Cerita ini sebenarnya datang melewati mimpi. Cerita yang sampai saat ini masih membekas, karena ketika terbangun pada jam 3 pagi aku menangis. Aku menangis karena dia meninggal dengan tidak layak pada saat itu, aku menangis karena aku menyaksikan bagaimana dia meninggal terbunuh oleh bangsa Jepang yang saat itu datang ke Indonesia dan membantai orang-orang Belanda, sebagian ada yang dikurung oleh mereka. Kejam memang, tapi itu adalah sejarah yang ada di Indonesia yang tidak pernah dilupakan karena Indonesia pernah dijajah oleh bangsa Belanda dan Jepang.
Semenjak anak Belanda itu tidak pernah datang ke rumah, aku selalu melihat video youtube dari Risa Saraswati dan Sara Wijayanto untuk mengatasi rasa bosanku karena tugas kuliahku sudah aku selesaikan semuanya. Setidaknya sebagai hiburan disaat aku sedang bosan dan tidak melakukan apapun dirumah.
Beberapa kali aku mampir ke toko buku untuk sekedar membaca disana atau membeli buku. Ketika sekedar melihat-lihat buku, aku menemukan sebuah buku novel dari risa saraswati yang menceritakan ke-5 sahabat kecilnya yaitu peter, william, hans, hendrick, dan janshen. Aku memang sudah mempunyai beberapa bukunya yang berjudul peter, william, janshen dan hans saat itu. Jadi aku memutuskan untuk membeli buku tentang hendrick, dan segera membawa buku itu pulang ke rumah untuk aku baca. Ternyata setelah ku baca, memang tidak semua "teman" Risa Saraswati meninggal karena kedatangan Jepang di Indonesia, ada juga yang meninggal karena sakit. ya, Hans dan Hendrick yang sejak dulu sudah berteman sebelum bertemu dengan yang lain dan sebelum bertemu dengan Risa Saraswati.
Setelah membaca semua buku itu, aku mencoba untuk berfikir tentang menulis untuk dibagikan kepada semua orang, tapi aku masih takut untuk membaginya karena respon yang suka berlebihan dan pembullyan kepada orang yang punya kemampuan lebih. Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk menulis cerita yang pernah aku alami karena masih merasa takut akan komentar dari banyak orang.
Akhirnya setelah seminggu berlalu, aku sempat tidur bersama saudaraku di kamar setelah beberapa bulan almarhum papa meninggal. Aku tidur pukul 23:15 setelah saudaraku tidur, aku suka tidur terlalu malam sehabis papa meninggal dan lebih suka main hp agar aku bisa tidur. Setelah tidur, aku mengalami astral projection dan aku bertemu dengan anak Belanda yang sering bersamaku, dia hanya lewat tanpa mengatakan sesuatu padaku. Kemudian dia berjalan ke arahku kemudian dia menggandeng tanganku untuk mengajakku pergi ke suatu tempat.
"Ayo ikut aku, kita ke rumah." Ajak anak Belanda ini kepadaku.
"Rumah? Rumah siapa?" Tanyaku bingung
"Rumah Putih." Jawab anak Belanda itu sambil menunjuk sebuah rumah.
Rumah yang ditunjuk oleh anak Belanda itu, seperti kebanyakan rumah Belanda pada jaman Belanda menjajah Indonesia. Rumah yang tinggi, memiliki 2 lantai, temboknya berwarna putih, jendelanya masih berbentuk kayu yang hanya bisa dibuka dan di tutup, kalian yang menonton dokumentsai sejarah tentang Indonesia bisa membayangkan jendelanya, kemudian memiliki halaman yang cukup luas untuk ukuran rumah Belanda. Anak Belanda ini masih menggandeng tanganku untuk mengajakku pergi ke rumah tersebut, aku masih terheran dengan rumah yang akan aku kunjungi ini.
"Sebenarnya ini rumah siapa? Apakah ini rumahmu?" Tanyaku lagi, dan anak belanda itu hanya menganggukkan kepalanya yang artinya adalah iya.
"Kenapa kamu membawaku kesini? Aku tidak boleh pergi terlalu jauh." Tanyaku heran, tapi anak Belanda ini tidak mau menjawab pertanyaanku sama sekali.
Akhirnya kami hampir sampai di rumah anak ini, tapi kami beruda sama-sama terdiam disebrang jalan dan melihat ke arah rumah itu. Aku akhirnya melihat ke arah anak Belanda ini dengan penuh penasaran, kenapa dia mengajakku ke rumahnya dan apa yang sebenarnya dia ingin beritahukan kepadaku sekarang ini.
"Tunggu sebentar, tunggu disini saja. Aku akan kembali lagi nanti setelah ganti pakaian. Jangan pergi kemana-mana."
"Cepat, karena aku ingin kembali." Ucapku singkat.
Ketika anak itu sedang menyebrangi jalan, tiba-tiba saja banyak orang yang berteriak dengan bahasa Jepang. Mereka mengejar anak Belanda itu menggunakan senjata, aku yang melihat itu tidak bisa mengejar anak Belanda itu untuk melindunginya, rasanya kakiku seperti ditahan agar tidak bergerak lebih jauh. Anak Belanda itu terus berteriak untuk meminta tolong kepada siapa saja agar bisa selamat dari kejaran bangsa Jepang yang ingin membunuhnya. Semua tentara Jepang itu terus mengejar anak itu dengan berteriak menggunakan bahasa Jepang yang mungkin artinya "kejar dan bunuh anak itu." Aku hanya bisa diam dan menangis melihat kejadian itu. Setelah aku melihat kejadiannya, anak Belanda itu terjatuh dan akhirnya terbunuh dengan cara yang mengerikan. Semua tentara Jepang itu mengayunkan pedangnya dan mengenai leher anak Belanda. Aku yang melihat itu menangis sampai tidak bisa berhenti, sampai akhirnya aku menyadarkan diri untuk kembali ke tubuhku dan akhirnya aku terbangun. Aku melihat jam yang ada di handphone yang menunjukkan jam 3:18 pagi, dan itu membuatku tau bagaimana anak itu meninggal dan kenapa dia tidak mau menceritakan keseluruhan kehidupannya karena menurutnya, semasa dia hidup penuh dengan larangan yang tidak boleh ini dan itu. Aku mengerti kenapa dia tidak ingin menceritakannya, aku mendapatkan sebuah gambaran bahwa dia memang dipaksa melakukan apa yang dia tidak suka, bahkan dia berteman dengan anak Pribumi (orang asli Indonesia) dengan alasan dia tidak pantas bermain dengan mereka semua.
Anak Belanda ini jarang sekali diperhatikan oleh orang tuanya, dia merasa kesepian setiap orang tuanya tidak ada dirumah. Dia sering bermain dengan anak anak pribumi saat orang tuanya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Anak ini tidak pernah memandang anak-anak pribumi seperti kebanyakan anak-anak Belanda yang lain yang membedakan dengan kasta dan warna kulit. Ya, karena kebanyakan orang-orang Belanda menganggap kami adalah seorang Gundik (babu) yang pantas dipekerjakan dan ditindas meskipun orang-orang pribumi tidak salah. Tapi tidak semua orang Belanda memperlakukan orang Pribumi dengan kejam, ada juga yang berbuat baik pada orang pribumi dengan tidak membedakan warna kulit, tidak merasa jijik kepada orang pribumi, memandang bahwa kami adalah sama tanpa memandang perbedaan diantara kami. Begitulah kehidupan zaman penjajahan Belanda yang ada di Indonesia saat itu.
Setelah anak Belanda ini menceritakan sedikit tentang bagaimana dia meninggal, dia tidak pernah datang lagi, hingga saat aku menceritakan kisahnya beberapa kali disini, dia masih tidak mau datang untuk mendekatiku. Aku tau dia datang, tapi dia tidak pernah mau mendekat karena di rumahku yang berada di Surabaya banyak sekali penghuni tidak kasat mata seperti genderuwo, pocong, kuntilanak, sundel bolong, dan masih banyak lagi. Tapi yang paling dominan dirumah ini adalah kuntilanak disini. Maka dari itu dia tidak berani untuk mendekatiku saat aku menuliskan kisah tentangnya, jadi dia hanya mau menemuiku ketika aku sedang pergi untuk berbelanja dan keluar dari rumah itu.
Anak Belanda ini adalah anak yang baik di kehidupan sebelumnya, hanya saja dia tidak begitu suka ketika orang tuanya ada di rumah. Anak yang tidak pernah membedakan antara orang pribumi dan orang Inlander saat dia bermain bersama, baik di dalam rumah maupun berada diluar rumah. Hanya saja kedua orang tuanya tidak mengizinkan anak ini untuk bermain bersama anak-anak pribumi dan hanya memperbolehkan dia untuk bermain dengan anak-anak Inlander saja. Maka dari itu anak ini tidak begitu suka dengan sikap orang tuanya yang selalu membedakan antara orang-orang dari bangsa mereka dengan orang-orang pribumi.
Begitulah singkat cerita tentang anak Belanda yang saat ini entah bagaimana kabarnya. Aku dan dia sudah tidak pernah bertemu lagi beberapa tahun ini. Aku juga pernah bertemu dengan beberapa teman dari Risa Saraswati yaitu Janshen, William dan Peter. Mereka adalah anak-anak yang baik dan lucu. Meskipun mereka tidak pernah ingat pernah mengunjungiku, aku sangat senang jika mereka mau mengunjungiku sesekali. Jadi inilah ceritaku kali ini, sampai jumpa di cerita selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hantu Anak Belanda Tanpa Nama
Horrorcerita ini adalah cerita horor yang tidak begitu menyeramkan. Cerita Ini adalah kisah nyata yang aku alami. Aku tidak pernah mengada-ada cerita, tidak pernah menambahkan atau mengurangi cerita yang aku tulis. Ini adalah cerita pertemuanku dengan ana...