(Waring!!!🚧)
×
×
×
×
×
Sebelum itu jangan lupa follow
GRATIS KOK✨
••••
Kehidupan Zoya Raquella Xilleza berubah 360°, setelah ayahnya tertangkap melakukan korupsi yang belum tau kebenarannya.
Kehidupan yang dimana Zoya selalu dimanja kini harus ma...
Seperti biasa jangan lupa follow, vote, komen, and share ✅
Selamat membaca......
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah selesai membereskan barang yang akan dibawa ke perumahan cendaka alias rumah baru yang akan Zoya dan bunda tepati. Sekarang Zoya dan bunda serta bi surharti sedang makan malam bersama, mungkin besok pagi sekali ia akan pergi. Sebenarnya Zoya enggan meninggalkan tempat yang telah ia huni 16 tahun lamanya, tapi mau bagaimana lagi.
"Bun, kita jadi ke perumahan itu?" Tanya Zoya menyudahi makan malamnya, dengan sesekali menenggak minuman.
"Iya, kita harus ke sana sayang, kita gak punya tempat tinggal lagi. Jadi kita harus disana sampai ayah terbukti tidak bersalah." Jawab bunda.
Zoya mengusap lembut tangan bundanya. "Aku yakin seratus persen ayah gak bersalah. Pasti ini jebakan untuk ayah."
"Iya nak, makasih."
Bu Suharti yang melihat adegan didepannya pun terharu. "Nyonya yang kuat, yang sabar. Semua ini cobaan dari Allah. Semua yang terjadi akan ada hikmahnya."
Bunda menarik Bu Suharti kedalam dekapannya. Saat seperti Bu Suharti seperti seorang ibu bagi bunda. "Makasih ya Bi."
Selepas memeluk Bu Suharti, bunda menarik tangan Zoya untuk tidur bersama. ah... Rasanya sudah lama ia tidak tidur bersama sang putrinya. "Yaudah yuk tidur, besok pagi kita berangkat dan menyiapkan stamina." Katanya bunda sembari mengangkat tangannya menunjukan ototnya.
Zoya tertawa. "Duh bunda..... ada-ada aja deh, bukan cuma tenaga Bun, tapi mental juga."
"ya..ya...ya.... seterah Zoya aja deh." Bunda berdiri dari tempat duduknya dan ikut merapihkan meja makan.
"Udah nyoya biar saya aja," tolak halus Bu Suharti.
Bunda menggeleng, ia tak enak pada Bu Suharti, padahal beliau sudah tidak diperkerjakan lagi, tetapi mengapa masih membantunya. "Saya gak enak bi, udah gak apa apa bi saya bantu saja."
"Yaudah,"
"Zoya tunggu sini dulu, apa mau langsung ke kamar?"
"Kekamar aja ya Bun." Tak menunggu lama Zoya beranjak dari meja makan menuju kamarnya.
"Ayo bi,"
Selesai mencuci piring dengan dibantu Bu Suharti. Bunda mengelapkan tangan dan ingin beranjak pergi dari dapur. Tetapi suara Bu Suharti mengehentikan langkahnya.
"Jangan egois nyonya. Zoya harus tau kebenaran yang sesungguhnya."
Tubuh bunda membeku mendengar penuturan Bu Suharti. Pembantu yang berkerja dari ia menikah. "Sa-saya hanya belum siap,"