Aku masih mengayuh sepeda gunung milik Kak Rassya, begitu juga dengan kedua lelaki itu. Mereka masih menunggangi motor milikku walau dengan wajah cemberut. Membuatku gemas ingin memotretnya.
“Senyum dong!” seruku dan mereka melebarkan bibir sampai menampakkan gigi. Aku terkekeh geli melihat ekspresi mereka.
Ckrek
Aku akan mencetak foto ini sebagai kenangan di masa depan. Setelah puas menertawakan kedua lelaki tersebut. Aku kembali menggoes sepeda, memasuki kawasan kompleks rumah. Dan Suheil melaju pelan tepat di belakangku.
“Itu Aqeela!” Suara Saskia menunjuk kedatanganku.
Melihat punggung lelaki yang sudah tidak asing lagi bagiku. Setelah berhenti di pekarangan rumah, dan memarkirkan sepeda dengan benar. Punggung itu berbalik, menampilkan lelaki yang tak ingin aku temui lagi.
“Kenapa ke sini lagi,” tanyaku ketus hendak masuk ke dalam rumah, namun gagal karena cekalan tangan darinya.
“ Qeel, ada apa sih? Kak Farel udah nungguin kamu daritadi, sama sekalian bawa pesanan keripik,” ujar Saskia.
Ternyata ini yang dimaksud Mbak Mia, Farel yang sudah menghantarkan keripik pesanan Kak Rassya.
Aku menghempaskan cekalan tangannya dengan sekali hentakkan. “Mau apa lagi?” tanyaku mengulangi, mataku mataku memmberanikan diri untuk menatap dirinya.
“Ada yang mau aku bicarain.”
“Semuanya udah jelas, enggak ada yang perlu dibicaraiin.” Langkahku hendak masuk ke dalam rumah lagi-lagi dicegat dengan cekalannya menahan kedua pundak ku.
Bug
Sebuah pukulan yang mendarat ke wajah Farel begitu cepat, membuat Saskia dan juga aku terkejut atas sikap Suheil itu. Farel tersungkur ke tanah, aku bisa melihat sudut bibirnya yang mengeluarkan bercak darah.
“Suheil! Kamu apa-apaan sih?” bentak Saskia membantu Farel untuk berdiri.
Aku sebenarnya juga ingin membantu, tapi mengingat tentang kejahatannya terhadap keluargaku. Aku jadi mengurungkan niat dan hanya sekadar melihatnya kesakitan saja.
“Dia yang apa-apaan, pegang pundak Aqeela sembarangan. Kamu enggak lihat, Aqeela enggak mau ketemu dia lagi,” balas Suheil menggeser tubuhku untuk menjauh dari Farel.
Aku memang belum menceritakan kepada Saskia dan Suheil, apalagi Jefan, tentang siapa Farel dan maksudnya untuk mendekatiku. Bukan tak bermaksud tidak menceritakan, hanya saja mengingat mereka mempunyai masalah tersendiri, membuatku harus terbiasa menyimpan masalahku sendiri juga.
“Eh, ramai banget, ada apa?” Jefan yang baru saja datang dari gang belakang tentu terheran dengan situasi yang sekarang.
“Lebih baik kamu pergi sekarang juga! Sebelum banyak luka di wajah kamu!” teriak Suheil tepat di depan wajah Farel, sebelum mengajakku untuk masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PETRICHOR || Aqeela
ChickLit[FOLLOW SEBELUM BACA] Takdir yang selalu bahagia tanpa ada musibah adalah kemustahilan. Aqeela Calista menggantungkan banyak harapan di masa depan. Satu persatu kenyataan menamparnya, berkali-kali. Membuat dia tersadar hidup tidak selalu tentang bah...