NB: Cerita ini ku buat tahun 2021 pada bulan Juni. Tapi karena kesibukanku yang begitu padat, Cerita ini baru aku bisa posting saat ini. Cerita kali ini, aku hampir tidak bertemu kembali dengan anak Belanda. Semoga kalian bisa memaklumi kesibukanku. Next time aku akan lebih sering update ceritaku kembali.
Aku hampir tidak pernah memanggil namanya, karena dia tidak mau memberitahu sedikitpun tentang dirinya, termasuk nama dan dari keluarga yang seperti apa saat dia masih hidup dulu. Akhir-akhir ini aku sedang memikirkan nama yang cocok untuk dia agar aku tidak lupa dengan sosoknya, meskipun aku sudah jarang bertemu dengannya akhir- akhir ini. Sempat terfikirkan olehku untuk memberinya sebuah nama agar aku memudahkanku untuk bicara dengannya.
Terlintas beberapa nama dibenakku, dan beberapa kali kuingat parasnya. apakah dia akan suka dengan nama baru yang aku berikan kepada dia? sempat aku berfikir untuk berhenti memberinya nama, karena kami sudah lama tidak bertemu lagi. Pada akhirnya aku berusaha untuk memilih satu nama untuknya, yang sesuai dengan paras wajahnya. Aku akan memanggilnya dengan nama Jonathan. Aku tidak tahu apakah dia akan suka dengan nama yang aku berikan atau tidak. Aku berharap dia menyukainya.
Sudah lama dia tidak pernah datang ke rumah, atau malah aku yang sudah tidak merasakan dia hadir dirumahku. Meskipun hanya suara tawanya atau bahkan kaki kecilnya yang terlihat dari bawah sofa. Beberapa kali dia hanya memberiku sebuah rasa, entah itu rasa senang, marah, sedih atau rasa yang lainnya. Setidaknya aku tahu bahwa dia sedang ingin cerita padaku melewati rasa. Terkadang juga dia memberitahuku lewat suara, katanya dia merasa sulit untuk bertemu lagi denganku, karena ada yang menghalangi rumah agar tidak ada yang masuk. dia bilang padaku "Ada yang menjaga rumah dan aku dilarang masuk oleh dia. Jadi aku hanya bisa menunjukkan suaraku saja. Maaf karena aku tidak bisa datang dan duduk di sebelahmu saat ini. Aku tetap akan mengawasi dari jauh saja agar tidak ada yang mengikutimu ke rumah atau kemanapun kamu pergi, Seperti perempuan yang pernah mengganggumu 2 tahun yang lalu." Begitulah yang dia katakan terakhir kali kepadaku.
Memang beberapa kali aku merasa rumahku ada yang menjaga, tapi entah siapa dan darimana dia datang. Meskipun aku agak terganggu dengan caranya memperingatiku agar aku tidak berbuat nakal atau melakukan hal yang tidak baik di dalam rumah. Akan ku beritahu apa yang dilakukan oleh "Penaga Rumahku" lakukan, dia sering menjatuhkan buku atau beberapa barang koleksiku untuk memperingatiku agar aku tidak bermain senjata tajam, merokok dan lainnya. Sempat kudengar dia terus menyebut nama Jonathan karena aku terus mencarinya, auranya berubah seiring dia menyebut nama Jonathan. Aku akhirnya membuat Jonathan kembali ke Jawa Barat, dan sudah ku pastikan dia aman disana. Awalnya Jonathan keberatan dengan nama yang aku berikan kepadanya, tapi dia akhirnya membiarkanku untuk memanggil dengan sebutan itu. Agak sedikit ada rasa tidak nyaman karena dia belum terbiasa dengan nama itu, tapi ya sudahlah biarkan saja.
Seiring berjalannya waktu, tahun 2020 ini aku memang memiliki banyak kesibukan mulai kuliahku yang masih sangat disibukkan dengan skirpsi dan mengatur jadwalku dengan dosen pembimbingku untuk melakukan konsultasi. Bahkan aku tidak sempat berkomunikasi dengan mereka yang tidak kasat mata. Aku terlalu sibuk mengejar nilai kuliah dan skripsi ku dan tidak pernah mendengar kabar dari Jonathan yang terkadang suka merengek karena merasa bosan atau dia ingin diajak pergi ke suatu tempat. Kata Jonathan agar aku tidak jenuh dirumah dan mendapatkan pikiran yang jernih untuk mengerjakan skripsiku. Meskipun ada benarnya yang dikatakan oleh Jonathan, tapi rasa malasku untuk beranjak ke suatu tempat seperti cafe atau tempat makan yang nyaman sangat besar, sehingga aku hanya mengendarai motor untuk melihat hiruk pikuk jalanan yang macet selama 1 jam. Kemudian aku akan kembali lagi ke rumah untuk mengerjakan skripsiku.
Jonathan memang jarang sekali datang ke rumah. Aku mulai merindukan anak itu tapi, jika dia terus ikut denganku, dia tidak bisa mendapatkan teman, meskipun di dekat kampusku ada beberapa hantu Belanda, Jonathan jarang sekali mau mendekati beberapa hantu itu, karena memang tidak semuanya hantu belanda baik, tapi ada satu perempuan Belanda yang sering aku lihat dengan menggunakan gaun yang indah dan terlihat elegan.
"Kenapa kamu tidak mendekati dia? kalian berasal dari Netherland." Tanyaku kepada Jonathan.
"Tidak, dia sangat pendiam dan agak sulit untuk mendekatinya. Bahkan dia ketika melihatku saja, sudah menyuruhku untuk menjaga jarak dengannya. Bagaimana aku bisa mendekatinya?" jawabnya ketus.
"Ya, kau tau? Aku hampir sama dengannya saat kita pertama kali bertemu. Aku selalu membuat jarak agar tidak ada yang bisa mendekatiku. Tapi kamu terus mengikutiku sampai akhirnya aku mulai terbiasa dengan kehadiranmu. Lalu kenapa tidak dengannya?" Tanyaku lagi.
"Kamu bodoh atau bagaimana? Lihatlah pakaiannya yang mahal itu, mana mungkin dia mau bicara denganku yang beda dari kebanyakan Netherland yang tinggal disini." Kali ini Jonathan agak cemberut menjawab pertanyaanku.
Memang ada benarnya perkataan Jonathan, meskipun aku tidak begitu yakin. Tapi, setidaknya dia bukan hantu yang sering usil atau membenci orang pribumi. Bahkan dari sorot matanya saja dia tidak merendahkan orang pribumi sepertiku. Beberapa kali dia ingin mendekatiku hanya untuk bicara secara singkat atau hanya sekedar untuk menyapaku, tapi dia terlalu takut untuk memulai sebuah percakapan, karena jarang sekali ada orang yang dapat melihat mereka hanya sekedar untuk bicara atau berteman.
Tanpa rasa penasaranku terhadap sosoknya, akhirnya dia memberanikan diri untuk mendekatiku dan tersenyum kepadaku. Beberapa kali dia mengajak Jonathan untuk bermain bersama dan terkadang dia ikut Jonathan ke sekolah untuk bertemu dengan hantu-hantu Netherland yang lainnya. Lega rasanya bisa membuatnya merasa nyaman dengan kehadiran Jonathan. Tempat itu jadi terasa sepi dan sunyi tanpa sosok wanita Belanda itu. Meskipun begitu, temanku sudah merasa lebih nyaman tanpa terganggu dengan kehadiran sosok hantu Belanda yang sering terlihat di depan jendelanya.
"Terima kasih sudah memanggilku dengan sebutan itu. Meskipun aku punya nama sendiri. Tapi, untuk kamu aku masih mau kau panggil dengan sebutan itu. Sampai bertemu lagi jika aku diperbolehkan ke rumahmu lagi." Bisik Jonathan kepadaku
Aku hanya bisa terdiam saat dia berkata seperti itu. Agak berat hati karena rumah akan sepi tanpa dia. Meskipun begitu, terkadang dia sempat berbisik juga ketika aku beberapa kali jatuh dari motor. Dia sempat bilang 'Jangan pingsan, sadarlah. Jangan pejamkan matamu, ini belum waktunya kamu pergi atau pingsan. Buka matamu, jangan kamu tutup. Sadarlah, Sadarlah.' Begitulah kira-kira yang dia ucapakan kepadaku saat aku sering terjatuh dari motor. Hanya saja dia tidak pernah menunjukkan wujudnya dimanapun saat aku berulang kali terjatuh dari motorku. Aku hanya bersyukur dia memberitahuku untuk tersadar dan tetap harus berdiri lagi.
Setelah beberapa tahun tidak pernah melihatnya, sekarang aku sudah mulai terbiasa tanpa kehadirannya dimanapun aku berada. Memang ada rasa rindu kepadanya tapi jika bukan waktu yang bisa mempertemukan aku dengan Jonathan, aku bisa apa selain menunggu. Sampai akhirnya aku mendapatkan seorang pacar dari luar negeri pun, dia tidak datang sama sekali. Aku selalu berfikir kalau dia mungkin saja sibuk untuk belajar di sekolahnya itu.
Walaupun sekarang aku sudah tidak lagi bertemu dengan Jonathan, aku rasa pertemanan kamu cukup sampai disini. Karena jika aku masih terus beteman dengan dia, maka aku akan terus dilihat aneh dan memiliki dunia sendiri bukan? Jadi selama ini aku hanya diam dan tidak pernah cerita kepada siapapun tentang hal ini kepada teman, sahabat, dan keluargaku. Aku hanya tidak ingin mereka menganggapku aneh karena dapat melihat apa yang mereka tidak bisa lihat. Aku sudah sering menyimpannya sendiri agar orang lain tidak takut dengan apa yang aku katakan tentang "mereka" yang tidak terlihat.
NB : ini adalah part terakhir aku menulis cerita ini. Next akan ku buat tentang kisah ku. Kisah dimana aku tidak bisa ceritakan ini sendirian dan ku pendam sendiri. Aku ingin berbagi kepada kalian semua suatu saat nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Anak Belanda Tanpa Nama
Horrorcerita ini adalah cerita horor yang tidak begitu menyeramkan. Cerita Ini adalah kisah nyata yang aku alami. Aku tidak pernah mengada-ada cerita, tidak pernah menambahkan atau mengurangi cerita yang aku tulis. Ini adalah cerita pertemuanku dengan ana...