5. Pacar Kak Rassya?

350 39 0
                                    

Lagi-lagi aku mengumpat karena Suheil tak kunjung datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi-lagi aku mengumpat karena Suheil tak kunjung datang. Sudah setengah jam aku menunggu di parkiran sesuai perintahnya. Aku jadi kesal juga dengan Kak Rassya yang belum mengembalikan sepedaku. Seberapa parah sih kerusakannya, kan bisa saja aku meminta Jefan memperbaiki.

Aku memutuskan untuk ke toilet, jarak yang paling dekat ada di lorong kelas sepuluh. Sebelum pergi aku mengirim pesan ke Suheil. Berjaga-jaga saja, nanti kalau dia meninggalkan ku kan jadi repot.

Suasana sekolah sudah mulai sepi, hanya beberapa murid yang berlalu-lalang. Sekolahan ku ini tidak terlalu luas, setiap sudutnya dipenuhi oleh pot-pot tanaman hijau. Membuat udara di sini sangat segar. Tidak hanya itu, penjaga dan semua murid sangat menjaga kebersihan lingkungan. Tidak heran sekolahku ini bisa mendapatkan predikat sekolah paling bersih di kota Bogor ini.

Pandangan ku menunduk, kala aku menyadari beberapa siswi melihatku intens. Salah satu hal yang tidak ku sukai, menjadi pusat perhatian. Walaupun siswi yang melihat ke arahku bisa dihitung dengan jari, tetap saja membuatku risih. Tangan ku mengusap-usap wajah, barangkali ada noda atau apa yang membuat mereka tak henti menatap ku.

"Kak Aqeela." Salah satu dari mereka menghampiri ku. "Aku pesan keripik Farqeel 20 bungkus ya kak," ujarnya mampu membuatku menggeram pelan. Saskia pasti sudah membagikan keripik kemarin kepada teman-temannya dan sampai menyebar ke kelas sepuluh begini. Ish...

"Ngomong-ngomong, Kak Aqeela pacarnya kak Farel ya? Anak sekolah sebelah?" tanya siswi tadi. Aku menggeleng hebat.

"Permisi, aku mau ke toilet," pamit ku berlari kecil meninggalkannya. Berbelok ke arah kanan dan menemukan dua bilik toilet. Aku langsung masuk ke toilet perempuan

Aku keluar dari toilet lima menit kemudian. Ada yang janggal saat aku berada diluar toilet. Aku mendengar erangan seseorang di bilik toilet laki-laki. Apa benar di dalamnya orang? Atau? Ish... aku jadi parno begini.

"Woi ... bukain pintunya ... aku laper ...."

Aku menghilangkan pikiran buruk, jelas ini pasti orang. Tapi kenapa suara perempuan? Aku menggeleng kemudian mendekat ke pintu. Memutar kunci ke kanan dan membukanya.

Seorang siswi langsung berdiri dan menghambur ke pelukan ku. Aku sulit melihat wajahnya, karena rambut panjangnya yang berantakan menutupi sebagian wajah. Dia Memelukku begitu erat. Nafasnya naik turun, aku bisa merasakan degup jantungnya yang cepat. Aku membalas pelukannya, mengusap punggungnya perlahan. Berharap bisa sedikit menenangkannya.

"Makasih," ujarnya setelah beberapa menit berpelukan. Dia merapikan kembali rambutnya.

Dia...

***

"Kalo enggak ada kamu, mungkin semaleman aku tidur di toilet," ujarnya. "Oh ya, nama ku Ratu." Dia mengulurkan tangan, aku menerima jabatan itu.

"Aqeela." Dia tersenyum lebar. Aku pernah melihatnya. Dia adalah siswi yang menggandeng tangan Kak Rassya saat pulang sekolah beberapa hari yang lalu.

"Ini semua gara-gara fans Rassya. Mereka pikir aku ini pacarnya Rassya, sampai ngunciin aku di toilet cowok. Ih ngeselin, emang gini yah, nasib punya sepupu ganteng," celoteh Kak Ratu. Di bahu kirinya terdapat angka dua belas romawi, yang berarti dia kakak kelasku. Ternyata dia satu angkatan dan sepupu Kak Rassya "Kamu pulangnya gimana?"

Aku celingak-celinguk mencari keberadaan Suheil. Namun dia belum juga datang ke parkiran. "Nunggu temen Kak," jawabku. "Kak Ratu sendiri, pulangnya gimana?"

"Nunggu Rassya, kayaknya masih di Masjid," balasnya, aku hanya mengangguk-angguk. "Aku baru pindahan seminggu lalu, kedepannya kita temenan ya. Susah nyari temen cewek di sini, bar-bar semua," cicit Kak Ratu. Aku hanya tersenyum kemudian menundukkan kepala.

Pandangan ku menangkap Suheil sedang berjalan ke mari. "Lama banget," ketus ku dengan wajah cemberut saat Suheil sudah mendekat.

Suheil menggaruk kepala belakang sembari mulutnya mengulas senyum kuda. "Maaf ya, tadi ada keperluan." Tangan jahilnya mencubit pipi kanan ku pelan. "Ayok pulang." Aku mengangguk, setelahnya dia berjalan kearah motornya terparkir.

"Oh ya, Kak, aku pulang duluan," pamit ku kepada Kak Ratu.

"Iya, hati-hati."

Aku berjalan menghampiri Suheil. Dia sudah siap, duduk di atas motor metik merahnya. Aku mengambil helm yang disodorkannya setelah itu ikut duduk di jok belakang. Suheil mulai melajukan motornya perlahan keluar dari area sekolah.

"Siapa tadi?" Suheil mengarahkan kaca spion ke wajahku.

"Kak Ratu, murid baru katanya. Kenapa? Cantik?" tanya ku sedikit sewot. Bukan apa, aku masih kesal karena menunggunya terlalu lama.

"Iya cantik, tapi masih cantik kamu lah. Apalagi kalo lagi marah," goda Suheil. Tangan ku mencubit pinggangnya membuat dia mengaduh kesakitan.

"Oh ... jadi ibu kamu kalah cantik sama aku?"

"Bukan gitu, cantiknya setara," balasnya disertai senyum yang lebar. Aku memutar bola mata malas, kesal sekali dengan tingkahnya.

***

Gimana le?

Ada Ratqeel nih, part selanjutnya scene buat siapa yaa?

Jangan lupa buat tekan bintang di pojok dan komen yaa....

PETRICHOR || Aqeela Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang