Putaran bianglala semakin melambat, mungkin ini adalah putaran terakhir dan kita semua akan turun. Pasar malam ini ramai sekali, entah itu pengunjung atau para penjual. Di ketinggian 90° sebelum turun, aku bisa melihat lapangan ini dipenuhi ratusan manusia, diujung kanan dan kiri terdapat rumah balon raksasa, kereta untuk anak-anak, kora-kora--permainan berbentuk kapal laut yang diayunkan tinggi-tinggi, berbagai penjual makanan dan masih banyak lagi.Saskia dan Kak Ratu sudah turun lebih dulu, mereka menunggu aku, Suheil dan Jefan turun.
"Hati-hati Qeel," kata Suheil membantuku untuk turun, disusul Jefan dengan wajah masamnya.
Jefan ini jarang sekali keluar rumah, sama sepertiku sih, tapi dia lebih parah. Kegiatan setiap harinya hanya pulang pergi ke sekolah dan rumah lalu menjaga bengkel. Pernah sesekali diajak Suheil untuk pergi malam, sekadar main futsal atau nongkrong tidak jelas. Tapi Jefan selalu menolak. Kalian ingat kan tentang Ibunya yang super protektif? Itu alasan utama Jefan berdiam diri di rumah setelah pulang sekolah. Ruang lingkup pertemanannya saja hanya aku, Suheil dan Saskia, ditambah Kak Ratu sekarang. Jadi, karena terbiasa berdiam diri di rumah, Jefan akan malas kalau diajak keluar. Lihat saja wajahnya yang cemberut masam, mengajakku untuk segera pulang.
"Malam ini manusia banyak banget."
Satu kalimat yang aku dengar keluar dari bibir Jefan begitu saja setelah kami bergabung dengan kerumunan pengunjung. Aku sempat menggeleng kepala, tidak habis pikir dengan tingkahnya.
Saskia dan Kak Ratu memimpin jalan kami, aku dan Jefan serta Suheil hanya mengikuti dari belakang. Dua cewek di depanku terlihat sangat senang, senyum mereka tak luntur sejak memasuki area pasar malam. Mereka berhenti di tempat tiket masuk kora-kora--permainan kapal laut yang diayunkan tinggi ke kanan kiri. Aku sedikit bergidik ngeri, bagaimana nasib perutku nanti. Kalau bianglala masih mending bisa menikmati pemandangan malam dari ketinggian, lah ini bukannya menikmati, aku pasti akan menjadi pusat perhatian karena teriak paling kencang.
"Kita main ini," seru Saskia yang diangguki Kak Ratu.
"Aku mau ke toilet, kayaknya yang ini enggak deh," ucapku mendapat tatapan mencurigakan dari mereka termasuk Jefan dan Suheil.
"Aku juga," ucap Jefan dan Suheil bersamaan.
Saskia langsung menarik lengan Jefan dan Suheil. "Kalian ini, nempel terus sama Aqeela. Dia itu risih sama kalian, udah ayo ikut." Setelahnya mereka berempat naik, tentu dengan Jefan dan Suheil yang terpaksa.
Aku bernapas lega, Saskia benar-benar mengerti perasaanku. Jadilah aku hanya melihat mereka yang berteriak histeris dari bawah dengan bibir menahan senyum geli. Pasalnya tingkah Jefan yang ketakutan terus menarik belakang baju Suheil, dan tingkah dua cewek itu yang berteriak kegirangan.
Aku beranjak lebih jauh, dari tempat kora-kora. Sekadar melihat-lihat penjual menjajakan dagangannya. Mataku langsung terbinar ketika melihat bapak-bapak penjual permen kapas. Tangan bapak itu memegang tusukan kayu bambu kecil, kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang memutar. Tangan satunya menuangkan serbuk gula dan berhasil membentuk gambar hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR || Aqeela
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Takdir yang selalu bahagia tanpa ada musibah adalah kemustahilan. Aqeela Calista menggantungkan banyak harapan di masa depan. Satu persatu kenyataan menamparnya, berkali-kali. Membuat dia tersadar hidup tidak selalu tentang bah...