu berisik juga! Ah Jeyna, kalau kamu bisa buktiin itu ke Bara, Bapak akan kasih kamu nilai A+."

Mata Jeyna pun berbinar. Ia pun menatap lekat kearah Pak Agam, "Dua rius Pak? Beneran kan, Pak? Pak Agam jangan ingkar loh, Bapak harus janji dulu ke Jey."

"Dua rius. Bapak serius kok. Ini bukan untuk Jeyna saja, tapi untuk kalian para wanita yang sudah lari melebihi 10 putaran, pasti akan Bapak kasih nilai A+. Bapak gak akan ingkar, percaya deh." ucap Pak Agam sambil mengangkat tangannya, bersumpah jika ia tidak akan mengingkari janji nya tersebut.

Jessi bersorak senang, "Yeay! Yaudah Pak, sekarang aja ya lari nya. Aku jadi semangat!"

"Emang lo gak bakal capek, Jes?" Lagi dan lagi, Bara pun mengejek Jessi. Sayangnya, gadis itu sedang tidak ingin berdebat dengan pria itu, ia hanya mengacuhkan Bara.

Pak Agam segera bersiap-siap dengan peluit nya. Begitupun dengan para murid, mereka terlihat bersemangat untuk berlari. Sebelum terdengar komando dari Pak Agam, Jeyna pun sempat-sempat nya melirik sekilas kearah Jefan yang jaraknya lumayan jauh dari dirinya berada saat ini. Ia pun tersenyum melihatnya, damage Jefan benar-benar memabukkan.

When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang