11. Sang Penyelamat

17 16 3
                                    

Terhitung sudah setengah jam lebih, Jessi mengendarai motornya dari Rumah Jeyna sampai saat ini mereka pun sudah sampai di Very Sweet Cafe. Saat ini, Cafe itu terlihat sangat sepi pengunjung.

Jeyna dan Jessi pun segera memasuki Cafe tersebut, takut jika Bara dan Jefan sudah menunggu lama kehadiran mereka. Namun, Jeyna sama sekali tidak menemukan keberadaan Jefan maupun Bara disana. Apa benar jika Bara sudah ada disana? Jessi sangat takut jika Bara hanya akan menjahili dirinya.

"Pasti tuh anak lagi ngejailin kita, Jey. Kesel banget gue! Balik lagi aja deh yuk!" entah kenapa, Jessi malah ingin pulang. Padahal mereka pun belum mencari Bara sampai ke sudut Cafe.

Jeyna menggeleng cepat, "Jangan dulu, Jes. Mending kita cari Bara nya sampai ke sudut Cafe. Jey yakin banget, kalau dia pasti ada disini."

Dari mimik wajahnya, Jessi terlihat cemberut kesal. Karna ia sangat yakin, jika Bara hanya akan menjahili dirinya dan Jeyna saja. Toh, ketika di Sekolah tadi siang pun, Bara selalu saja membuat Jessi kesal. Satu hari saja janganlah ia membuat amarah Jessi bergejolak. Karna ketika Jessi marah, pasti ia tidak akan memaafkan Bara kembali. Pria itu sungguh menyebalkan, dan Jessi tidak akan tinggal diam jika Bara akan terus menerus melakukan nya lagi.

Jessi menghela nafas kasar, "Hmm. Yaudah kita cari dulu aja. Ah iya, Jefan juga kemana coba? Apa dia belum dateng?"

Jeyna mengangkat kedua bahunya, pertanda jika ia pun tidak tahu apakah Jefan sudah datang atau kah belum. "Jey gak tau ah Jes. Coba kita cari dulu aja."

Mereka berdua pun hendak melangkahkan kakinya untuk mencari keberadaan Bara dan Jefan. Jessi sempat mengintip sebentar ke jam tangan nya, jam pun sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Namun, mereka sama sekali belum memulai kerja kelompok nya.

Dengan berat hati, Jessi ikut mencari Bara bersama dengan Jeyna. Tersadar, Cafe ini benar-benar tengah sepi, hanya ada dua sampai lima pengunjung saja yang tengah berada di Cafe tersebut.

"Dor!" seseorang dengan tiba-tiba saja mengagetkan Jeyna dan Jessi, membuat mereka pun tersentak kaget sembari memegang dada nya.

Mereka berdua pun segera membalikkan tubuhnya. Masih dengan mata terpejam, Jeyna pun terus saja berucap istighfar karna benar-benar seterkejut itu. "Astaghfirullah. Untung aja Jey gak punya penyakit jantung."

Dengan spontan, Jessi yang masih terkejut pun segera memukul seseorang tersebut menggunakan tas mini nya. Ia benar-benar kesal, dan tidak menyangka dengan sang pelaku yang sudah mengagetkan dirinya itu.

Ya. Seseorang yang sudah mengagetkan mereka adalah Bara. Pria yang memang tengah dicari oleh mereka berdua. Entah sejak kapan, pria itu mengetahui keberadaan Jeyna dan Jessi, yang seketika itu memiliki niat jahil untuk membuat dua gadis itu kesal.

"Awh! Udah, udah, Jes! Sakit anjir. Udahan ah Jes, gue minta maaf. Suer dah!" mohon Bara sambil berusaha untuk menghindar dari pukulan Jessi tersebut.

"Makanya jadi cowo itu jangan banyak tingkah! Lo keterlaluan banget sih, Bar! Kalo gue ada penyakit jantung, terus mati disini, lo mau apa?!" bentak Jessi sambil tetap memukul Bara menggunakan tas mini nya tersebut.

Sampai akhirnya, Jeyna pun segera melerai mereka berdua. Ia sudah sangat lelah jika harus mendengar keributan antara Jessi dan Bara itu. Padahal, dua sejoli itu sudah sering bertengkar di Sekolah, lalu sekarang, apakah mereka berdua pun akan memulai keributan nya kembali? Sungguh melelahkan.

Jeyna memutar bola matanya malas, "Udah ya, ribut nya ditahan dulu. Jey capek tau setiap kali denger kalian ribut terus." lalu ia pun melotot tajam kearah Bara, "Salah Bara sih, ngapain juga pake acara ngagetin kita berdua? Kali ini, candaan Bara itu udah salah besar banget tau."

When Loved Someone [ᴏɴ-ɢᴏɪɴɢ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang